Assalamualaikum... sekarang kita akan berada di Rasta... selamat membaca ya...
Bukan hal yang begitu kuharapkan untuk melihat Medina secepat ini. serasa seperti dejavu saat kami haru bertemu dengan situasi di mana tanganku masih memegang buku. Atau mungkin sudah menjadi kebiasaan kami.
‘’Rasta.’’
‘’Medina.’’ Aku memejamkan mataku cukup lama, sebenarnya aku tak lagi ingin menjadi pihak yang begitu jahat di sini.
‘’Jangan tegang gitu dong.’’
Medina tersenyum. Namun tak sampai di matanya, seakan dia memang tidak memiliki maksud untuk tersenyum.
‘’Rasta. Sepertinya saya sudah mikirin ini semua.’’
Matanya menatapku dengan yakin dai balik sorotnya itu aku bisa merasakan tekad yang belum pernah kulihat sebelumnya.
‘’Rosa ‘kan? Nama cewek yang menjadi alasan kamu selalu dingin sama saya.’’
Aku tahu Medina berniat untuk memulai konfrontasi sekarang.
‘’Pantas aja yah. Kamu ataupun Mentari keliatan dekat tapi sebenarnya kamu..’’
Medina tidak melanjutkan kalimatnya. Ia tertawa dengan keras bahkan sampai memeluk perutnya dengan kedua lengannya.
‘’Jangan khawatir. Lagian aku tidak sesuka itu sama kamu.’’ Medina tiba-tiba saja terdiam menatapku.
‘’Oh ya? Kamu yakin banget!’’ aneh rasanya ketika mendengar Medina mengatakan bahwa ia tidak sesuka itu padaku. Aku tidak peduli ia hanya sedang bercanda atau berusaha menutupi perasaannya yang sebenarnya tidak perlu. Aku tahu ia menyukaiku dan aku tahu semua itu nyata. Jadi apa maksud Medina mengatakan hal sangat tidak masuk akal ini.
Media menghela napas kemudian mengedarkan pandanannya ke sekitar koridor kampus yang didominasi para mahasiswa. Terik semakin menusuk, membuatku harus mengernyit agar bisa melihat Medina yang nampak linglung. Aku tahu ia ingin mengatakan sesuatu yang sebenarnya tidak begitu yang ia yakini.
‘’Kamu mau dengar apa Ras?’’
Banyak, tapi bukan perihal bahwa ia sedang mengutarakan sesuatu yang terdengar begitu menggelikan.‘’Medina kita bisa jadi teman.’’ Akhirnya aku mengatakan itu juga. Hal yang sudah ingin ku katakan sewaktu mengetahui jika ada seorang gadis yang gencar mencari tahu tentangku, Medina.
Medina hanya diam. Tidak pula bereaksi apa-apa. Jika ia begitu maka sangat sulit bagiku untuk mencari tahu apa yang sebenarnya ia pikirkan. Tentu saja ia sakit hati bodoh! Umpatku pada diriku sendiri.
‘’Kamu tahu dari mana soal Rosa?’’ see, kuharap ia tidak terlalu terkejut dengan topik pembicaraan kami yang berubah dengan cepat. Dan saat kulihat ia mengerutkan kening, saat itu pula aku sadar jika dia memang terkejut, namun hanya sesaat, sebab kemudian ia mengangguk dan mulai mengeluarkan suara.
‘’Ya adek kamu yang ngomong sama saya dua hari yang lalu di pestanya. Kalau sebenarnya kamu itu suka sama Rosa, tapi...’’
Kembali ia seolah menahan tawa. Aneh, bukannya gadis itu seharusnya bersedih atau apapun yang menunjukkan jika ia sedang kecewa karena orang yang ia sukai tidak bisa menyambut perasaannya.
‘’Really Rasta. Aku Cuma nggak nyangka kalo kamu sukanya sama...’’ Medina membuat gerakan tangan yang provokatif, dan jujur aku sedikit malu melihatnya.
‘’Siapa juga yang suka sama Rosa.’’ Refleks aku berteriak di hadapan Medina. Aku sedikit merasa bersalah kala melihat wajah Medina yang keliatan begitu shock, sepertinya aku sudah sangat berlebihan.
‘’Wowww..’’ Medina berseru dengan takjub kemudian memiringkan kepalanya sambil menatapku. ‘’Astaga ini beneran Rasta ‘kan? Kok kayak bukan ya.’’ Apa dia sedang menggodaku?
‘’Maksud kamu apa?’’ Tanyaku tidak sabar.
‘’Aku jadi pengen kenal sama si Rosa ini. cewek yang bikin Rasta yang selalo cool jadi emosian gini.’’ Kutatap Medina, ia kelihatan baik-baik saja. Semoga dia benar-benar baik-baik saja.
-TBC-
Mulmed diatas itu visual dari Medina...
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You (Completed)
Literatura FemininaMasalah yang dihadapi oleh Medina itu klise. Dia naksir sama orang yang salah. Bukan orangnya yang salah tapi pilihan Medina yang keliru. Jelas saja jika perasaan sukanya terhadap orang itu lumrah disebut sebagai cinta sepihak. Kasian banget! Disc...