Selamat membaca. 😄
Polanya selalu sama. Aku memikirkan Rasta kemudian jatuh sakit dan bertambah parah karena mereka berdua. Rasta dan Mentari.
Tapi tak masalah, toh sekarang aku sudah sehat wal afiat. Sementara ini tidak perlu ke kampus dulu. Ya aku tahu tugas sedang banyak-banyaknya dan diburu deadline.
Aku hanya ingin menjadi bebas sekarang. Atau lebih tepatnya butuh waktu untuk sendiri. Sedikit berpikir dan banyak bersantai.
Speak tentang bersantai nama Cia muncul di pikiranku. Ah anak itu sama sekali tidak pernah muncul di rumah sakit. No, jangan berprasangka ya. Dia itu agak trauma dengan rumah sakit. Keadaan rumah sakit. Sejenis itulah.
Sebagai teman yang kesal aku akan memberikan Cia sedikit toleransi dan segudang hukuman nantinya.
___
Tok tok
suara pintu diketuk. Sedikit menggangguku. Majalah yang menampilkan artikel mengenai artis cowok Korea favoritku itu ku biarkan dalam posisi terbuka di atas tempat tidur yang memang tadi posisiku dalam keadaan tengkurap.
Tok tok, suara itu semakin mengeras. Bikin kesal saja. Nggak bisa sabar apa? Belum juga ada semenit. Sama Rasta aja aku betah digantung mulu. Errr sepertinya aku sudah gila.
Pintu terbuka. Dan kalian tahu siapa tamu yang super annoying itu. Dia Cia My Bestie after Jio. Kalau gini mah gimana mau marah coba.
"Ahhh Cia gue pikir elo udah lupa sama gue." Ucapku sok manja. Aku bahkan hampir memeluk dia namun keburu didorong keras olehnya.
Brukkk..
"Awhhh sakit." Ringisku merasakan sedikit tekanan menyakitkan di bokongku.
Cia itu memang bukan cewek biasa. Lihat saja kekuatannya yang kayak kuda begitu. Aku didorong dengan santai sama dia.
"Tskk jangan sok lembek lo Din."
Cia berdiri tegak dan melipat kedua lengannya didada."Padahal gue baru sembuh lo. Baru sembuh."
"Yayaya. Penyakit itu jangan dimanja."
Mendebat Cia hanya buang-buang tenaga saja. Nanti aku kembali sakit sebelum siap melihat Rasta.
"Hmm oke. Serah deh. Ehh elo liat Jio? Tuh anak kok aneh banget akhir-akhir ini."
Tanyaku pada Cia. Ya kami bertiga memang sahabat sejak lama. Sayangnya semenjak Kuliah intensitas pertemuan kami mulai berkurang.
"Nanya kok sama gue." Kupikir Cia sedang bercanda. Tapi matanya terlihat malas saat menjawab pertanyaanku.
Sesuatu sedang terjadikah?
"Elo lagi pms ya?"
Cia melirik sadis ke arahku. Gadis yang memiliki tinggi di atas rata-rata itu bejalan menyebrangi ranjang dan duduk di kursi meja riasku.
Seperti pertanyaanku tidak begitu penting bagi Cia. Dia hanya fokus melihat polesan lipstik di bibirnya itu. Memastikan jika lipsticknya belun luntur sama sekali.
Barulah aku sadar bahwa satu bagian yang berubah itu ternyata datang dari sahabatku ini. Dia terlihat lain. Apa karena make-up yang tipis itu? Biasanya dia tidak dandan.
Aku melangkah ke arah ranjang dan duduk di tepi. Tak lupa majalah tadi kuambil dan membuka lembaran yang belum kubaca sebelumnya.
"So kapan elo mau ngomong? Gue yakin pasti ada masalah ya?" Tanyaku dengan pandangan yang masih fokus ke majalah di pangkuanku.
"Kenapa kita nggak mulai dari elo dulu. Hmm dari Rasta kah? Atau dari Jio."
Cia menatap cermin di depannya. Dari cermin itu mata kami saling beradu. Cia terlihat aneh dengan tatapannya yang... Hmm kecewa. Tapi bukannya dia sedang membahas masalahku?
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You (Completed)
ChickLitMasalah yang dihadapi oleh Medina itu klise. Dia naksir sama orang yang salah. Bukan orangnya yang salah tapi pilihan Medina yang keliru. Jelas saja jika perasaan sukanya terhadap orang itu lumrah disebut sebagai cinta sepihak. Kasian banget! Disc...