Aku sedang tidak mood melakukan apa-apa. Maka semua kuliah yang harusnya kuhadiri malah berubah menjadi kuliah sendiri di rumah. Oke, mungkin aku sedang patah hati dan terlalu lemah untuk mampu menanggung semua harapan yang akhirnya patah saat menghadapi kenyataan.
Harapankulah yang membuatku bertahan untuk tetap memupuk rasa sukaku pada Rasta, si cowok dingin yang memukauku sejak awal bertemu. Tapi Mentari? Rasanya masih sulit kupercayai. Jika aku melihat mereka sendiri, maka aku tentu berpikir bahwa semua itu hanya imajinasiku yang menganggu. Tapi ada Junior. Ya aku pun tidak yakin kenapa dia bisa ada di situ dan aku tak mau memikirkannya. Bikin tambah patah hati ajah tau!
Rumah yang memang biasa sepi tidak bisa mengubah moodku yang kacau dan bel yang berbunyi keras malah semakin memperkeruh suasana hatiku. Tuhan tolong berilah aku ekstra kesabaran.
Kalian tahu siapa yang muncul saat aku membuka pintu? Hmm silahkan menebak. Dia berjenis kelamin laki-laki, berkaki panjang, berkulit putih dan bermata sipit. Cakep juga sich, rambutnya agak panjang. Sudah tahu? Atau nggak tahu sama sekali? Pokoknya dia bukan Rasta, karena jika laki-laki itu Rasta maka pasti aku akan berjingkat layaknya anak kecil dapat barbie baru. No, he is not Rasta but Junior! The super annoyying boy had ever i see!
"Gue nggak disuruh masuk?" Tanyanya polos.
"Elo mau apa sich? Ada urusan apa sama gue?" suaraku naik beberapa oktaf. Sejujurnya setelah berteriak perasaanku jadi lebih ringan sedikit, padahal aku tidak sedang mengangkat sesuatu.
"Elo pasti masih mikirin si cupu Rasta." Dia mengusap dagunya dengan gaya yang paling sok deh. Pake ngatain Rasta lagi.
"Hmm kayaknya itu bukan urusan elo." Aku mulai menutup pintu namun keburu ditahan sama kakinya junior. Kudorong keras eh malah di tahan pake tangan!
"Bisa nggak sich elo ramah dikit sama tamu yang datang." Pertanyaan yang lebih mirip pernyataan itu membuatku jadi meradang. Dia pikir dia itu siapa.
"Dan elo itu tamu yang tak diundang masuk, so please go away from me!"
Dia tertawa dengan keras. Sejujurnya saat Junior tertawa dia semakin terlihat memesona sayang hatiku sudah stuck pada satu nama yang bukan Junior. Oh pikiranku kok bisa sampai di situ. Kalaupun aku mau move on orang itu bukan Junior mantan Cia yan masih Cia cinta, sepertinya.
"Gue pikir elo itu gak bisa jutek kek gini tau. Gue pikir elo itu tipe cewek yang manis dan penurut." Tambahnya masih dengan tertawa.
Kenapa harus kalimat itu yang dia katakan? Apa dia tidak tahu jika mengetahui dirinya ternyata menganggapku manis itu malah membuatku jadi malu plus bungkam, bingung mau ngmong apa. Padahal kalau sama Rasta pasti dech aku bakal cerewet dan jadi kaset rusak yang susah berhenti. Itu karena aku ingin menahan Rasta sedikit lebih lama di dekatku, dan Rasta hanya akan diam sambil menaikkan sebelah alisnya tanda bingung sekaligus enggan merespon kecerewetanku.
Aku hanya bernafas cepat dan meninggalkan Junior di depan itu. Itu kulakukan bukan karena aku percaya pada laki-laku itu hingga membebaskan dia untuk masuk. Tidak, bukan seperti itu. Aku hanya tidak tahu harus membalas kata-katanya dengan apa. Lagian semenyebalkannya dia, mana mungkin dia sampai berani berbuat yang iya-iya.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You (Completed)
Chick-LitMasalah yang dihadapi oleh Medina itu klise. Dia naksir sama orang yang salah. Bukan orangnya yang salah tapi pilihan Medina yang keliru. Jelas saja jika perasaan sukanya terhadap orang itu lumrah disebut sebagai cinta sepihak. Kasian banget! Disc...