Happy Reading. 😇
"Udah mendingan?"
Cia menyesap susu hangat yang ku berikan padanya dengan enggan. Tapi tetap memaksakan diri untuk menyesap susu hangat itu sampai habis. Mengabaikan pertanyaanku.
"Gimana?" Tanyaku.
Cia memutar matanya malas. Matanya membengkak tanda jika Cia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menangis semalam.
"Nggak pernah sebaik ini." Aku tahu ia bohong.
Cia menyelipkan tawa sumbang di akhir kalimatnya. Berusaha meyakinkanku jika dirinya sudah sepenuhnya lupa dengan penyebab dari tangisannya.
Ya memang terlalu lama larut dengan kesedihan sangat bukan gaya Cia. Dan sepertinya sisi Cia yang satu ini bisa menular padaku.
Aku hanya perlu meyakinkan diri bahwa cara yang paling ampuh untuk menghadapi masalahku dengan menganggap jika semua itu tidak akan mengangguku.
___
Masih begitu awal, hari itu suasana kampus begitu senyap. Tidak banyak mahasiswa yang kutemui sepanjang perjalanan dari gerbang kampus hingga koridor jurusan.
Hanya sebagian tukang sapu yang menyapaku sembari tersenyum. Mengawali hari mereka dengan menebarkan aura positif. Aku tidak pernah menganggap hari-hariku yang biasanya begitu datar berubah menjadi lebih bergairah hanya karena satu orang nama.
Setelah pertemuan di supermarket beberapa waktu lalu, akhirnya aku mendapat kesempatan untuk bisa mengenal dia lebih jauh. Meski terdengar seperti stalker. Tapi aku tentu saja merasa lebih baik dari pada seorang stalker. Karena informasi yang kudapat sama sekali tidak merugikan siapa-siapa.
Dan sekarang di sinilah aku. Berdiri dengan beberapa rencana yang sudah ku susun rapi. Aku tidak tahu pasti apakah ini akan berhasil atau tidak. Tapi aku akan mengusahakan bagaimana agar. Apa yang sudah ku prediksi bisa berjalan dengan lancar. Intinya aku mengharapkan apapun yang ku lakukan nanti bisa menarik sedikit perhatian Rasta.
Kini aku melihatnya. Dia berjalan dengan pelan dan teratur. Dia terlihat luwes namun tidak gemulai. Dia nampak tidak begitu banyak bicara. Rambutnya yang agak panjang di sisir ke belakang. Awalnya kupikir dia memberikan gel pada rambutnya.
Namun ternyata efek rapi dan mudah dibentuk itu disebabkan karena habis keramas, yang akan hilang setelah mengering dan meninggalkan kesan liar dari rambutnya yang berantakan. And I think i love it.
Nahhh dia sudah semakin dekat.
Saat sedetik kemudian yang kupikir Rasta akan berjalan di depanku menjadi lain. Seorang gadis berambut panjang dengan tinggi di atas rata-rata tiba-tiba muncul dari arah yang tidak ku ketahui. Seolah-olah dia memang langsung jatuh dari langit. Di kirim Tuhan untuk menghambat rencanaku.
Pada akhirnya aku hanya bisa menggigit ujung bibir bawahku. Gagal sudah.
___
Waktu itu perasaanku begitu campur aduk. Hingga tidak ada satu kesimpulan pun yang bisa ku tarik dari gagalnya rencanaku hanya karena satu orang gadis. Sebenarnya jika pun Rasta tidak berjalan di depanku, aku masih bisa menghampirinya. Sayangnya eksekutor yang Tuhan kirim itu tidak setengah-setengah dalan menggagalkan rencanaku. Gadis itu bahkan menarik Rasta ke arah yang berlawanan denganku.
Kembali mengingat bagaimana mudahnya Rasta membiarkan dirinya untuk ditarik oleh gadis itu mengundang berbagai macam prasangkaku. Ah ya! Aku hampir lupa dengan fakta bahwa Rasta memiliki satu orang teman perempuan yang begitu lengket dengan dirinya. Aku begitu shock dengan kejadian yang tidak terduga itu hingga tidak menyadari jika gadis yang menarik Rasta itu ternyata Mentari!
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You (Completed)
ChickLitMasalah yang dihadapi oleh Medina itu klise. Dia naksir sama orang yang salah. Bukan orangnya yang salah tapi pilihan Medina yang keliru. Jelas saja jika perasaan sukanya terhadap orang itu lumrah disebut sebagai cinta sepihak. Kasian banget! Disc...