Bram mencium pipi Dian yang memar karena pukulan Kenpi itu. Ia geram kembali pada Kenpi, ia ingin memukul lelaki itu lagi.
"Stts.. sayangku.. tenanglah, aku sudah disini." ucap Bram pelan diwajah Dian. Ia terus mengelus punggung belakang istrinya itu untuk menenangkan wanita kesayangannya ini.
"Akang.. akang.. saya..saya mau pulang.. please?" ucap Dian dengan suara memelas.
Bram langsung berdiri dan teringat bahwa istrinya ini belum makan dan mungkin saja dehidrasi.
"Maafkan aku lady, ayo kita pulang. Andi yang akan mengurus Kenpi." jawab Bram pada Dian.
Bram berjalan dengan cepat untuk keluar dari rumah kosong ini. Ia melihat bahwa Kenpi sudah dibawa dengan mobil anak buahnya Haris.
Ia akan berurusan dengan Kenpi nanti dikantor polisi. Ia mendudukkan Dian dimobil dan memasangkan seat belt. Bram lalu menembus jalan dengan cepat namun penuh konsentrasi. Ia mengambil stop sebentar di warung pinggir jalan untuk membeli air mineral.
"Ini lady, minumlah dulu ya.. " ucap Bram sambil menjulurkan botol air pada Dian.
Dian menerima botol tersebut dan minum dengan tegukan panjang.
"Minum secara pelan lady." ucap Bram memperingatkan istrinya itu yang hampir tersedak karena air.
Dian menatap wajah suaminya dan mengangguk pelan. Lalu, Bram kembali mengemudi mobilnya.
"Tahan sebentar lady, aku akan menelpon bos kamu dulu. Sepertinya kamu harus cuti lebih lama. Aku tidak kamu bekerja sampai Kenpi benar-benar dipenjara." tutur Bram tegas.
Sesampainya dirumah, Bram mengangkat Dian dan membawa wanita itu segera ke kamar tidur sambil meneriakkan perintah pada asisten rumah tangga rumahnya untuk membawa makan siang ke kamar tidurnya menggunakan nampan.
Mbok Titik terlihat shock sewaktu Dian berada digendongannya itu. Bram tidak mau berkomentar terlebih dahulu. Ia ingin istrinya tenang dan nyaman.
Dian membenamkan wajahnya dileher suaminya. Ia lemas dan serasa mau tidur tapi perutnya sakit karena menahan lapar.
Bram membuka pintu kamar dan membaringkan Dian di kasur. Ia segera ke kamar mandi untuk mengambil handuk kecil ya ia basahi dengan air dingin.
Dian berbaring dengan memejamkan matanya. Ia menarik napas panjang, ia sudah berada aman dirumah suaminya. Ia tidak akan diganggu Kenpi lagi. Lelaki itu mungkin akan lama untuk mendekam di penjara jika suaminya tidak mau melepaskan Kenpi karena telah menyakiti dirinya.
Bram mendekati istrinya yang berbaring. Ia langsung naik ke tempat tidur dan mengompres wajah serta tangan begitu juga kaki istrinya itu. Ia rela membasuh seluruh tubuh istrinya ini untuk menghilangkan rasa shock diwajah Dian yang masih terlihat pucat.
Ketukan dipintu kamar membuat Bram berteriak masuk. Mbok Titik masuk dan membawa nampan berisi makanan.
"Mbok, letakkan makanan itu disini. Nanti, aku yang memberikan kepada Dian. Dan tinggalkan kami disini, jangan ada yang berisik. Dian butuh istirahat walaupun ruangan ini kedap suara." tutur Bram tegas.
"Baiklah aden, mbok akan turun."
Bram mengangkat tubuh Dian dan melepaskan semua pakaian kerjanya itu hanya meninggalkan underware saja. Bram menyelimuti istrinya dengan selimut. Mata Dian masih terpejam, tapi Bram tahu tidak tidur. Mungkin istrinya masih lemas.
"Lady, ayolah.. kita makan dulu." ujar Bram sambil mengusap wajah istrinya yang sudah terlihat biru sebelah. Hati Bram terasa sakit karena melihat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}
RomanceDian, wanita sederhana yang pernah dihina oleh seorang lelaki bernama Kenpi karena tidak mau diajak untuk kegiatan asyik. Ia jadi sedikit trauma untuk mendekati lelaki lagi yang melibatkan perasaan. Bram, lelaki kaya dan mampan. Ia belum pernah dek...