46. Awkward Moment

210 11 0
                                    

Mungkin berkompromi dengan Junior bisa sedikit membuat tembok tipis yang tak kasat mata di antara kami jadi sedikit mengabur. Makanya aku di sini, duduk di samping Junior yang berada di balik kemudi mobil. Sudah sejam kami berada di dalam mobil ini, tanpa membiarkan sepatah kata menghilangkan kecanggungan ini.

Aku meliriknya dari balik bulu mataku. Dia masih fokus mengemudi. Terkadang keningnya mengerut beberapa saat, seperti sedang memikirkan sesuatu. Aku membiarkannya beberapa sebelum kami tiba dikawasan rest area. Hal yang paling kuinginkan sekarang adalah berada di kamarku dan beristrahat di atas ranjangku sendiri. Dan aku ingin melihat Rasta.

Dasar Medina sinting! Umpatku dalam hati. Junior lebih dulu keluar, dia tidak berkata apa-apa, ataupun sebuah basa-basi. Lama aku melamun hingga akhirnya pintu di di sampingku terbuka dan menampilkan Junior yang sedang menenteng sebuah kotak kardus kecil.

''What?"

Dia menyodorkannya padaku. Kupikir dia membawa kotak itu khusus untukku, ternyata memang untukku apa aku harus berterima kasih pada dia karena dengan memberi kotak yang berisi makanan itu padaku maka dia sudah membantuku. Menghilangkan rasa laparku. Tapi yang jadi pokok dari permasalahan ini adalah apa aku bisa mengatakan terima kasih dengan sewajarnya. Junior memiringkan kepalanya sambil menatapku, masih sabar menantikan akan reaksiku. Tidak tahan dengan ekspresi yang jelas membuatku merasa buruk maka dengan cepat kuambil kotak itu tanpa menatap Junior dan segara membelakanginya.

Kudengar dia menghembuskan nafas panjang. Beberapa saat kemdian suara pintu mobil di sampingku terdengar. Junior kembali menutup pintu mobil tanpa berkata apa-apa. Memang itulah yang kuharapkan dari Junior. Aku tahu. Bersikap dingin pada seseorang yang berada di dekatmu seperti Junior bukanlah tindakan yang bisa dibenarkan. Apapun alasannya. Tapi semua terasa begitu sulit untuk diriku ini. Aku tahu aku ini aneh dan tolol. Pada Junior yang menganggapku ada aku antipati, tapi jika dengan Rasta, maka lupakan teori gengsi atau jangan biarkan mereka tahu kamu menyukainya dan jangan biarkan mereka tahu kamu membencinya. Aku sama sekali tidak bisa melakukan itu. Aku tidak bisa menyembunyikan rasa kagumku yang teramat besar untuk Rasta. Ataupun menyembunyikan rasa tidak sukaku pada Junior.

Tiba-tiba saja perutku terasa mual. Rasa laparku menghilang. Oh perubahan moodku ternyata berlaku juga bagi nafsu makanku. Jadi kuletakkan saja kotak yang tidak kutahu makanan apa isisnya pada dashboard depan mobil, akan kumakan nanti kalau kembali lapar. Baik sekarang yang kulakukan hanyalah menunggu Junior.

Laki-laki itu datang lima menit kemudian, cukup cepat menurutku. Dia duduk kembali di balik kemudi dan mulai menyalakan mesin mobil. Menurutku saat ini Junior terlihat tidak ingin diajak bicara. Tepat setelah matanya melirik ke arak kotak yang dia bawa tadi untukku berada di depan kami. Kupikir ia akan semakin mengalami bad mood or something.

Namun, Junior hanya diam saja. Sungguh menyebalkan. Siapapun tahu jika lelaki oriental ini sedang marah. Masalahnya dia sama sekali tidak berniat mengutarakan penyebabnya. Jadi, apa aku harus memulai duluan Junior? Apa kamu tidak pernah dengar jika perempuan sebainya menunggu dengan sabar. Ahhh Medina sinting. Ada akhrinya sisa perjalanan dari puncak kami habiskan dengan saling berdiam diri.

Malamnya sewaktu aku tiba di rumah. Ponselku yang semula lowbat akhirnya bisa menyala juga. Saat menyala kudapati pesan dari Ibuku, dan juga permintaan maaf Cia. Sebenarnya aku sudah tidak terlalu memikirkan itu. Tapi Cia harus mendapat pelajaran jika yang dia lakukan itu sungguh hmmm apa ya? Tidak baik? Pastinya. Aku tidak akan membuat semua ini menjadi mudah bagi Cia.

-TBC-

Into You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang