Junior secara ajaib muncul di depan rumahku pada saat aku berencana untuk menemui Rasta. Ya, semenjak hari di mana aku dan Rasta ke panti asuhan, secara rutin kami kembali sering bertemu. Entah untuk sekedar mengunjungi tempat baru yang menyajikan seafood makanan favorit Rasta.
Kupikir dia sedang berusaha untuk menjalin silaturahmi hingga kebaikan Rasta itu tidak lantas membuat diriku besar kepala. Lagian aku sudah membatasi diriku untuk berharap kepada si cuek itu.
"Hmm kenapa Jun?" Aku berusaha untuk bersikap sopan di tengah batas kesabaranku padanya.
"Pengin liat kamu aja." Junior memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana jeans belelnya. Pagi ini Junior kelihatan begitu santai dengan setelan kaos putih polosnya. Ia begitu memesona saat ini.
"Itu gombalan atau apa? Soalnya aku nggak tersentuh mendengarnya."
Junior mendekatiku yang spontan membuatku harus mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak agar tetap jauh dengannya. Tiba-tiba Junior mengerutkan keningnya melihatku. Kuartikan dia sama sekali tidak suka reaksiku dengan tindakannya yang seolah ingin mendekat.
"Kamu cantik." Ujarnya.
"Hahh?" Mataku membulat mendengar pujian yang terdengar spontan itu. Dia pikir aku akan percaya?"Jangan cemberut gitu. Aku serius, kamu memang cantik." Junior memiringkan kepalanya, matanya memicing. Namun sorotnya membuatku begitu gugup. Wajarkan bila aku merasa gugup? Siapa yang tidak gugup bila ditatap seintens itu?
"Hmm aku mau pergi. Kamu ada urusan apa?" Tanyaku menghilangkan suasana menyebalkan ini. Kulirik jam di pergelangan tangan kiriku. Sudah pukul 9 lewat. Sebentar lagi Rasta pasti akan datang.
Kedatangan Rasta saat Junior masih di sini, berdiri denganku, sama sekali hal yang tidak akan pernah ingin kumimpikan.
Bisa-bisa Rasta akan mengajak Junior ikut serta dalam rencana kami.
Kalian mungkin saja menganggap diriku ini plin-plan. Katanya mau lupain Rasta, tapi kok masih ngarep bisa jalan berdua ama Rasta?
Hati manusia itu rumit guys, dan aku sama sekali nggak tau gimana mau menjabarkannya selain aku merasa senang bisa dekat dengan Rasta meski masih dalam zona yang tidak jelas.
"Kok buru-buru banget?" Tanya Junior dengan serius. Jika dalam keadaan serius begitu, Junior kelihatan sangat menyeramkan.
Aku diam tidak menjawab, karena aku pun bingung harus memulainya dari mana. Gengsi rasanya bila harus mengatakan aku akan jalan dengan Rasta, bisa-bisa Junior terus-terusan menggodaku. Terlebih, aku sama sekali tidak bisa melupakan malam sewaktu ulang tahun Lolita.
"Kok ngga dijawab?" Junior masih mengejar ku dengan pertanyaannya.
"Emmm.." kulirik jam tanganku. Khawatir bila Rasta tiba-tiba saja datang dan memergokiku bersama Junior.
Ponsel di tas kecilku berbunyi. Menandakan notifikasi pesan masuk. Ternyata dari Rasta. Ia mengatakan bila hari ini tidak bisa memenuhi janji untuk mengunjungi restoran seafood yang baru buka di dekat kampus.
Rasta tidak mengatakan alasan yang membuat ia harus membatalkan rencana kami, tapi aku biasa memaklumi jika memang Rasta belum berniat untuk terbuka kepadaku. Tak masalah, jika berkaitan dengan Rasta, maka aku tidak pernah menaruh ekspektasi yang tinggi.
"Kenapa? Kok bengong?" Junior melirik ke ponselku, segera saja aku memasukkannya ke dalam tas sebelum Junior mengetahui pesan itu dari Rasta. Aneh, mengapa aku harus menyembunyikan pesan Rasta di depan Junior?
"Enggak." Jawabku datar.
"Nggak jadi keluar ya?" Wajah Junior kembali terlihat menyebalkan dengan senyum menggodanya itu. Dia sedang meledekku!
"Bukan urusan kamu." Kataku dengan penuh penekanan.
-TBC-
KAMU SEDANG MEMBACA
Into You (Completed)
ChickLitMasalah yang dihadapi oleh Medina itu klise. Dia naksir sama orang yang salah. Bukan orangnya yang salah tapi pilihan Medina yang keliru. Jelas saja jika perasaan sukanya terhadap orang itu lumrah disebut sebagai cinta sepihak. Kasian banget! Disc...