Maaf

2.2K 156 5
                                    

Bram mengangguk kaku untuk respon tersebut.

"Baiklah, kalau memang bercakap ringan." Dian ikutan duduk agak menjauh sedikit dari Bram. Ia akan menjadi security saja disini. Mana tahu ibu keceplosan berbicara tentang kehidupan percintaan dirinya yang tidak ingin ia bagi pada orang luar.

Suara handphone Bram mengganggu suasana tenang menonton TV. Bram segera mengangkat handphone itu.

"Ya.. halo?"

"Uncle ada dimana?" suara Andi terdengar riang mengisap sesuatu. Dan ada suara bayi bermain didekat keponakannya itu.

"Di Bekasi." jawab Bram pendek.

"Iya.. aku mah tahu uncle di Bekasi. Tapi dimananya?"

"Hmm..dirumah teman." lanjut Bram dengan suara ketus.

"Teman atau teman?" nada terselubung Andi membuat Bram ingin menjitak kepala lelaki itu jika ia berada didekat Andi. Suara Sari terkikik dibelakang Andi tambah membuat Bram panas hati.

"Kenapa kalian terlalu kepo dengan hidup aku sih?!" tanya Bram dengan panas, lalu ia beranjak permisi untuk keluar ke teras karena telepon ini agak mengganggu mereka.

"Bukan kepo atuh, hanya kami sayang sama uncle. Iya kan sayang?" ucap Andi pada Bram juga pada istrinya yang sedang menyusui bayi mereka itu.

"Iya atuh. Kami saya akang Bram." suara Sari ikutan nimbrung dari speaker handphone.

Bram menarik napas panjang. Ia seharusnya senang memiliki keluarga yang begitu care pada hidupnya ini. Selama di Jakarta ia selalu sibuk sendiri pada kerja dan tidak terlalu sering menghubungi keluarga Andi.

"Iya.. maafkan aku."

Bram meminta maaf sambil memijat dahinya seolah lelah sudah menyerap seluruh energi tubuhnya.

"Hmm.. iya sudah akang. Kami tidak tersinggung kok. Hanya saja kalau bisa akang sering berkunjung ke rumah kami ini." ucap Sari lembut sambil mengusap-usap kepada anak mereka dengan sayang.

Andi mengangguk setuju sambil mencium pipi anaknya yang montok sedang minum susu pada istrinya tercinta.

"Iya baiklah. Tapi, aku tidak bisa berjanji ya."

"Baiklah akang, selamat malam."

Bram mematikan handphonenya, lalu masuk kembali ke ruang keluarga. Ia melihat bahwa Dian sudah dengan santai menikmati film kesukaan ibunya itu.

Bram mendekati mereka berdua. "Hmm.. aku.. sebaiknya aku segera pulang. Kalian mungkin sudah lelah dan ingin menikmati menonton TV tanpa terganggu dengan kehadiran diriku." ucap Bram santun.

"Ehh.. tidak nak, kamu tidak mengganggu kami kok. Iya kan nak?" ucap ibu Dian pada anak perempuannya.

Dian menganggukkan kepalanya dengan kaku.

"Hmm, tidak apa-apa. Ini juga sudah jam 8 malam. Saya juga harus istirahat." lanjut Bram logis.

"Ya..kalau itu mau kamu nak, ibu mah tidak bisa menghalangi." balas ibu Dian pelan.

Andi mendekati ibu Dian dan permisi pada wanita sebaya itu dengan menyalami tangan lembut ibu penuh kasih tersebut.

"Saya permisi ya bu.. " ucap Bram lembut."Titip salam untuk Tami saja." lanjut Bram sambil nyengir.

"Iya, nanti ibu sampaikan. Dian antar nak Bram ke depan rumah." ucap ibu Dian pada anaknya.

Dian segera bangun dari kursi.

Dian berjalan mendekati lelaki itu. Alamak kalau berjalan mendekat Bram ini seperti mendekat seorang dewa saja. Dengan postur tinggi terlihat arogan itu membuat lelaki itu terlihat sangat jantan. Ya walaupun ia tidak pernah melihat seorang dewa,tapi ia pernah menonton di film klasik Yunani yang bercerita tentang dewa Hades yang terlihat tampan tapi arogan serta serta seram menyatu sekaligus.

MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang