Rasta terlihat sibuk membuka lembar buku yang ada di tangannya, sedikit janggal bagiku sebab di tengah hirup-pikuk kampus, suasana itu sama sekali tidak memengaruhinya untuk tetap fokus pada bacaannya. Aku ingin mendekat, meski aku tahu akan berujung dengan menjadi patung di samping Rasta. But i do it.
"Rasta?" Dia menengok ke arahku sejenak, cukup singkat, mirip-mirip hanya dengan sekali kedipan mata.
"Hmm..."
Seperti yang kutebak, sejam kemudian aku masih duduk di samping Rasta. Melihatnya sibuk dengan setiap huruf pada buku itu. Jengkel karena tidak diacuhkan oleh orang yang disukai? Hahaha mungkin saja jika laki-laki itu bukan Rasta. Tapi yang ada di depanku adalah Rasta, si cowok dingin yang bikin hati jadi hangat.
Rasta menutup bukunya. Dia mengambil tas yang sejak tadi dibiarkan saja di sampingnya, kemudian memasukan buku itu dan menarik restleting tasnya. Kupikir ini adalah akhir dari waktu yang paling kusuka. Bayangkan jika andai kata Rasta langsung saja pergi meninggalkanku di sini. Oh maka aku akan jadi gadis yang paling menyadihkan tahun ini.
Dia sudah berdiri, bahkan membelakangiku. Aku ingin memanggilnya, menahannya sedikit lebih lama. Tapi jika itu kulakukan, bukankah akan sangat memalukan? Agresif banget!
"Rasta!"
Oh bego banget kamu Medina!
Yang kulakukan malahan menarik ujung kaosnya Rasta. Benar-benar refleks yang buruk. Rasta berbalik hingga tarikanku pada ujung kaosnya terlepas. Rasta menautkan kedua alisnya. Aku tidak bisa membaca tingkah Rasta itu. Apa dia illfeel? Lah kok aku baru peduli sich? Padahal dulu-dulu mana peduli?
"Kenapa?" Tanyanya agak jengkel.
Duhh jika ini permainan catur maka namanya skatmat dan jika ini permainan tinju maka namanya K.O. aku mendadak gagu, reaksi Rasta sungguh di luar ekspektasiku.
''Nggak, nggak kok.'' Kataku dengan terbata.
--
Annoying nggak sich, Kesel nggak sich. Kenapa pula kok aku jadi kayak abege labil yang malu-malu, sama Rasta lagi! Ewww apa karena Rasta yang masih adem-ayem nggak bereaksi? Oh antara kesel karena moodku jadi kacau dan nggak bisa dekat-dekat sama Rasta dan malu karena pemikiran itu melintas di otakku.
Ditengah kebingunganku Junior tiba-tiba saja sudah ada di depanku dengan pandangannya yang tengil itu. Apa dia sengaja menghalagi jalanku? Dan mendadak ingatan mengenai mimpi buruku beberapa yang lalu kembali muncul. Yah Junior juga ada sich. Meski dia tidak mengambil banyak peran dalam menjungkir-balikkan perasaanku seperti Rasta.
Walapun begitu, kemunculan Junior di mimpiku sedikit memberikan pertanyaan bagiku. Kenapa Junior bisa muncul? Memimpikan orang yang tidak kukenal bukanlah menjadi kebiasaanku. Junior ini sebenarnya apa?
--
"Sayang banget yah dengan elo ngeliat gue, mood lo tu jadi kacau." Kata Junior dengan santai. Aku tidak menampik perkataan Junior. Tapi aku juga tidak bisa menerima jika ia mengatakannya seolah sedang menawarkan diri untuk membantuku.
"Maksudnya?''
"Bete?''
"Hah?'' Oke. Aku mulai tidak paham dengan maksud Junior kali ini.
"Kantin yuk, pasti lo lapar gara-gara ngebaperin Rasta.'' Aku tidak menjawab namun tetap mengekori Junior pergi. Ya memang tidak ada niat untuk berkonfrontasi juga.
Sepanjang perjalanan aku benar-benar kehilangan orientasi. Gaya bicara Junior yang tengil, dan diselingi dengan godaan nakalnya sama sekali tidak mampu menghentikanku dari aksi bungkamku. Yang kupikirkan hanyalah bagaimana Junior bisa tau?
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You (Completed)
ChickLitMasalah yang dihadapi oleh Medina itu klise. Dia naksir sama orang yang salah. Bukan orangnya yang salah tapi pilihan Medina yang keliru. Jelas saja jika perasaan sukanya terhadap orang itu lumrah disebut sebagai cinta sepihak. Kasian banget! Disc...