Junior mengikutiku, kali ini dengan terang-terangan. Ya aku bisa apa jika firasatku mengatakan bahwa Junior pernah mengikutiku diam-diam. Tapi kali ini dia mengikuti tanpa niat menegurku. Atau mungkin aku yang terlalu mengada-ada. Jadi apa yang bisa kulakukan sekarang? Jadi gadis polos yang tidak tahu apa-apa, ya hanya begitu.
Pukul dua siang kuliahku telah selesai. Perutku juga sudah keroncongan, terkuras karena berpikir selama proses kuliah mungkin. Tapi yang lebih menyedihkan aku kangen Rasta. Inginku mendatanginya, kembali mengusik ketenangannya, tapi ia terlihat tidak ingin diganggu.jadi biarkan saja rindu ini kutabung dulu.
Sebaiknya sekarang aku memikirkan perutku saja dulu. Kantin atau rumah? Oke aku mungkin bukanlah gadis yang pandai memasak tapi masakan buatanku tidaklah juga begitu buruk, hanya saja aku sangta lapar sekarang dan kantin adaah tempat terdekat dari sumber makanan untuk perutku ini.
Laki-laki itu masih berada di belakangku. Aku tidak yakin jika keberadaanny hanyalah sebuah kebetulan. Oh ampuni aku tuhan yang masih saja menaruh curiga pada mantan sahabatku sendiri.
Kupilih meja yang agak menyudut. Baru sepersekian detik aku menduduki kursi kantin dan berniat memesan seporsi bakso, ponsel di tas kecilk berbunyi. Ada nama Lolita. Hmmm dia mau apa lagi sich? Setelah percakapan kami atau lebih tepatnya basa-basi dari si pacarnya Jio, aku sudah sangat jarang mendapati mereka bersama. Dasar memang jahat diriku ini. Padahal awalnya aku begitu kasihan pada dia. Tapi sekarang aku malah jadi antipati dengannya. Apa karena dia menyalahkanku? Apa karena aku kecewa pada dia yang tidak sebaik yang kupikir? Bukankah akan lebih parah jika Lolita hanya diam saja? Terlalu banyak variable membuat perutku makin lapar.
Jangan lupakan keberadan si tengik itu. For your information Junior masih berada di jangkauanku. Terlalu banyak yang kurasa hingga rasa-rasanya aku merasa bingung harus merasa bagaimana. Demi langit yag sekarang sedang terik dan berpotensi membakar kulitkku. Aku tidak mampu menarik kesimpulan.
Aku butuh seseorang yang setidaknya mampu mendengar keluh-kesahku tanpa memberikan komentar. Aneh memang. Mau curhat tapi ogah dikasih nasehat. Itulah diriku yang aneh. But aku ingin menangis sekarang.
Aku ingat Rasta, dan ingat Rasta hanya akan menambah kemelankolisanku. Aku ingat Jio yang artinya ingat Lolita adeknya Rasta. Ada yang bisa paham dengan pikiranku yang random ini? Nggak ada. Mungkin sebagian orang akan berkata jika aku aneh, dan tidak masalah. Aku tidak akan mau meralatnya.
"Ini pesanannya nona."
What? Nona?
Saat tersadar yang ada dihadapanku persis duduk di kursi kantin yang hanya dibatasi oleh meja terdapat sosok orang yang akupun bingung harus bereaksi seperti apa. Itu Junior yang tertawa dengan menggigit bibir bawahnya berusaha meredam suara tawanya. Yang ada kini ia seperti sedang meledekku saja. Dasar!
"Kenapa elo yang nganterin? Perasaan gue belum pesan apa-apa?" Kuharap mantan Cia ini cerdas hingga ia bisa paham bahwa aku sama sekali tidak mengharapkan dia ada di dekatku.
"Hmmm oh ya?' Keningnya mengerut seolah berpikir keras. Melihat itu hanya membuatku muak.
Apapun motif tersembunyi Junior dengan membututiku tidak akan memberinya apa yang ia mau. Jangan harap!
"Ternyata kata Cia benar. Elo suka ketus sama orang baru." Laki-laki itu mengetuk jari telunjuknya di atas meja kayu yang juga menaruh pesanan tak terduga punyaku. Nafsu makanku hilang dengan tindakan Junior yang sudah overload ini.
Tunggu! Apa dia bilang tadi? Kata Cia? Memangnya mereka berdua pernah membicarakanku? Cia, bagaimana mungkin kamu tega sama sahabat sendiri. Tsk, dasar singa betina ember!
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You (Completed)
ChickLitMasalah yang dihadapi oleh Medina itu klise. Dia naksir sama orang yang salah. Bukan orangnya yang salah tapi pilihan Medina yang keliru. Jelas saja jika perasaan sukanya terhadap orang itu lumrah disebut sebagai cinta sepihak. Kasian banget! Disc...