Sampai sore tiba, semua teman dan keluarga sudah pulang masing-masing ke rumah mereka.
Dian mau pulang juga, ia segera didekati oleh Bram. Lelaki itu seolah tidak mau Dian pergi dari sisinya.
"Paman Bram.. Dian mah mungkin sudah lelah mengikuti acara ini. Ia mau pulang." ujar Andi sewaktu menahan Dian bangun dari sofa.
Sari tersenyum kecil melihat tingkah paman suaminya itu. Sedangkan, Dian jadi malu.
"Hmm.. iya. Tapi, bolehkan kami ditinggal berdua saja sebentar disini. Kalian naik saja duluan." tutur Bram dengan nada memerintah keponakan dan istri keponakannya itu.
Dian tadi sudah pamit dengan bu Ratna. Sekarang bu Ratna istirahat duluan. Ibunya Dian dan Tami juga adik lelakinya sudah duluan pulang. So, ia tinggal karena tadi memang Bram ingin menyuruh pengawal Dian yang mengantar tunangannya ini pulang sekalian ia pulang ke rumahnya.
"Iya sudah akang Bram. Jangan di apa-apain mbak Dian itu. Awas kalau sampai mbak Dian berteriak, maka saya akan turun dan memukul wajah akang yang tampan itu." ujar Sari mengancam.
"Hei liliput, aku tidak akan menyakiti calon istriku ini lagi." balas Bram keki dengan memanggil Sari dengan sebutan yang biasa dipakai oleh Andi untuk istrinya itu membuat Andi terkekeh.
"Iya..pokoknya awas saja ya.. Huhh..!" Sari mendekati Dian dan memeluk sahabatnya itu sambil berbisik, "Awas di patuk ular kobra." Sari terkikik sendiri oleh perkataannya itu.
"Iya. Saya harus hati-hati jeng. Terima kasih. See you soon." ucap Dian pada Sari
"Bye mbak Dian." jawab Sari sambil menarik lengan suaminya yang tampan itu untuk ke atas. Andi mengedipkan matanya sebelah kepada Bram dan Dian.
"Dasar wanita cerewet." rutuk Bram pada Dian ketika Sari sudah pergi dibopong oleh suaminya itu ke atas dengan suara cekikikan
Sari manja kepada suaminya itu. Dian kembali mencubit lengan Bram karena berkata bahwa temannya itu cerewet.
"Iya..iya.. aku kelepasan bicara saja lady. Habisnya semua wanita di sini bawel semua. Tidak bisa melihat aku tenang sedikit saja." jelas Bram sebal.
"Nah, karena kita ditinggal berdua saja. Aku akan berkata bahwa kamu sangat luar biasa hari ini lady. Kamu telah menerima diriku ini untuk menjadi pasangan hidup kamu. Aku sangat beruntung karena mendapatkan wanita seperti kamu. Aku berharap kita bisa membuka hati dengan pelan-pelan agar hubungan kita ini mengalami kemajuan. Bagaimana menurut kamu?" tanya Bram pada Dian.
Bram menggengam tangan Dian yang berbalut cincin pertunangan mereka. Ia rela menghabiskan uangnya demi wanita ini. Dian tidak mau meminta apapun pada Bram membuat lelaki sebal bin kesal.
"Baiklah, sekarang kita pulang. Aku akan ikut mengantar kamu, yang membawa mobil nanti pengawal kamu." tutur Bram sambil menarik lengan Dian dan membimbing wanita itu ke luar rumah.
Keduanya langsung masuk ke mobil dan meluncur ke rumah Dian. Bram duduk disamping Dian dikursi belakang penumpang. Bram menggengam tangan Dian dengan erat, walaupun wanita itu singkuh dengan keadaan itu.
Dian masih bekerja dengan setiap hari pengawal mengawasi dirinya yang datang ke kantor dan pulang kerja. Para temannya dikantor ada yang mengolok bahkan mengejek dirinya yang serasa jadi seorang putri saja.
Dian tidak terlalu peduli dengan omongan orang. Toh, yang menjalankan hidupnya ini hanya dirinya bukan orang lain. Hanya sedikit saja yang mengerti akan perlakuan Bram ini kepada dirinya.
Semua orang dikantornya tidak tahu kalau ia sudah bertunangan sampai bosnya yang tiba-tiba datang ke ruangannya untuk memberikan selamat. Bosnya itu kenal sama Bram. Nah, dari situ satu persatu karyawan kantor tersebut tahu.

KAMU SEDANG MEMBACA
MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}
RomanceDian, wanita sederhana yang pernah dihina oleh seorang lelaki bernama Kenpi karena tidak mau diajak untuk kegiatan asyik. Ia jadi sedikit trauma untuk mendekati lelaki lagi yang melibatkan perasaan. Bram, lelaki kaya dan mampan. Ia belum pernah dek...