Rasanya baru kemarin Jio mengatakan fakta mengejutkan sekaligus menjawab semua rasa penasaranku mengenai kemiripin Lovely dengan Rasta. Aku bahkan tidak yakin bagaimana. Tapi jika bagian dari Rasta tiba-tiba memasuki teritorial persahaban kami maka jelas akan menggangguku. Tapi aku tidak bisa menganulir semuanya.
Aku tidak menyalahkan Jio. Saat ia tahu jika Lovely ternyata saudara Rasta, ia tetap bertahan dengan keinginannya. Aku senang, tentu saja. Manusia mana yang tidak akan senang jika sahabatnya bahagia?
Tetapi tetap saja aku merasa ada yang salah. Dan lagi perasaanku menjadi kacau. Semalaman aku menangis hingga kedua mataku membengkak. Sesak rasanya. Padahal dulu aku sudah memastikan jika Rasta hanya akan membuatku bahagia. Tidak peduli dengan apa yang ia lakukan.
Nyatanya. Aku hanyalah gadis biasa yang lemah. Yang akan menjadi sentimental jika berkaitan dengan sesuatu yang tidak bisa kumiliki.
Rasta adalah satu-satunya di dunia ini yang sangat ingin kumiliki untuk diriku sendiri. Tapi aku harus rasional juga kan? Tidak mungkin kupaksakan semua harapanku. Kehadiran Lovely sama sekali tidak membuat perasaanku menjadi lebih baik.
___
Tak sengaja kulihat Mentari berjalan di sampng Rasta. Ia kelihatan ceria di dekat Rasta. Begitu juga dengan Rasta. Suatu situasi yang semakin membuatku tidak yakin dengan status mereka.
Apa mereka sudah jadian? Ah memikirkannya saja sudah membuat mataku jadi basah. Tapi yang kupikirkan hanyalah bagaimana mungkin di dunia ini bisa ada orang sejahat Mentari?
Aku tidak dendam. Percayalah. Untuk keyakinan yang tidak kutahu bersumber dari mana. Mentari tidak mungkin dengan sengaja merebut Rasta dariku saat dia sendiri tahu bagaimana perasaanku yang begitu kuat.
Aku terus mengikuti langkah mereka. Hingga mereka berpisah di lorong kampus. Mentari berbelok ke arah kanan dan Rasta terus melangkah. Hanya saja langkah Rasta kali ini lebih pelan.
Masih dengan langkah pelanku. Bertingkah layaknya seorang stalker sakit jiwa. Tapi masa bodoh. Aku kangen dia. Aku ingin melihatnya terus dan terus. Tidak peduli bagaimana Cia akan memberikan sumpah serapahnnya padaku karena aku masih saja gagal move on.
Tapi kenapa rasanya ada yang salah? Apa itu? Bulu kudukku merinding. Dan sikap antisipasiku menjadi kacau manakala Rasta berbalik menatapku.
Dia hanya melirik ke arahku. Matanya berputar dengan ekspresi yang begitu jelas jika keberadaanku sama sekali tidak membuat moodnya menjadi baik.
Tapi apa salahku?
Lagi otakku yang standar ini terlalu sulit untuk mencoba memahami situasi sekarang. Rasta memberikan tatapan yang begitu asing.
"Kaget ya?"
___
Cia hanya menggelengkan kepalanya dengan gemas. Setelah aku menceritakan mengenai pengintaianku tadi siang. Cia juga tidak memberikan sumpah serapahnya seperti dulu-dulu.
"Gue mesti gimana Ci?" Tanyaku cemas. Aku memang sangat cemas dan aku tidak tahu harus melakukan apa lagi.
"Kalau elo nanya gue perihal apa yang seharusnya elo lakuin maka gue akan ngomong sebaiknya elo jauh-jauh dech dari makhluk yang gak jelas macam Rasta."
Aku diam tak menanggapi. Cia lagi-lagi menggeleng. Dia sudah paham dengan sikapku yang keras kepala ini. Saran Cia tadi bisa saja kuterima. Tapi aku memilih mengabaikannya. Sudut hatiku tidak mau didikte. Bahkan setelah aku memoklamirkan keinginanku untuk bebas.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You (Completed)
ChickLitMasalah yang dihadapi oleh Medina itu klise. Dia naksir sama orang yang salah. Bukan orangnya yang salah tapi pilihan Medina yang keliru. Jelas saja jika perasaan sukanya terhadap orang itu lumrah disebut sebagai cinta sepihak. Kasian banget! Disc...