63 : lamaran

4.9K 263 0
                                        

rasa bahagia yang seketika menggantikan rasa cemas nya membuat Cana terus tersenyum dan mencuri pandang dari Atlas yang sedang fokus menyetir, kebahagiaan yang tak bisa diungkap kan dengan kata-kata, itu yang Cana rasakan sekarang.

setelah ditinggal 7 tahun oleh Atlas. 7 tahun yang membuat nya tak berdaya, tak mempunyai tujuan yang jelas untuk kedepan nya, kini sudah terkalahkan oleh 4 jam yang penuh dengan kegembiraan.

"Bengong aja. Kenapa ? " tanya Atlas sembari melihat Cana lewat kaca mobil.

"Gapapa. " jawab Cana singkat lalu kembali memperhatikan jalanan dari dalam mobil. Wajah nya yang berseri terus membuat Atlas senang dan menghilangkan semua rasa cemas nya.

"Kita mau kemanaa sihh At ? " gerutu Cana dengan tangan nya yang sudah mengepal erat di atas paha.

"Sabar sayang " Cana melirik nya sebentar dan bergidik jijik karna tingkah Atlas sekarang. "Sayang sayangan aja lo mah " .

"Lah, emang nya salah ? Kita pacaran juga udah lebih dari 7 tahun kali yank " tutur Atlas. Cana hanya mengangguk iya dan mengalihkan pandangan nya ke luar.

Percuma bertengkar dengan Atlas sekarang, lidah nya pasti kaku untuk membela diri dihadapan lelaki yang ia rindukan selama 7 tahun itu.

Mobil yang lalu lalang terlihat jelas di mata nya, lampu yang menyinari jalanan, dan suara musik yang terdengar dari radio menemani malam nya di mobil.

"gimana ? " pertanyaan yang muncul disela-sela keheningan itu membuat Cana langsung menatap lawan bicara nya "gimana apanya ? " .

"sikap Gilang ke kamu, sikap kamu ke Gilang juga, gak ganjen kan ? " tanya Atlas dengan alis yang mengkerut namun masih memperhatikan jalanan didepan nya.

"menurut kamu aja, yakali aku ganjen-ganjen ke dia " tutur Cana dengan mulut yang dikerucutkan nya. "iyaa iyaa, kamu itu ketidak sengajaan yang dipastikan ya ".

Cana kembali menatap lelaki itu bingung dan mengerutkan kening nya "kok gitu ? " keheningan yang seketika dipecahkan oleh perkataan Atlas.

"iyaa, coba aja waktu pertama kali aku sekolah, aku gak nanya sama kamu, gak ketemu kamu, pasti aku gak bakal jatuh cinta sama kamu, andai waktu itu kamu gak ke atap sekolah dan gak bertatap mata sama aku walau cuma sedetik, bisa kita kayak gini sekarang ? semua itu gak disengaja kan ? sampai akhirnya aku tertarik sama bad girl kayak kamu " Atlas tersenyum kuda dan mengelus pelan rambut Cana di tengah-tengah kemacetan.

sementara Cana masih terdiam karna perkataan Atlas barusan. "dan juga, coba kita gak ketemu di cafe bisa aku deket sama kamu ? dan waktu dikantin, kamu nolak aku mentah-mentah, tapi aku masih perjuangin kamu ..."

"sementara masih banyak cewek yang nunggu kamu, iya aku ngaku, waktu itu aku salah, tapi tetep aja kan, kita jadian karna paksaan kamu " potong Cana.

"tapi lama kelamaan cinta juga kan sama aku ?" pipi nya yang memerah akibat tersipu malu. kini tatapan nya teralihkan keluar jendela dan menggerutu yang tidak terdengar jelas oleh Atlas.

***

tidak terlihat apapun disini, hening, dan suasana yang tidak bisa dirasakan apapun.

mata Cana tertutup oleh kain hitam yang diikat kebelakang oleh Atlas, dari setengah perjalanan tadi, rasa penasaran trs bermunculan hingga akhirnya sampai ketempat tujuan walau dengan mata tertutup.

"ih Atlas, mau ngapain sih kita ? pake ditutup segala mata aku " tanya Cana, cengkraman nya semakin kuat di tangan Atlas saat tau Atlas tidak menjawab apapun.

"aku buka ya kain nya " ucap Atlas sembari membuka ikatan dibelakang kepala Cana.

"SURPRISEEEE ! "Suara teriakan yang begitu menggelegar di ruangan ini membuat Cana membulatkan mata nya dan membuka mulut nya lebar.

Safa, Alva, Gilang, begitu juga sang mama berada didepan nya langsung, banyak juga orang-orang yang berdiri dibelakang nya, terutama Atlas "Mamaa..." ucap Cana.

dipeluk nya wanita paruh baya itu didepan banyak orang sembari menitikkan air mata nya "ini semua, Atlas yang rencanain, dia minta bantuin kita, buat ngasih surprise ini ke kamu " ucap Ella.

"makasih ya kalian semua, terutama tante buat ini " ucap Atlas sembari membungkukan badan nya.

"and, now... " Atlas menekuk satu lutut nya menyentuh tanah dan mengeluarkan kotak cincin yang berada dikantong jas nya.

"Cana Alysa, will you be my Wife ? " Cana sangat terkejut hingga terus menitikkan air mata nya. tangan yang sedari tadi menutupi wajah itu kini berpindah menarik pelan tangan Atlas hingga ia berdiri dan segera memeluk nya.

suara tepuk tangan yang memenuhi ruangan, Atlas tersenyum bahagia dan memeluk erat Cana di dekapan nya.

di lepas nya pelukan itu oleh Atlas dan mengelap air mata wanita yang berada didepan nya sekarang "ya, i will " jawab Cana.

Atlas menarik tangan kanan Cana dan menaruh cincin di jari manis nya, tampak terlihat cocok saat ia pakai, Atlas masih tersenyum dan kembali memeluk wanita itu.

suasana ruangan yang penuh tawa senang banyak orang itu sekarang telah menjadi tangisan Cana.

"congratss gurl " ucap Safa yang membuat Cana tertawa pelan dan memeluk sahabat nya itu.

"ohh, shit, Safa kangennn " orang-orang yang sedari tadi memperhatikkan Cana sekrang sudah sibuk dengan urusan nya masing-masing, ada yang berbincang dengan Atlas, ada juga yang makan.

"selamat ya Can, gimana rasa nya ? ditinggal 7 tahun, sekali nya dateng langsung di lamar ? " tanya Alva sembari menghampiri Cana dan tertawa kecil.

"haha, excited banget lah pasti nya, lo jangan lama-lama lah, tuh buruan sama si Safa " ledekan nya membuat Safa dan Alva tertawa dan menatap Cana.

disela-sela tawa mereka, Atlas datang membawa wanita disebelah nya, "sayang, kenalin sepupu aku " ucap nya.

"hey, jadi kamu yang namanya Cana, Atlas sering banget cerita tentang kamu, dari awal dia liat kamu, oh iya kenalin saya..."

"Mela "potong Cana sembari mendecakkan lidah nya dan melipat kedua tangan nya didepan perut. "ngapain lo kenalin diri, gue udh tau, " lanjut Cana.

"oh iya, saya lupa, kita satu kuliahan " Atlas tertawa dan merangkul pinggang Cana "kamu juga yang nyuruh ? " tanya Cana pada Atlas.

"iyaaa " dihembuskan nya nafas lega dan mengecup kening Cana "berapa banyak orang yang kamu suruh sihh "

Malam yang berakhir dengan kebahagiaan itu Cana lalui dengan tangis bahagia yang ia rasakan.

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang