37. Kerumitan seorang Junior

236 18 0
                                    

Mentari mungkin mendapatkan apa yang diinginkan oleh setiap gadis. Tidak diragukan lagi, saat aku tengah berada di kafe yang sengaja dipesan khusus untuk merayakan ulang tahun Mentari. Sebenarnya aku tidak begitu mengenal tamu-tamu yang diundang di pestanya. Aku tidak mungkin datang sendiri tapi Jio dan Cia mendadak menjadi orang yang begitu sulit dilihat. Kupikir mereka sedang menyembunyikan sesuatu maka jadilah Junior yang menemaniku.

Harusnya aku berterima kasih padanya, tapi hampir setengah jam kami di tempat ini, wajah Junior seakan begitu kaku hingga tidak mampu menampilkan ekspresi apa-apa. Atau dia mungkin sedikit tegang dengan pesta yang sangat formal ini.

"Kenapa?" Tanyaku merasa kesal dengan sikap kakunya. Yahh memangnya aku berharap ia bersikap bagaimana lagi?

Dia hanya tertawa, tanpa suara. Binar matanya yang menarik sedikit menggangguku. Secara fisik Junior memang di atas rata-rata. Aku bahkan ragu jika Cia bisa move on secepat itu.

"Lo nanya sama gue?''

''Ya.''

Aku diam. Mata Junior yang menyala itu semakin berpijar, seolah menunjukkan jika ia matanya memiliki rasa penasaran yang sama. Tapi itu mengangguku. Aku tidak tahu mengapa. Yang jelasnya adalah meski aku mengakui jika Junior memang memesona dan lebih memberikan perlakuan yang lebih layak dari seseorang yang kuinginkan tetap saja tidak berpengaruh padaku.

Perasaanku pada Rasta tidak sedangkal itu. Aku akan tetap terangun dengan memikirkan Rasta terlebih dahulu. Semua selalu berkaitan dengan manusia es itu. Jadi yang menjadi masalah adalah mengapa aku masih membiarkan Junior berada di dekatku.

''Kaget ya?"

"Kaget kenapa?" lagi-lagi dia tertawa mendengar responku. Apakah ada yang lucu? Kuraba wajahku dan menatap gaun mungil berwarna hijau gelap kesukaanku dengan khawatir.

"Soal Mentari dan calon suaminya.'' Seolah bukan dirinya, Junior berkata dengan penuh intimidasi. Oke, banyak yang mengatakan jika perempuan itu lebih rumit dibanding laki-laki, tapi perayalah jika itu hanyalah kebohongan. Nyatanya Junior yang sangat dipastikan adalah laki-laki tulen malah sedang menunjukkan teka-teki membosankan.

Junior tersenyum lagi, seolah kediamanku membuatnya menemukan apa yang sebenarnya ia cari. Pandangannya mematut ke arah samping kananku. Aku mengikutinya dan yang kulihat adalah Mentari yang nampak begitu bahagia.

''Apa dia bahagia?'' Tanyanya.

''Sejauh yang gue lihat dia memang bahagia.'' Dia bahkan tidak menungguku untuk menjawabnya. Junior tersenyum kepadaku dengan mimik yang mampu membuat gadis normal manapun akan meleleh. Ya aku memang terpukau, tapi Rasta seribu kali lipat jauh lebih memiliki magnet yang sanggup menarikku dari jarak jauh sekalipun.

--

Into You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang