LEGA

2.7K 159 2
                                    

Air mata Dian mengalir menetes membasahi jari Bram yang mengusap pipi wanita itu.

"Saya.. saya.. "

"Sttss.. sepertinya dosaku sangat banyak, sehingga meminta maaf saja tidak cukup. Lady, aku akan datang ke rumahmu secepatnya dan melamar kamu untuk menjadi istriku. Aku akan menebus semuanya pada kamu dan ibumu. Aku sudah dengan seenaknya menghina dirimu." ujar Bram sebelum ia kehilangan keberanian. Ia tidak mau Dian jauh darinya karena wanita ini nanti direbut oleh Syarif. Ia melihat niat temannya itu jelas dari nada suara Syarif yang menyembunyikan sesuatu.

Dian menjadi patung mendengar penuturan Bram itu. Otaknya menjadi tumpul karena lamaran lelaki didepannya ini.

"Kamu tidak usah khawatir, aku akan mempersiapkan semuanya dengan cepat jika ibu kamu sudah setuju. Dan aku akan meyakinkan ibumu supaya menerima diriku untuk menjadi calon menantunya." lanjut Bram sambil mendorong Dian lembut untuk duduk di sofa.

Mata Dian terbelakak besar, jantungnya berdebar-debar dengan cepat.

"Apa.. apa yang akang katakan ini hanyalah tipu muslihat saja?" tanya Dian curiga. Mereka baru kenal dan lelaki ini sudah mau meminang dirinya untuk dijadikan seorang istri.

"No, ini bukan tipu daya lady. Pikirkan sekali saja bahwa kita akan tepat untuk menjadi pasangan. Terus umur kita sudah sangat matang, dan perlu kamu tahu lady bahwa aku tidak akan melepaskan kamu begitu saja jika kamu tidak setuju dengan permintaan ini." tutur Bram lagi.

Dian mau menjawab tapi Bram mengangkat tangannya.

"Aku belum selesai ngomong lady, aku akan mendekati ibumu dengan segala cara agar beliau terpesona dengan semua hal yang aku tempuh nanti."

Dian menarik napas panjang. Bram sekarang duduk disampingnya dan memegang tangannya dengan lembut.

"Apa saya boleh bicara sekarang?" tanya Dian pelan.

"Silakan my lady.. " jawab Bram.

"Apa setelah kita menikah, akang akan.. hmm.. itu.." Dian kesulitan untuk mengatakan tentang hubungan suami istri.

Bram sangat paham akan arah pertanyaan Dian itu.

"Hmm.. aku akan melakukan itu jika kamu yang meminta lady. Jika kamu tidak meminta maka aku tidak akan berbuat hal yang menyakitkan dirimu itu." jawab Bram cepat.

Otak Dian bergerak cepat. Ia akan terbebas dari omongan tetangga yang usil ataupun nyinyir terhadap status single yang disandangnya ini. Toh, niat akang Bram juga hanya untuk menebus kesalahan dan ia juga bisa memanfaatkan hal itu hanya untuk menjauhkan dirinya dari sasaran gosip.

"Aku akan memberikan kamu waktu berpikir saru minggu lady, jika dalam waktu itu kamu masih belum memberikan jawaban, well, aku akan tetap ke rumah kamu." lanjut Bram membuyarkan lamunan Dian.

Dian menatap lekat lelaki yang selama 1 bulan belakangan ini lumayan deket dengan dirinya dan juga ibunya. Sepertinya hubungan yang akan mereka bangun ini sangat rumit.

"Lady, btw, kamu belum mengatakan sudah memaafkan aku atau belum?" tanya Bram lagi.

Dian pernah mendengar orang yang memaafkan itu lebih mulia daripada orang yang meminta maaf.

"Ya."

Bram menarik napas dengan sangat lega. Ia mencium telapak tangan Dian yang berada digenggamannya itu membuat Dian terkesiap.

"Ehh..maaf lagi lady, aku tidak bisa menahan diriku ini karena kamu sudah memaafkan diriku." tutur Bram dengan tersipu.

Dian melihat lelaki disampingnya ini menjadi tersipu karena hal itu.

MENCINTAI CEWEK MATRE? {Geng Rempong : 3}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang