Aku berharap bsa mentakan hal ini berulang kali dengan rasa yang tetap sama. Aku menyukai seorang lelaki. Dia tinggi, berkulit sawo matang dan memiliki mata yang bening. Setiap kali memikirkan hal yang bisa membuatku jatuh cinta maka akan dibuat sinting sendiri. Ya karena aku pun tidak tahu karena apa.
Rasta akan selalu menjadi objek di muka bumi ini yang akan kucari, jadi iniah kulakukan sekarang. Menjadi seorang stalker yang tak tahu malu. Umhhh jangan khawatir, aku belum semaniak itu hingga aku tak tahu batas-batas.
Tolong jangan mengira apa yang aku alami dengan Junior kemarin itu apa-apa. Tidak ada hal yang istimewa, selain dia itu masih disukai oleh Cia. Aku sama sekali tidak berniat memkirkan lelaki itu. Terutama perubahan sikapnya yang derastis itu sangat menggangu.
Semenjak beberapa hari ini aku sama sekali belum melihat Rasta. Semoga hari ini aku beruntungbisa melihatnya di kampus meski hanya sedetik saja agar aku tahu jika aku masih menginjak dunia yang sama dengar Rasta. Maka setelah itu aku akan merasa begtu beruntung.
Sudah beberapa jam berlalu dan Rasta masih belum terlihat. Apa ini kebetulan tuhan memang tak ingin melihatku atau memang aku sudah hilang harapan? Sungguh membayangkannya saja membuatku jadi menggigil.
Dan ternyata buakn kebetulan, Rasta sendirilah yang muncul dihadapanku. Dia berjalan dengan tenang seperti biasa, kuharap dia tidak akn bertanya tentang Mentari. Oh ya aku hampir lupa jika Mentari hilang itu Cuma ada dalam mimpiku saja.
Aku tahu jika rasa tertarik dan cinta itu tak bisa dipisahkan, tapi secara yakin aku akan mengatakan bahwa perasaanku pada Rasta itu murni. Semoga kalian bisa memahaminya, karena itulah aku tak pernah terlalu menuntut agar dia bersedia menyambut perasaanku. Hanya dengan dia menganggapku sebagai perempuan biasa itu sudah cukup.
Oh ya sebenarnya aku cukup peduli dengan pendapat Rasta tentangku. Apa dia pernah merasa kesal padaku? Apa dia pernah marah? Aku tidak pernah tahu. Semoga saja ia tidak jijik dengan tingkahku yang tak tahu malu.
‘’Rasta.’’
Dia lagi-lagi hanya mengangguk singkat tanpa menatap langsung ke mataku. Rasta selalu begitu, sedikit-sedikt diam saja mendengar ocehan tak pentingku tanpa memberikan respon jika ia bosan atau marah. Sedikit-sedikit hanya mengangguk dan mengatakan ‘’Iya.’’ Atau ‘’Tidak.’’ Dan ‘’Mungkin.’’ Jika ragu.
‘’Ada Ras? Nggak biasanya kamu datang kemari.’’ Kelas Rasta berada di gedung yang berbeda dengan kelasku. Butuh beberapa menit untuk tiba kemari.
Rasta membuka mulutnya seolah akan menjawab pertanyaanku, namun pada akhirnya mulutnya terkatup rapat, cukup lama. Matanya mengarah padaku kemudian berpaling, menatapku lagi kemudian memalingkan wajahnya. Kembali menatapku dan akhirnya menghembuskan nafasnya dengan cukup panjang. Sementara aku masih menunggunya untuk berbicara. Semoga ekspresi wajahku terkontrol. Aku tidak ingin kelihtan jelas jika sebenarnya aku suka Rasta berdiri dari jarak sedekat ini denganku.
‘’Temani gue ke ultahnya Lovely.’’ Kata Rasta dengan kakunya.
Aku belum merespon, kupikir bukan hanya itu yang ingin ia katakan padaku. Tapi Rasta kembali ke mode biasa.
‘’Just that?’’ Tanyaku ragu. Aku berusaha membaca maksud Rasta yag sebenarnya melalui matanya. Karena dengan cara itulah aku bisa sedikit memahami manusia yang terkadang lebih suka menutupi perasaanya dengan melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kemaunnya.
Tapi Rasta sendiri yang hmmm apa ya jika bisa kujabarkan. Sebuah ajakan? Tapi tadi Rasta lebih terdengar memerintah daripada mengajak. jadi ajakan Rasta ini sama sekali tidak membuatku besar kepala. Tentu saja, jelas ia tidak menyukaiku. Ia menajakku mungkin saja karena ia ingin saja. Kalian paham kan saat kalian menginginkan sesuatu tanpa alasan yang jelas.-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You (Completed)
ChickLitMasalah yang dihadapi oleh Medina itu klise. Dia naksir sama orang yang salah. Bukan orangnya yang salah tapi pilihan Medina yang keliru. Jelas saja jika perasaan sukanya terhadap orang itu lumrah disebut sebagai cinta sepihak. Kasian banget! Disc...