Mentari baru saja menghubungiku jika ia tidak bisa datang pada acara ulang tahun Lolita. Aku sangat ingin dia datang, terlebih akhir-akhir ini Mentari sangat sibuk. Ia pun tak mengatakan dengan jelas apa yang lebih penting selain kuliah.
Kami sudah membicarakannya. Perihal niat Mentari untuk berhenti kuliah. Dan tetap saja dia tak mau mendengarkan apapun saranku, aku bisa membantunya jika penyebab ia ingin berhenti adalah masalah biaya. Aku juga mengatakan akan membantu Mentari mengerjakan tugas-tugas dari Dosen. Tapi Mentari bersikeras.
Bukan sebuah pilihan cerdas mengamati orang lain diam-diam, tapi rasanya membuatku begitu penasaran sewaktu Medina datang bersama dengan Junior. Mereka kelihatan canggung, dan Medina nampak sangat berbeda malam ini. Dia mengenakan gaun berwarna peach tanpa lengan, hanya sebuah tali yang berasal dari bagian depan gaunnya yang melingkari lehernya. Baru kali ini kulihat ia mengenakan pakaian yang begitu minim.
Bukan hanya pakaiannya yang di luar kebiasaan, Medina sama sekali tidak mencoba untuk mencariku. Padahal ia tahu pasti jika ini adalah acara ulang tahun adikku. Bahkan aku sendiri yang meminta Lolita untuk mengundang Medina kemari. Apa dia sudah menyerah? Semoga saja ia sebab aku tak sanggup lagi melihat gadis itu sakit hati dengan semua penolakkanku. Meski ia selalu berkata tak apa-apa, meski ia tak pernah mengeluh. Banyak yang mengatakan bahwa perempuan cenderung melakukan hal yang berbanding terbalik dengan perasaan mereka untuk menutupi kesedihan merea.
Medina mungkin saja tidak apa-apa dengan menunjukkan senyumnya saat aku enggan memberian reaksi pada dia. Tapi tetap saja semua itu menggangguku, membuatku merasa bersalah.
Terus kuperhatikan mereka berdua yang berdiri di pojok ruangan, mereka terlihat mendebatkan sesuatu. Dari wajah Medina, sepertinya Junior membuatnya kesal, mereka bertahan sampai akhir acara di pojok ruangan hingga kemudian meninggalkan tempat ini.
--
Malam yang tidak indah, tepat setelah Junior dan Medina pergi aku pun tak menghabiskan waktu lebih lama di pesta yang dipenuhi para abg. Aku ingin tidur. Untuk mencapai kamarku yang berada di sayap kiri rumah, aku harus melewati meja dimana kue Lolita berada, pusat dari seluruh keramaian yang ada di rumah ini.
Hal yang tidak kuharapkan terjadi sebelum berhasil memasuki kamarku. Rosa, salah seorang teman Lolita muncul. Aku hampir tidak mengingatnya, seorang anak perempuan yang kelebihan hormon pertumbuhan.
‘’Ehh Kak Rasta. Dari mana aja, kok baru muncul?’’ ‘’Nggak kemana-mana kok.’’ Aku mengusap tengkuk dengan asal. Entah mengapa rasanya selalu canggung jika berbicara dengan Rosa.
‘’Ichhh kakak kok kayak malu-malu gitu sich sama Rosa. Jadi gemes.’’ Pekik Rosa kemudian maju mendekatiku, dengan refleks aku mundur untuk menyisahkan jarak diantara kami. Yang benar saja Rosa mau berbicara dengan jara yang sangat dekat. Bisa-bisa aku kena serangan jantung
Rosa memiliki kesamaan dengan Medina hanya saja Medina lebih bisa dikatakan anggun, sopan dan tahu aturan. Sedangkan anak yang sekarang ada di depanku. Jangan tanyakan! Yang jelas dia sangan agresif untuk anak seusianya. Hal yang membuatku tidak bisa keras kepadanya adalah karena cara berpikirnya yang terlalu polos.
‘’Saya capek mau tidur.’’ Aku sudah berbalik dan siap melangkah lagi namun tarian diujung kemejaku membuat keinginanku jadi batal. Rosa, sudah kubilangkan dia itu agresif.
‘’Kakak mau kemana?’’ Tanyanya seolah tidak mendengar perkataanku barusan. Selain polos dia itu juga nekat, maka tak mudah bagiku untuk bisa memberikannya jawaban yang tepat.
‘’Rosa, mending kamu main sana sama teman kamu.’’
Genggamannya di kemejaku belum melonggar. Bahkan ia sama sekali tidak bergerak hanya matanya yang menjadi penanda bahwa aku tida bisa menolak apapun yang akan Rosa katakan nanti. tentu saja, daripada ia menangis seperti anak kecil di depan banyak orang yang menjadikanku seolah bersalah atas tangisan Rosa.
‘’Ya udah, kamu boleh ikut sama saya.’’ Sejujurnya aku tidak punya felling yang baik malam ini. tapi toh ini Rosa, teman Lolita, adikku. Meski mereka tidak dekat lantaran Lolita membenci sikap Rosa yang menurutnya sangat tidak tahu malu sebagai perempuan.
--
Tiba di kamar aku sengaja membiarka pintu terbuka dengan lebar. Rosa duduk di ranjang sambil melonjak girang beberapa kali. Jika sedang begitu, Rosa kelihatan begitu polos.
‘’Kamar Kak rapih ya.’’
‘’Hmm.’’ Kupilih untuk duduk di kursi baca yang ada di kamarku sambil menghadap ke Rosa.
Sebenarnya aku tidak terlalu mengantuk. Aku hanya ingin menghindari dari keramaian yang ada di sana. Sayang, malah yang kudapatkan Rosa, hal yang tidak lebih baik dari hirup-pikuk acara pesta di luar sana.
‘’Mumpung kita Cuma berdua di sini, aku mau ngomong serius sama kakak.’’ Wajah serius sangat tidak sesuai dengan Rosa. Yang ada dia malah kelihatan begitu lucu.
‘’Hmm apa itu?’’ Aku sudah tahu ia akan mengatakan apa. Namun untuk membuatnya menjadi nyaman aku berlagak ingin tahu.
‘’Aku cinta sama kakak.’’ Tepat seperti dugaanku. Aku memiringkan kepalaku untuk melihat ekspresi yang sama milik Rosa sewaktu mengatakan cinta. Wajahnya memerah dan menghidari dari tatapanku. Rosa akan menjadi canggung setelah mengatakan cintanya padaku, kemudian dalam hitungan menit ia akan berlari keluar dari kamar ini. aku hapal betul, Rosa sudah berulang kali melakukan ini. tapi rasanya selalu saja menyenangkan bagiku, sepertinya aku tidak akan pernah bosan.-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You (Completed)
ChickLitMasalah yang dihadapi oleh Medina itu klise. Dia naksir sama orang yang salah. Bukan orangnya yang salah tapi pilihan Medina yang keliru. Jelas saja jika perasaan sukanya terhadap orang itu lumrah disebut sebagai cinta sepihak. Kasian banget! Disc...