"Halo jeng Kusuma...apa kabar kamu?" sapa Dian ketika menerima telepon dari temannya yang ramping itu. Ia menarik-narik pinggangnya yang agak tebal karena daging ini.
"Baik atuh. Mbak Dian bagaimana? Damang?"
"Damang. Bagaimana para jagoan auntie?"
suara si kembar yang berdebat tentang sesuatu di belakang Kusuma membuat dirinya tersenyum senang.
"Lagi berdebat dengan daddy mereka. Mereka mau berkumpul tidur dikamar kami."
"Ee..ee..ee..bilangin, jangan ganggu tidur daddy dan mommy dong." ujar Dian dengan nada terselubung.
Kusuma terkekeh pelan karena sindiran mbak Dian itu.
"Iya nih. Suamiku sampai bela-belain mau menemani mereka di kamar mereka sendiri untuk membacakan dongeng."
Gantian Dian yang terkekeh karena Kusuma berbisik-bisik. ketika berbicara tentang suaminya yang dingin itu.
"Awas nanti kamu digigit serigala dari belakang karena membicarakan Rendy." ejek Dian.
"AUUUUU.. "jawab Kusuma cepat membuat suaminya berteriak dibelakang istrinya itu 'ada apa sayang? apa ada serigala' yang terdengar jelas ditelinga Dian. Para si kembar juga bertanya dengan berisik 'why? why? mommy?"
Mereka berdua tertawa terbahak-bahak karena mereka tahu bahwa sang serigala itu mengetahui dirinya sebagai objek pembicaraan.
Dua teman akrab itu bergosip dgn senang dan akrab. Sesekali anak kembar Kusuma mau ikutan berbicara di handphone.
"Mommy, auntie.. auntie.." suara Amar didekat Kusuma sambil menarik-narik handphone ibunya.
"Iya sayang.. sabar.. " Kusuma memberikan handphone itu kepada Amar.
"Halo.. auntie.. kiss.. kiss.." ucap Amar membuat Rendy tertawa terbahak-bahak karena anak lelaki ini sangat ganjen. Kusuma memukul lengan suaminya dengan pelan. Amir menyeringai lucu melihat ibunya memukul sang ayah.
"MUAACCHH!!" cium Dian untuk Amar.
"Mana Amir nak?" tanya Dian pada Amar.
Amar langsung menjulurkan handphone pada adiknya itu. Amir terburu-buru merebut handphone itu dari sang kakak.
"Auntie.. aloo.. candy.. mau candy.." tutur Amir manja membuat kedua orangtua itu gemas melihat tingkah laku anak-anak mereka ini.
"Ehh..Nanti tante datang bawa candy yang sehat ya."
"Iya..iya.." jawab Amir.
Anna tidak mau ikutan ngomong, ia sibuk dengan buku.
***
Hidup Dian terus bergulir dengan sibuk bekerja. Ia sudah sangat jarang untuk pergi ke mall bersama teman-temannya karena dua orang temannya saja sudah sibuk sendiri. So, ia kadang pergi dengan adik perempuannya saja.
"Nak, itu tante kamu yang di Jakarta tadi telpon. Om kamu sedang sakit. Kita harus ke sana secepatnya. Kamu bisa cuti kan?" Ibunya berkata ketika ia habis pulang dari kantor.
Dian berpikir cepat. Cuti? sepertinya bisa karena ia belum mengambil cuti lagi semenjak Sari menikah 6 bulan yang lalu.
"Iya ibu bisa, kalau begitu besok pagi kita bisa pergi kalau ibu mau. Saya akan langsung mengontak bos saya untuk minta cuti mendadak." ucap Dian.
"Iya baiklah, kita pergi besok berdua. Adik kamu menjaga rumah nanti."
***
Dian dan ibunya berangkat ke Jakarta ke rumah kakak lelaki ibunya itu di kawasan menteng. Rupanya omnya itu tekanan darah tingginya meningkat jadi langsung dibawa ke rumah sakit.
Perjalanan ke jakarta cukup lancar dari Bekasi. Mereka di antar oleh sopir adik ibunya yang rumahnya tidak jauh dari rumah mereka.
Sampai di Jakarta, ternyata keluarga mereka sudah berada dirumah sakit semua. Mereka berdua istirahat sebentar lalu menyusul ke rumah sakit.
Dalam perjalanan ke rumah sakit ternyata ban mobil mereka bocor dijalan. Dian keluar dari mobil yang diparkirkan disisi jalan raya.
"Waduh, gawat ini mbak Dian." ucap Ali si sopir. "Saya harus ganti ban dulu ya." lanjut Ali dengan nada melas.
"Iya, tidak apa-apa kang." balas Dian cepat.
Dian menyuruh ibu untuk keluar karena suhu udara Jakarta ini panas. Ia menggiring ibunya untuk duduk dibawah pohon. Ia mengamati akang Ali yang kesulitan mengganti ban mobil di tengah cuaca panas.
"Aduh, kasian betul Ali mah." tutur ibunya sambil berkisar kepanasan.
Dian mendekati akang Ali yang sedang mendongkrak ban mobil.
"Kang butuh bantuan nggak ya?" tanya Dian sok ngerti otomotif.
"Nggak usah mbak, mbak disana saja, panas nanti."
"Tidak apa-apa kang, saya mah menemani."
Dian merasa akang Ali ini kecapean karena menyetir. Bagaimana ini? batin Dian bingung. Ia menoleh dan tampak mobil berwarna hitam sedang menuju ke arah mereka.
Dian seketika agak ke tengah dan melambaikan tangannya untuk meminta bantuan.
Seorang lelaki didalam mobil itu langsung melihat wanita berdiri agak ke tengah membuat dirinya refleks mengerem.
"Sialan! apa mau cari mati nih orang?" sembur lelaki itu sendiri di dalam mobil.
Dian mendekati mobil hitam itu perlahan. Ia melihat bahwa mobil itu dikemudikan seorang lelaki. Lelaki itu memakai kacamata hitam. Well, semoga ia tidak salah mengambil langkah ini. Ia hanya ingin bantuan dari orang lain untuk akang Ali.
Setelah mendekati pintu mobil, Dian menunggu lelaki itu menurunkan kaca mobil.
Dian menundukkan kepalanya karena silau. Kaca mobil hitam itu terbuka.
"Apa kamu gila dengan berdiri ditengah jalan seperti tadi?!" suara lelaki itu terdengar sangat dingin membuat Dian tersentak dan menoleh. Ia menatap wajah maskulin lelaki itu.
Dian menjadi pucat menatap wajah tampan didepannya itu. Ia menjadi patung.
Bram membuka kacamata hitam dan menatap wanita seksi didepannya ini. Ia mengertakkan giginya.
"KAMU?!!"
Bram mendesis dengan geram melihat wanita itu.
Dian yang mematung sekarang tersadar. Ia membalikkan tubuhnya untuk menjauhi lelaki dingin dan sinis itu.
"JANGAN BERANI MEMALINGKAN WAJAH KAMU DARIKU!" Bram turun dari mobil mengeram dibelakang Dian.
Dian menoleh dan menjadi bingung. "Ada apa dengan bapak? Kenapa bapak terlihat selalu sinis kepada saya? Apa saya ada salah?" suara Dian terdiam risau.
Bram mengepalkan kedua tangannya untuk menahan emosi didalam dadanya ini. Ia tidak tahu mengapa sampai tidak suka kepada wanita ini. Apa karena wanita ini terlalu cantik dimatanya atau karena wanita ini yang menyebabkan temannya Kenpi itu jatuh dalam kebangkrutan?
Dian yang mengamati wajah dingin lelaki itu segera pergi menuju akang Ali yang sedang mendongkrak ban mobil.
"Akang apa ada yang bisa saya bantu? Saya mah bingung mau bagaimana nih." ucap Dian gelisah.
Bram mengamati wanita itu menjauhi dirinya dan melihat bahwa ada lelaki yang sedang mendongkrak mobil dengan susah payah ditengah terik matahari. Ia mendekati mereka itu dengan penasaran.
Ketika sudah melihat bahwa ban mobil itu kempes tertusuk paku dengan lelaki yang membungkuk didekat ban. Sedangkan, Dian bertanya apakah bisa membantu. Dasar wanita kota! batin Bram mengejek.
"Maaf.. apa saya bisa membantu?" suara Bram sopan.
***
WOW.. ada akang Bram yang hot.. hehehe...
Sini kang bantu neng...
^_^
***
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}
RomanceDian, wanita sederhana yang pernah dihina oleh seorang lelaki bernama Kenpi karena tidak mau diajak untuk kegiatan asyik. Ia jadi sedikit trauma untuk mendekati lelaki lagi yang melibatkan perasaan. Bram, lelaki kaya dan mampan. Ia belum pernah dek...