Baru sehari setelah acara marahan dari si Rasta. Ahh aku bahkan ragu dia marah atau apa. Jika marah sering diidentikkan dengan nada suara yang meninggi, jelas Rasta tak masuk kategori.
Lalu bagian mana yang membuatku bisa menyimpulkan jika makhluk paripurna itu tengah marah? Aku juga tidak tahu. Semua yang berkaitan dengan dia membuat otakku akan mengalami disfungsi kerja. Kemudian yang muncul hanya wajahnya yang menunjukkan rasa tidak suka dengan tindakanku.
Oke aku tahu jika menguntit Mentari yang merupakan teman dekat Rasta sejak SMA adalah perbuatan yang sangat tidak elegan. Mengikuti kemana dan melihat apa saja yang dilakukan cewek itu diam-diam juga sangat kurang kerjaan. Tapi mau bagaimana? Aku begitu penasaran. Seperti apakah hubungan Rasta dan Mentari. Atau sedekat apakah mereka yang mungkin saja berpotensi untuk mengubah status pertemanan mereka menjadi sepasang kekasih. Huweee membayangkannya saja dadaku serasa sulit bernafas.
Jadi selama menguntit Mentari. Aku selalu mencocokkannya dengan informasi yang kudapatkan dari Rasta jika biasanya laki-laki itu akan mencari bahan mengenai tugas kuliahnya bersama dengan Mentari. Yah salah satu kabar buruknya Mentari dan Rasta itu satu kelas. Jadi frekuensi pertemuan mereka lebih sering ketimbang aku yang begitu jelas tertarik dengan Rasta.
Hmm jika kalian tertarik dengan sesuatu apa sih yang biasa kalian lakukan? Pasalnya aku bahkan tidak tahu apa aku menyesali perbuatanku ini.
Rasta.
Dia memiliki semua indikasi jenis laki-laki idaman para gadis.
Dia baik, sopan, kreatif, pergaulannya bersih, cerdas dan dibesarkan di lingkungan keluarga yang menomorsatukan pendidikan. Jangan lupakan lesung pipinya yang dalam itu. Bukankah Rasta itu sangat paripurna?
Anehnya jika ditanya apa yang membuatku menyukainya maka aku perlu kerja otak yang keras. Dan berujung dengan gelelengan kepala sambil tersipu-sipu.
Aku harus segera bicara dengan Rasta. Mana mungkin aku bisa tahan mendapat pengabaian dari dia.
Segera saja aku memasuki kamar dan mencari di mana ponselku. Uhhh sepertinya aku terkena penyakit pikun dini. Terus saja ku cari dengan wajah kesal namun tak lama akhirnya aku tersenyum mendapati potongan metal berwarna putih itu berada di laci meja belajarku.
Terdapat notifikasi pesan dari chat grup. Setelah membaca pesan dari grup tanganku mengusap layar ponselku. Mencari kontak teratas dan mengirimi Rasta pesan.
Aku harus berkata apa?
To Rasta
Rasta kamu masih marah ya?
Duhh kok ngenes banget sih.
Kuhapus kemudian kembali memikirkan kalimat yang pas. Besok siang Rasta memiliki jadwal kuliah dari siang hingga sore. Betul juga besok aku memiliki satu jadwal kuliah di pagi hari.
To Rasta
Kamu ada waktu besok siang? Ada yang mau aku omongin.
Satu tanda centang. Dia belum membacanya. Lama aku menunggu hingga akhirnya muncul dua tanda centang berwarna biru akhirnya muncul tanda jika dia sudah membaca pesanku. Balasannya kemudian datang.
From Rasta
Ok.
Balasan yang jelas sangat singkat. Tidak begitu ku pusingkan. Dia memang begitu jika sedang chat. Justru akan terasa aneh jika ia terlalu banyak bicara. Dan dia bilang ok namun tetap saja ada yang mengganjal. Semoga aku kuat menyukai orang sepertinya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You (Completed)
ChickLitMasalah yang dihadapi oleh Medina itu klise. Dia naksir sama orang yang salah. Bukan orangnya yang salah tapi pilihan Medina yang keliru. Jelas saja jika perasaan sukanya terhadap orang itu lumrah disebut sebagai cinta sepihak. Kasian banget! Disc...