30. Reaksi Lolita

275 16 0
                                    


Pagi yang cerah, begitu kontras dengan suasana kamarku yang senyap. Sejak semalam aku tidak pernah mendapatkan pesan dari siapapun. Dari Rasta, Jio, dan Cia.

Kemana mereka semua? Jio mungkin sedang memiliki masalah hingga tidak memiliki alasan yang baik untuk menghubungiku. Sedangkan Rasta? Ya dia kembali ke mode sebelumnya. Tidak begitu peduli denganku. Tapi Cia? Kenapa pula gadis yang satu itu? Apa dia sedang sibuk? Sibuk apa. Sibuk dengan mantannya itu mungkin.

Masih terlalu pagi. Inginku melanjutkan tidurku yang tidak nyenyak. Padahal tubuhku masih terasa lelah. Tapi sulit rasanya tidur. Bersikap seolah tidak terjadi masalah apa-apa. Mandi lebih awal mungkin bagus untuk syarafku yang tegang.

Dengan enggan kupaksa tubuhku untuk duduk. Merenggangkan seluruh otot-ototku yang kaku. Menguap beberapa kali dan terakhir menapakkan kakiku di atas ubin lantai yang dingin.

Selesai mandi aku baru sadar jika sejak bangun aku sama sekali belum memeriksa ponselku. Aku berharap ada nama Rasta di notifikasi ponselku. Sayangnya tidak ada. Sesuatu yang lain mengusik benakku. Ada pesan masuk dari nomor yang tak dikenal.

Siapa?

Kubaca pesannya dengan seksama. Butuh beberapa waktu untuk membuatku yakin jika pesan itu dikirim oleh Lovely, meski tak ada nama si pengirim. Ya kalian tahulah yang namanya felling.

Aku tidak tahu alasan apa yang membuat Lovely untuk mengirimiku pesan. Lagian kenapa juga ia mengirimiku pesan seperti itu? Apa urusannya denganku? Hhhh terlalu banyak teka-teki yang sulit dicerna oleh otakku yang sederhana ini.

Kepalaku makin pening. Sama sekali tidak terbesit untuk menuruti pesan Lovely itu. Lebih baik aku tidur saja. Soal berangkat kuliah juga masih lama.

___

Mengapa dunia seakan berkonspirasi untuk mengkhianati keinginanku. Aku menginginkan Rasta dan kenyataan justru menyulitkanku. Sekarang cewek mainstream itu. Aku ingin berlari. Tapi koridor yang dipenuhi mahasiswa ini menyulitkan langkah kakiku.

Lovely malah tertawa senang melihatku. See? Aku tidak percaya dengan pesan yang ia kirim tadi pagi jika menilik ekspresi liciknya.

Lovely berjalan dengan langkah yang benar-benar mirip dengan model run away. Sangat mengesalkan.

Lovely, Rasta, Jio. Mereka sama-sama menyebalkan. Ya kecuali Rasta yang tidak bisa membuatku marah, sebrengsek apapun Rasta. Aku akan tetap mencarinya. Lain halnya dengan Jio yang memberikan sikap yang sangat bukan dirinya.

Apa karena gadis berpenampilan barbie ini? Apa Jio berubah karena Lovely?

Lovely memberikan tatapan dinginnya yang sama sewaktu pertama kami bertemu. Dia kelihatan enggan melihatku. Seolah dia begitu terpaksa.

Jika memang tidak mau bertemu denganku maka sebaiknya tidak dilakukan. Adik Rasta ini sungguh membuatku tersinggung. Dasar anak manja! Rutukku dalam hati.

"Hmm hai kak Medina." Dia tersenyum tapi tidak tulus!

"Ya kenapa?" Tanyaku.

"Kakak masih nanya kenapa?" Wajahnya terlihat kaget. Sungguh reaksi yang berlebihan. Sangat jelas jika dia sedang basa-basi saja.

"..." Aku diam tidak menanggapi Lovely.

"Yahhh kakak liat sendiri gimana marahnya kakak aku kemarin. Harusnya kakak tau penyebabnya apa." Lovely mengulang isi pesannya. Kedua tangannya terlipat di bawah dada. Matanya sibuk memerhatikan pohon-pohon tinggi di halaman kampus.

"Karena itu saya bertanya. Saya tidak paham apa maksud kamu."

Fix. Aku sangat tidak paham dan tidak tahu maksud Lovely. Jelas-jelas dialah yang membuat Rasta marah dengan menjadikan Jio sebagai pacar. Meski aku tidak tahu alasan yang membuat Jio melakukan itu tidak serta-merta membuatku harus memercayai kalimat abegeh labil yang bahkan masih mengenakan seragam putih abu-abu.

"Kakak beneran nggak paham ya?"

Kali ini wajah Lovely kelihatan keruh. Suaranya terdengar begitu putus asa. Dan untuk beberapa detik matanya yang mirip dengan Rasta itu seolah mengatakan bahwa betapa kecewanya ia, sebelum kembali ke sifat defensifnya.

Lovely kembali mengankat dagunya dengan sombong. Aku selalu bertanya bagian mana dari Lovely yang mirip dengan Rasta selain aura dan mata. Karena anginpun sangat hapal jika Rasta itu cuek tapi tidak seangkuh gadis barbie di depanku ini.

"Iya dan iya." Jawabku mantap.

Lovely melirik ponselnya yang bergetar. Menatapku sesaat kemudian berlalu tanpa mengatakan apa-apa. Oke tambah satu poin lagi kemiripan Rasta dan Lovely. Yaitu mereka sama-sama sering menggantung. Tadinya aku mengira jika Lovely akan mengatakan sesuatu yang sedikit menerangkan akar permasalahan ini sebab walaupun Rasta tidak melampiaskan kemarahannya, aku tetap merasa terlibat dengan semua kekacauan ini.

-TBC-

Into You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang