"Hai Jio." Sapa Cia dengan riangnya.
Jio hanya mengangguk singkat dan menatap kami dengan pandangan sayunya yang khas. Aku selalu suka dengan sorot mata Jio yang sayu itu. Kelihatan murni dan tidak lancang.
Sementara si cewek yang ada di hadapan kami hanya menatap kami dengan penuh minat. Sangat jelas jika dia begitu menantikan Jio untuk mengenalkan kami berdua. Sayangnya Jio sama sekali tidak berniat melakukannya.
Hingga Cia yang sebenarnya juga penasaran harus turun tangan. Cia menoleh ke arahku. Sudut bibirnya terangkat. Matanya seolah mengatakan semua rencanaya padaku.
"Hmm siapa ni?" Cia bertanya pada Jio. Pandangannya sama sekali tidak meleset dari Jio sewaktu bertanya. Dan tindakan Cia itu membuat pacar Jio menjadi kesal. Sangat terlihat dari ekspresinya yang berubah kecut, antara kesal karena Jio hanya diam saja atau cemburu pada Cia yang secara terang-terangan menatap sesuatu yang ia anggap sebagai 'milik'.
___
"Kakak temannya Jio ya?"
Untung saja sewaktu cewek mainstream itu bertanya aku tidak sedang meminum sesuatu. Pertanyaan yang sangat lucu. Dan what dia menyebut Cia kakak sedangkan Jio yang hanya berjarak beberapa hari dengan Cia disebut nama saja?
Apa Cia atau mungkin aku juga kelihatan setua itu?
Apa Jio menemukan cewek yang sebenarnya lumayan manis ini di tepi jalan?
Jio berdehem. Seolah ingin memulai kalimatnya dengan enggan. Sebab baik akupun dan Jio sudah sangat paham bahwa pertanyaan yang dilontarkan cewek itu dapat mengundang murka seorang Darsia Agarid Finan.
"Dia teman aku." Ucap Jio dengan enggan.
"Oh ya?" Cewek mainstream itu menatap kami dengan penuh minat.
Kemudian menjadi kaku saat menatap wajahku. Oh ya antara aku dan dia memang pernah punya kesan pertama yang buruk.
"Aku Lovely Julita."
Krik krik andaikan ini adalah adegan dari sebuah film pasti akan terdengar suara jangkrik yang menandakan suasana yang sangat canggung.
Ya semua jadi hening beberapa saat sebelum Jio akhirnya bersuara.
"Hmm Cia, Din ini hmm in hmm."
Jio terlihat sangat enggan untuk melanjutkan kalimatnya.
"Lovely Jelita. Pacarnya Jio." Tegas cewek bernama Lovely Jelita itu.
By the way bagaimana cara Jio memanggil pacarnya yang memiliki nama unik itu. Love?
"Hai Lovely."
Cia benar-benar menampilkan sikap ramahnya pada Lovely. Dan sikap Cia itu sangat mengundang kecurigaanku. Sayangnya Jio sama sekali tidak cukup peka untuk menyadari perbedaan sikap Cia itu.
Aku masih memerhatikan interaksi awkward mereka. Jio tetap tenang sementara Cia dan Lovely sedang bergurau mengenai kebiasaan aneh Jio yang suka berjalan-jalan di sekitar kamar sebelum tidur.
"Ahh masa sih? Manis banget sich?" Ucap Lovely dengan gemas menarik pipi kanan Jio dengan gemas. Jio hanya mengangguk dan tersenyum ke arah Lovely.
"Asal elo tau aja Ly. Jio itu cowok yang paling nggak romantis sama sekali."
"Bukannya kebalik ya? Jio itu romantis banget." Lovely melirik Jio sambil mengerling usil. Mencoba menggoda Jio dengan kalimat ambigunya itu.
"Romantis apanya?"
Tanyaku dengan Cia bersamaan. Kami saling menatap kemudian tertawa. Ternyata kami sangat kompak mengenai pemikiran bahwa Jio itu cowok kaku!
"Dia tuh manis deh pokoknya." Jawab Lovely.
Seluruh wajah Jio memerah, bahkan hingga leher dan kupingnya. Mengenai Lovely, sepertinya ia sama sekali tidak mengingatku.
Lovely hanya sibuk tersenyum dan sesekali menanyai Jio dengan pertanyaan yang tidak penting.
---
"Si Lovely udah pulang?"
Jio mengangguk. Berulang kali ia menghembuskan napas panjang. Seakan mencoba menenangkan dirinya.
"Tentang Lovely, kok?"
Jio menatapku dengan tampang prihatinnya yang sejujurnya sangat mengangguku. Terang saja. Ini pasti ada kaitannya dengan Lovely. Gadis yang beberapa lalu kutemui dengan kesan yang buruk. Kemudian bertemu dengan gadis itu yang kini berstatus sebagai pacar sahabatku.
"Lolita. Dia..."
"What Lolita?" Pekikku dengan cukup keras. Untung saja sebagian besar pengunjung kafe ini sudah pergi hinga aku tidak perlu mendapatkan tatapan yang sangat menyebalkan dari orang-orang yang terganggu dengan suaraku.
"Gue manggil dia Lolita." Balas Jio tanpa menatapku.
"So what's wrong?"
Sebenarnya aku masih agak shock dengan cara Jio memanggil Lolita. Bahkan dia punya panggilan khusus buat Lovely. Memang seserius itukah Jio sama dia?
"Lolita..." Jio menatapku lagi. Terlihat ragu untuk meneruskan kalimatnya.
"Dia apa?"
"Dia adeknya Rasta." Lanjut Jio akhirnya.
"Oh Ras... What? Rasta? Rasta yang itu?"
Bagaimana aku bisa sebodoh itu? Aku bahkan tidak bisa langsung menyadari maksud dari Jio yang sudah jelas itu.
"Ya."
Jio mengangguk dengan enggan. Tapi aku kemudian menyadari suatu hal bahwa alasan mengapa Jio. Bisa terlihat menolak sekaligus bertahan dengan semua tindakan Lovely a.k.a Lolita disebabkan karena Jio ada rasa dengan Lolita. Dan kabar baiknya Lolita itu adik dari cowok yang kurang Jio suka.
Lalu bagaimana dengan Rasta? Apa dia tahu jika Jio punya kaitan dengan adiknya secara khusus. Ya ternyata pemikiranku mengenai Lolita yang mengingatkanku dengan Rasta adalah kewajaran saja. Mereka saudarah. Wich is aura mereka hampir sama.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You (Completed)
Chick-LitMasalah yang dihadapi oleh Medina itu klise. Dia naksir sama orang yang salah. Bukan orangnya yang salah tapi pilihan Medina yang keliru. Jelas saja jika perasaan sukanya terhadap orang itu lumrah disebut sebagai cinta sepihak. Kasian banget! Disc...