20. Kekhawatiran Seorang Teman

361 27 0
                                    

Cerita ini punya banyak kekurangan. Dan saya masih berusaha untuk membuatnya menjadi lebih baik. Kritik dan saran tentu sangat dibutuhkan.

___

"Elo kenapa sih? Kok jadi aneh gini."

Cia hanya memicingkan matanya sebelum tertawa keras. Agak jengkel juga melihat sikap annoying Cia yang masih belum berkurang sedikitpun semenjak kami berteman dulu.

"Gue jadian." Ucapnya tiba-tiba.

"Terus?" Sahutku tidak sabar. Memangnya aku harus berkata apa. Dia jadian atau memiliki relationship dengan siapapun itu bukanlah kabar yang harus membuatku shock.

Bukan maksudku untuk menjelek-jelekkan dia. Bukan, tidak seperti itu. Hanya saja kebiasaan dia yang asal memacari sembarangan cowok sudah menjadi kebiasaan Cia. Aku tidak ingat kapan. Tapi semenjak mengenal Cia. Gadis itu tidak pernah bertahan dengan cowok manapun lebih kurang dari sebulan.

Tiap putus Cia selalu memiliki banyak alasan yang terdengar sangat tidak masuk akal. Terlalu kasarlah, banyak ngomonglah, cuek bangetlah. Pokoknya aneh-aneh dech.

"Kali ini gue serius tahu!" Pekiknya dengan wajah yang memerah. Antara malu atau marah dan aku lebih yakin pada opsi yang kedua.

"Iya iya gue percaya." Kataku sembari menahan tawa.

"Kali ini siapa cowok malang itu Cia?" Tanyaku. Karena sejujurnya aku pun cukup penasaran dengan gebetan baru Cia.

___

Setelah berjam-jam kami mengobrol Jio akhirnya datang. Wajahnya kelihatan tegang. Dia juga terlihat menghindari percakapan dengan Cia.

"Mau minum apa Ji? Gue ambilin ya."

"Apa aja Din. Asal jangan air keran." Jawab Jio dengan seringai jahilnya.

Aku baru akan berdiri namun suara Cia sudah menahanku.

"Biar gue aja." Cia berdiri dan melangkah keluar dari kamarku.

Aku melirik ke arah Jio yang hanya diam saja. Setelah memastikan bahwa Cia sudah menjauh. Ku tepuk pundak Jio agak keras.

"Apa?" Sahutnya galak.

"Hehehe sorry Ji. Aneh aja. Elo gak ngerasa apa?"

Bukannya menjawab dia malah mengangkat kedua bahunya.

"Main rahasia ya?" Salah satu dari mereka harus didesak.

"Medina. Nggak ada yang bisa gue bagi ke elo karena memang nggak ada yang gue tutupi. Kenapa bukan Cia? Kali aja dia yang punya masalah sama keberadaan gue."

Jio berkata dengan raut wajah serius. Bagaimana aku bisa menerka lebih jauh.

"Terus kenapa Kalian diam-diam gitu kayak orang pacaran lagi berantem."

Sighhh aku bahkan sudah menjiplak kata-kata Rasta yang super garing.

"Elo tahu dia jadian?"

Jio mengangguk.

"Terus masalahnya apa?"

Jio menunduk.

"Ayo apa?" Cecarku tak sabar.

"Nggak ada. Gue cuma berharap dia bisa lebih menghargai dirinya sendiri." Jio kelihatan putus asa. Dan kalimatnya terdengar wajar jika ditujukan untuk seorang teman. Tidak ada yang harus kucurigai.

"Gue kenal sama pacar barunya Cia. Dan itu cowok sama sekali gak punya image yang baik. Gue udah bilang sama Cia, tapi dianya ngeyel. Ohh kenapa sih kalian berdua itu punya selera yang buruk soal cowok?"

Jio mengusap pelipis kanannya. Tanda lelah. Kupikir cuma Cia yang mengusiknya ternyata akupun ikut membuat Jio jadi khawatir.

-TBC-

Into You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang