14. Sepupu Mentari (Rasta's side)

405 25 0
                                    

Aku masih menunggu Jio untuk menjawab. Tapi dia hanya diam, sialnya dia menampakkan ekspresi jijik dengan kening yang saling bertaut.

"Gue pikir elo gak cukup bego nanya kayak gitu." Jio membuang muka.

"Semoga elo cukup paham mana yang seharusnya bisa elo singkirkan."

Lalu Jio pergi begitu saja.

---

Jika ada yang bisa disalahkan maka orang itu adalah aku sendiri. Semua mungkin sudah terjadinya. Tanpa sedikitpun bisa ku anulir. Kehadiran Medina dan Mentari yang punya sudut tersendiri.

Hari ini Mentari memintaku untuk menemaninya menjenguk salah seorang keluarganya di rumah sakit. Sebenarnya aku sedikit malas.

Mungkin aku perlu waktu yang lebih banyak. Agar bisa memahami diriku sendiri, dan membuang perasaan bersalah yang tidak ku tahu ditujukan untuk siapa.

"Elo yakin pengen nemenin gue?"

Suara khas Mentari yang nyaris terdengar seperti anak-anak mengalun di udara. Memantulkan suara yang mengusik lamunanku. Aku hanya menatapnya sekilas sebelum kembali fokus ke arah depan.

"Hmmm elo minta ditemenin dan gue di sini. So kenapa pertanyaan itu bisa muncul? Elo gak yakin sama gue?"

Rasa-rasanya Mentari memang curiga. Tapi dia hanya bersikap santai. Atau hanya berusaha bersikap santai. Mau tau mau berbagai pertanyaan muncul di benakku.

Apa dia punya rencana lain?
Apa dia sedang menyembunyikan sesuatu?

"Ya you know lah ini pertama kalinya gue ngejenguk sepupunya gue. Dan hubungan kami itu bisa dibilang kurang baik."

Aku tahu bagian itu. Dari cerita Mentari tentang sepupunya itu aku bisa menebak jika Mentari sangat membenci saudara sepupunya itu.

Aku hanya mengangguk sebagai reaksi, rupanya gerakanku itu menganggunya. Mentari mendengus cukup keras dan melipat kedua lengannya di bawah dadanya.

"Seriously? Elo marah?"

"Kayaknya jawabannya udah ketahuan tanpa gue jawab."

Pada akhirnya kami hanya saling berdiam diri selama sisa perjalanan ke rumah sakit.

----

Kupikir mataku sudah mulai rusak atau malahan otakku yang sudah kacau. Bisa-bisanya bayangan Medina yang terbaring dengan wajah pucat kini muncul dihadapanku. 

Mentari menoleh ke arahku. Meski sekilas aku bisa memastikan jika dia menampilkan senyum sinisnya.

Ada apa ini?

Kenapa bisa ada Medina, harusnya sepupu Mentari lah yang akan kami jenguk. Bukannya.... Tunggu... Kecuali sepupu yang dimaksud Mentari selama ini adalah dia... Medina?

-TBC-

Into You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang