Pecah Ban

2.2K 131 1
                                    

Bram melesat dengan cepat dijalanan aspal menuju rumah keponakannya itu. Ia sudah selesai mengambil pesanan dirinya disebuah toko dikawasan kota.

Ia tidak menelpon Dian tapi tidak diangkat wanita matre itu membuat dirinya kesal. Ia lelaki tampan dan tajir, tapi wanita itu sepertinya suka tarik ulur dengan sikapnya pada Bram itu.

Ia memcengkram kemudi mobil dengan erat, mata bersinar dingin. Ketika ia melewati tempat tampal ban matanya menangkap sosok wanita yang baru saja dipikirkan olehnya.

Ia mengrem dengan mendadak menimbulkan suara decit pada ban mobilnya. Ia menepikan mobilnya lalu keluar dari mobil dan berjalan menuju tampal ban tempat Dian sedang membungkuk untuk bertanya sesuatu pada lelaki yang terlihat sangat senang karena berhadapan dengan wanita seperti Dian itu.

Bram meradang karena melihat Dian yang terlihat seksi dengan memakai kemeja lembut dipadu dengan celana jeans yang membalut pinggul wanita itu dengan sempurna. Si akang tampal ban itu tidak melewatkan hal itu dilihat dari mata lelaki itu yang bersinar terang.

Bram lalu mengeram ketika sudah mendekati Dian, ia menarik lengan wanita itu dengan tiba-tiba membuat Dian membentur tubuh depannya dengan keras.

"Apa..?!" suara tertahan Dian segera berubah menjadi marah karena ia melihat bahwa yang menariknya itu adalah lelaki nan arogan si Bram ini.

"Jangan membungkuk seperti itu lagi." bisik Bram ditelinga Dian dengan sangat dingin.

"Membungkuk..?"

"Iya.. membungkuk. Kamu memang wanita pengoda."

Kali ini Bram menyeret Dian agak menjauh dari akang tampal ban. Dian meronta karena tarikan Bram itu.

"Lepaskan saya!" desis Dian didada Bram itu.

"Tidak! Nanti.. aku mau berbicara dengan kamu terlebih dahulu."

"Tapi..?! "

"Jangan membantah lady. Aku tidak suka itu."

Dian meradang. Wajahnya memerah marah. Bram lalu berkata dengan suara agak tegas pada akang tampal ban itu.

"Kang, motor itu akan ditinggalkan. Wanita ini akan ikut denganku. Motor itu akan diambil nanti sekitar 1 jam lagi."

Si akang tampal ban mengangguk dengan segan karena nada suara Bram yang tegas itu. Lalu, Bram mengeluarkan dompet dengan melepaskan Dian sebentar dan mengambil pecahan uang seratus ribu 5 lembar dan menyerahkan uang itu pada akang tampal ban membuat mata akang itu melotot.

Dian mendekati Bram yang membayar servis motornya itu.

"Pak..?"

Bram mengangkat tangannya sebelah untuk menghentikan ucapan Dian.

"Kang, minta nomor akang. Aku akan menelpon dalam waktu satu jam ke depan." Bram mengeluarkan handphonenya dan menyimpan nomor handphone akang tampal ban tersebut.

Bram menelepon seseorang untuk segera meluncur ke lokasi tampal ban ini untuk menunggui pekerjaan menampal ban itu.

"Bawa motor itu nanti ke alamat yang akan aku kirim melalui pesan. Pastikan motor ini sampai dirumah itu dengan selamat." ujar Bram pada orang itu dengan dingin serta tegas.

"Baiklah, segera ke sini." Bram mengetik pesan untuk memberikan informasi dimana pastinya letak tampal ban ini.

***

Bram segera menarik lagi lengan Dian dengan erat namun lembut untuk berjalan ke arah mobilnya yang terpakir ditepi jalan.

"Ugghh..sepertinya diriku ini selalu bertemu dengan bapak disaat yang tidak tepat." gerutu Dian pada Bram sewaktu itu diseret lelaki itu ke mobil. Sebenarnya bukan menyeret sih tapi karena langkah Bram panjang maka terlihat menyeret.

MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang