Dian kembali dari kantor dengan lelah.
"Hhuuhh.. " ia menghela napas dengan panjang. Hari ini terasa berat karena pemadaman di area Palembang bergilir membuat dirinya kena serangan telepon yang tidak bisa terbendung.
Ia memang menikmati pekerjaannya itu. Tapi, hari ini sungguh kelewatan. Ia tidak bisa menahami bahasa Palembang yang cepat ketika mereka semua sedang emosi.
Tapi, selaku call center ia harus menanggapi itu semua dengan kepala dingin. Karena semua percakapan yang keluar dari bibirnya itu terekam sampai ke kantor pusat.
Ia melemparkan tas selempangnya lalu mencuci kaki dan muka dengan cepat. Setelah itu ia merebahkam tubuhnya dikasur.
"Huufftt.. " Dian membenamkan wajahnya di bantal.
Ia memejamkan matanya untuk meresapi ketenangan disore hari ini.
Ketenangan itu tidak berlangsung lama, setelah 5 menit Dian hampir terlelap, handphonenya berbunyi. Ia tidak menghiraukan bunyi tersebut yang berulang kali bergetar didalam tasnya.
Bunyi pesan masuk berulang kali membuat Dian mengeram sebal. Dian membuka tasnya dan mengambil handphone.
"APA KAMU MEMANG WANITA PEMALAS!"
"ANGKAT TELPON DARIKU LADY!"
"SIALAN, AKU AKAN LANGSUNG KE RUMAH KAMU JIKA KAMU TIDAK MENGANGKAT TELEPON DARIKU!"
Pesan beruntun itu membuat Dian kesal. Ia ingin mematikan handphonenya ketika panggilan masuk dari lelaki arogan siapa lagi kalau bukan Bram menelepon dirinya.
Ia menekan tombol terima.
"HATI-HATI DALAM BERTINDAK LADY, AKU SUDAH MENGATAKAN KALAU AKU TIDAK SUKA DIACUHKAN."
Suara desisan Bram terdengar sangat seram ditelinga Dian. Tapi wanita itu malah semakin marah.
"Bapak ini siapa saya sih?! Enak saja marah-marah terus. Saya lelah pak. " suara marah sekaligus capek terdengar dari mulut Dian.
Bram terdiam diseberang sana. Dian membaringkan tubuhnya memandangi plafon kamar tidurnya sambil menekan speaker supaya ia tidak susah memegang handphonenya itu.
Dian bernapas dengan pelan, matanya mengantuk.
"Lady.. hei..?" suara Bram terdengar jauh.
"Hmm..?" balas Dian dengan nada mau tertidur.
"Apa pekerjaan kamu sulit hari ini..?" tanya Bram dengan lembut.
"Hmm.. " lanjut Dian sambil memejamkan matanya.
"Aku akan ada dirumah Andi dan Sari besok."
"Hmm.." suara Dian semakin jauh.
Bram terdiam mendengar suara mengantuk wanita yang seminggu ini sangat mengganggu pikirannya itu.
"Lady..? Apa kamu sudah tertidur?" tanya Bram.
Dian tidak menyahut. Ia sudah terlelap tanpa membalas omongan Bram lagi. Kepalanya terasa melayang.
Bram menarik napas panjang. Ia tidak tahu kenapa menelpon wanita itu langsung ketika sudah sampai di Bekasi.
"Tidurlah yang nyenyak my lady, sebaiknya kamu segera mempersiapkan diri untuk menghadapi diriku nanti." bisik Bram penuh kelembutan.
Dian bergumam dengan pelan tanpa arti. Bram tersenyum kecil mendengar suara gumaman manis wanita itu.
Bram segera menekan tombol putus sambungan pada handphonenya itu. Ia memandang kamar di rumah baru Bekasinya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}
RomanceDian, wanita sederhana yang pernah dihina oleh seorang lelaki bernama Kenpi karena tidak mau diajak untuk kegiatan asyik. Ia jadi sedikit trauma untuk mendekati lelaki lagi yang melibatkan perasaan. Bram, lelaki kaya dan mampan. Ia belum pernah dek...