51. Biasa namun mendebarkan

204 8 0
                                    

Assalamualaikum. Selamat membaca dan semoga suka..

Coba kalian bisa melihat bagaimana keadaanku sekarang. Atau kalian bisa sedikit saja memahami masalahku. Sejujurnya aku masih sedikit malu tiap bertemu dengan Junior. Bayangan malam di mana aku bertingkah bodoh di depan Junior selalu saja muncul. Aku bahkan tidak habis pikir dengan diriku sendiri waktu menganggap Junior adalah Rasta, jelas-jelas mereka jauh berbeda. Yah, salahkan saja sebagian dari diriku yang enggan keluar dari zona yang kuciptakan sendiri.
Terlepas dari tingkah absurdku, keberadaan Mentari yang begitu sulitnya kutemuilah yang tidak bedah jauh dari mimi ataupun imaginasiku. Sepupu tersayangku itu belum terlihat sampai saat ini. Aku juga malas untuk bertanya pada ibu Mentari. Ke jurusan Mentari? Ah! Aku belum sanggup bertemu dengan Rasta.
Cia kembali menelponku setelah berulang kali kuabaikan. Tidak sanggup rasanya harus mendengar dering ponselku yang berbunyi terus jadi kupaksakan diriku untuk menerimanya.
‘’Halo.’’
‘’Medina.’’
Saat mendengar suara yang menyebut namaku, rasanya aku sangat ingin memiliki kekuatan super yang sanggup membuatku menghilang sekarang ini. Bagaimana bisa ini? Kujaukan layar ponsel itu dari telingaku, untuk memastikan bahwa benar yang menghubungiku itu Cia. Tapi kenapa malah suara Junior yang kedengaran aneh itu?
‘’Kok kamu yang...’’
Suara tawa kecil Junior terdengar. Untuk alasan yang tidak bisa kujabarkan, aku merasa tenang mendengarnya.
‘’Tentang kejadian waktu itu, nggak usah terlalu dipikir.’’ Kata Junior, sayang sekali mengikuti kata-kata Junior tak semudah saat ia mengatakan itu padaku. Nggak usah dipikir? Dia pikir gampang apa.
‘’Hmm kamu yakin?’’ Aku hanya sekedar basa-basi saja. Apapun jawaban Junior tiidak akan memberi pengaruh terhadapku.
‘’Mmm iya.’’
‘’Cia mana?’’ Rasanya terlalu canggung. Jadi kucoba untuk mengalihkan pembicaraan, padahal aku akan merasa baik jika Junior mematikan panggilannya.
‘’Ada kok tenang aja.’’
Saat Junior mengatakan itu, aku menjadi penasaran. Bagaimana ekspresi dia? Bagaimana mimik wajahnya, bagaimana matanya. Ia bersikap seolah kejadian waktu itu bukan apa-apa yang rasanya mustahil untuk dilupa. Dan aku ingin tahu, apakah Junior merasa marah? Hhh Medina bodoh! Tentu saja cowok itu marah. Siapa coba yang tidak kesal ketika berniat baik ehh malah dianggap orang lain dan jadi pelampiasan atas hal yang tidak diketahui sama sekali.
‘’Aku ngantuk nichh.’’
‘’Matiin aja.’’
‘’Ehhh..’’ Aku dibuat melongo dengan respon Junior yang di luar dugaanku itu. Sama sekali tidak basa-basi. Tidak menunggu lama langsung saja kumatikan panggilan itu tanpa bertanya lagi.
Semenit kemudian pesan yang berasal dari nomor Junior masuk ke ponselku. Kupikir itu hanya broadcast melihat bagaimana panjangnya pesan Junior. Aku hanya melihat sekilas tanpa berniat untuk membacanya. Terlalu memikirkan kegilaanku membuat tenagaku terbuang banyak. Sepertinya aku harus mengikuti saran Junior untuk tidak terlalu memikirkannya.
--
Paginya seperti biasa aku ke kampus untuk memasuki kelas yang semakin lama terasa sangat membosankan. Tapi demi cita-cita pokoknya harus dibela-belain deh. Selain Rasta aku masih memiliki mimpi lain. Menjadi seorang yang hmm apa ya? Akupun tak tahu apa cita-citaku yang sebenarnya. Aku hanya menjalani kegiatanku sekarang dan belum terlalu memikirkan masa depan, selain Rasta tentunya. Tapi mungkin aku perlu mempertimbangkannya nanti.
Kurasa niatku untuk mempertimbangkan masa depanku membawa sebuah keberuntungan hari ini, itu karena bagiku, melihat Rasta baik-baik saja dan fokus dengan bacaannya seolah keributan di sekitarnya tidak menggangu merupakan sesuatu yang membuatku merasa begitu gembira. Kalian tahukan bagaimana orang yang jatuh cinta? Selalu terlihat tidak masuk akal. Dan Rasta adalah penyebab dari hilangnya kewarasanku. Tentu saja sebab Rasta akan selalu membuatku terus menerus jatuh cinta.

-TBC-

Into You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang