Aku tidak yakin apakah penampilanku malam ini cukup layak, berulang kali aku menatap cermin besar yang ada di kamarku, memastikan jika setidaknya Rasta tidak akan memalingkan wajahnya selama berjalan berdampingan denganku.Sepanjang perjalanan kami hanya diam saja. Aku tidak tahu harus berkata apa dan seperti biasa Rasta hanya diam saja. Aku harap aku bisa memahami Rasta. Tentu saja, meski hal yang paling sering ia lakukan hanyalah bersikap dingin padaku, aku masih berharap hati Rasta bisa sedikit mencair untuk diriku.
Begitupula di acara pesta Lovely. Suasana ramai dan ceria yang ada di pesta itu sama sekali tidak berpengaruh pada kami. Sebenarnya aku pun kesal dengan situasi yang seperti ini. Padahal dulu-dulu aku pasti sudah mencecar Rasta dengan obrolan basi.
Kami berdiri di pojok, menyaksikan acara tiup lilin Lovely, sahabatku Jio juga sejak tadi berada di dekat Lovely. Kuasumsikan itulah yang membuat Rasta tidak begitu bersemangat pada pesta ini. Rasta tidak menyukai Jio, tapi ia terlalu menyayangi adiknya hingga menahan diri untuk membuat kekacauan.
‘’Ras.’’
‘’Ya.’’ Rasanya sulit untuk memulai percakapan kami, tapi aku tidak bisa membiarkkan situasi canggung ini membuat kami menjadi dua orang asing yang terperangkap pada perahu kecil. Terlebih hal yang paling kuinginkan sekarang ini adalah mengetahui apa yang Rasta pikiran.
‘’Medina. Udah lama banget aku nggak pernah dengar kabar tentang dia. Di kampus juga jarang ketemu.’’
Melihat Rasta yang hanya diam setelah mendengar perkataanku sama sekali bukan hal yang aneh. Aku sudah menduganya. Rasta tidak terlalu peduli pada pendapatku, meski aku menanyakan keadaan Mentari.
‘’Elo nggak tahu ya?’’ Rasta bertanya setelah lama terdiam.
‘’Kalian kan masih keluarga.’’ Itu bukanlah alasan yang membuatku harus mengetahui semua hal tentang Mentari. Apalagi hubungan kami tidak begitu baik.
‘’Tapi toh nyatanya aku nggak tahu apa-apa. Bukannya kamu tahu pasti kalau kami tidak sedekat itu.’’
Rasta tidak menjawabku. Aku sudah paham betul dengan sikap Rasta yang seperti ini. Dia tidak mau percakapan tentang Mentari berlangsung lama. Seperti, dia sedang menutupi sesuatu, atau dia hanya mencoba untuk tidak berbohong.
‘’Junior.’’ Alih-alih menjawabku, Rasta malah menyebut nama mantan Cia.
‘’Gue tahu kalo kalian abis nginap di puncak.’’ Rasta meletakkan gelasnya yang masih terisi penuh di atas meja. Ia memiringkan tubuhnya sedikit ke arahku.
‘’Hmm tahu dari mana?’’ Sebenarnya aku bisa menebaknya sendiri. Tap aku ingin tahu siapa dari mulut Rasta sendiri.
‘’Cia.’’ Jawabnya santai.
‘’Ah Cia.’’ Apa aku harus marah dengan tindakan Cia itu. Dia meninggalkanku bersama Junior, kemudian mengadu pada Rasta. Apa tujuan Cia melakukan itu semua? Ia nampak kekanakkan melakukan itu semua.
‘’Jangan salah paham, gue bukannya bermaksud ngatur orang lain. Tapi ya elo kan gadis. Nggak baik nginap berdua aja sama cowok.’’
Kata-kata Rasta barusan sungguh menohok dadaku. Meski ia bermaksud baik dengan memberikan wejangan yang sangat terdengar bukan gayanya, tetap saja kata-katanya menyiratkan bahwa aku bukanlah gadis baik-baik.
‘’Rasta, kamu tahu kan kalo aku cinta sama kamu.’’ Kataku terbata. Rasta memutar matanya bosan sambil bergumam ‘’Hmm.’’
‘’Karena itu kamu harusnya tahu betapa anggapan kamu itu penting sekali bagi aku.’’
‘’Medina tolong jangan mulai, malam ini kepala gue tuhh saki banget!’’ Bentak Rasta. Jujur aku agak terkejut mendengar nada suaranya yang meninggi itu.
‘’Maaf.’’
‘’So please tunjukkin kalo kamu memang merasa bersalah.’’
Rasta bukanlah tipe orang yang suka berbicara banyak dan aku sama sekali tidak masalah dengan itu. Saat tadi pun ia marah aku masih bisa memakluminya. Terdengar bodoh. Mungkin orang lain menganggapku bodoh, atau menertawaiku habis-habisan, aku tidak peduli. Perasaan aneh kala berada di dekat Rasta jauh lebih menyenangkan daripada semua itu. Jadi aku akan tetap mengikuti alur yang sudah Rasta ciptakan sejak aku mengejarnya.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You (Completed)
ChickLitMasalah yang dihadapi oleh Medina itu klise. Dia naksir sama orang yang salah. Bukan orangnya yang salah tapi pilihan Medina yang keliru. Jelas saja jika perasaan sukanya terhadap orang itu lumrah disebut sebagai cinta sepihak. Kasian banget! Disc...