**Tiga hari kemudian**
Bram sudah pulang dan berada dirumahnya sendiri. Ia juga sudah mendapatkan informasi bahwa yang mengeroyok dirinya adalah teman dari pelaku yang menabrak istrinya itu. Mereka mau membalas dendam karena teman mereka di penjara karena telah membantu Kenpi dalam rencana penabrakan Dian.
Bram menjadi geram. Ia dgn segera saja mengganjar mereka dengan tuduhan pemukulan berencana dan penganiayaan. Ia sih sebenarnya tidak mau menuntut mereka, tapi mereka ini harus diberikan pelajaran hidup. Tidak ada yang boleh bertindak sesuka hati. Mentang-mentang seorang temannya di penjara karena memang terbukti salah, maka teman yang lain harus membalas dendam? Well, itu tindakan yang salah. Bram menemui mereka di kantor Haris. Sepertinya mereka tidak keberatan di penjara. Mereka mau seiya senasib bersama suruhan Kenpi itu.
Dian menjadi khawatir atas kejadian ini. Ia berpikir bagaimana nanti jika terulang lagi. Bram pun berkata pada Dian.
"Sayang, semua yang terjadi itu sudah kehendak ya di atas. Kita pun tidak bisa menghindar walaupun berada di rumah." ujar Bram bijaksana.
"Tapi akang?"
"Stts.. tenanglah. Kita sebagai manusia itu harus berpikiran cerdas dan positif. Toh, kamu juga tahu bahwa takdir kita sudah ditentukan masing-masing." lanjut Bram bernada tegas.
"Iya.. saya mah tahu. Tapi, itu orang apa benar-benar tidak menyukai kita ya?" tanya Dian heran.
"Mereka itu tidak berpikir panjang cintaku, semua orang harusnya saling mengasihi dan menyayangi."
Dian menganggukkan kepalanya dengan pelan pada suaminya ini. Rahang Bram sudah tidak memar lagi. Itu sudah membuat dirinya lega.
Bram merasa tubuhnya agak berat. Ia sudah lama tidak latihan angkat beban atau sejenisnya.
"Lady, aku ingin ke ruang gym. Apa kamu mau ikut?" Bram bertanya lembut pada istrinya yang memandangi dirinya seolah barang antik.
"Hmm.. gym? Saya mau ngapain di sana kang?" tanya Dian bingung.
"Hmm.. membantuku untuk olahraga. Ikut saja nanti aku tunjukkan. Aku janji tidak akan membahayakan kamu dan baby kita itu." lanjut Bram sambil langsung mengangkat istrinya dan membawa Dian keluar kamar menuju ruang gym di koridor sebelah kiri kamar mereka.
"Hmm.. akang mau olahraga apa sih? Ini otot lengan dan bahu akang sudah oke semua." tutur Dian jadi manja pada suaminya itu.
"Ya olahraga apa saja sayang. Angkat beban, sit up, push up, tinju. Pokoknya yang menyehatkan serta menenangkan jiwa. Kamu bisa yoga nanti kalau mau." jelas Bram pada Dian.
"Sepertinya yoga cocok untuk saya kang. Biar saya tenang dan relax." jawab Dian cepat pada suaminya.
Bram tersenyum kecil mendengar penuturan istrinya itu. Well, mereka akan olahraga.
Dian belum pernah sekalipun masuk ke ruang gym milik suaminya ini. Ia saja jarang keluar dari kamar ini semenjak suaminya selalu mengingatkan dirinya untuk aware dengan keadaan bayi mereka. Cuma kalau ia suntuk saja baru turun ke ruang perpustakaan. Itupun hanya sebentar untuk mengambil novel saja.
Mereka sampai di ruang gym. ruangan yang khusus di buat untuk beraktivitas olahraga. Dengan matras di lantai, televisi, alat-alat gym, semuanya tersusun rapi dan dibuat nyaman sehingga yang menggunakan akan bersemangat.
Bram menurunkan istri di matras. Lalu, langsung membuka kaosnya, ia hanya mengenakan celana pendek khusus olahraga. Tubuh berototnya membuat Dian menelan air ludah gugup.
Bram mengedipkan matanya sebelah melihat sang istri gugup memandangi tubuhnya.
"Apa kamu suka lady?" suara Bram terdengar sensual di telinga Dian.
KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}
RomantizmDian, wanita sederhana yang pernah dihina oleh seorang lelaki bernama Kenpi karena tidak mau diajak untuk kegiatan asyik. Ia jadi sedikit trauma untuk mendekati lelaki lagi yang melibatkan perasaan. Bram, lelaki kaya dan mampan. Ia belum pernah dek...