Chapter 34: Dungeon Baru

2.2K 183 4
                                    

Sepulangnya dari tempat Demon Lord Artacuz, Ren kembali ke Kota Rasata sebagai Raffel dan memerintahkan One untuk lanjut berburu di hutan.

Dia mendengar kabar tentang dungeon yang baru saja di temukan di sekitar kota, dia ingin ke sana tapi karena Guild berpendapat bahwa hanya petualang yang memiliki Rank A ke atas yang dapat masuk ke dungeon itu dan pintu masuk tempat tersebut yang dijaga oleh beberapa orang dari kerajaan, Ren tidak bisa masuk begitu saja.

Akhirnya, menggunakan kekuasaannya sebagai Guild Master, Ren mendaftarkan dirinya sendiri sebagai petualang Rank A tanpa harus melalui prosedur yang berlaku.

Ren meninggalkan Klonnya untuk menggantikan pekerjaannya sebagai Guild Master, sementara Ren pergi ke meja resepsionis untuk mengambil misi ke dungeon baru.

Tanpa misi dari Guild atau orang-orang berpengaruh di kerajaan, tidak ada yang bisa masuk ke dungeon tersebut.

Resepsionis menyapa Ren yang menghampirinya.

"Halo, ada yang bisa aku bantu?"

"Aku ingin mengambil misi ke dungeon yang baru saja muncul di sekitar sini." (Ren)

"Maaf, itu tidak memungkinkan. Untuk mengambil misi tersebut, seorang petualang harus memiliki Rank minimal A."

Melihat Ren yang masih muda, resepsionis mengira-ngira bahwa dia masih Rank C ke bawah.

Kemudian Ren menunjukan Guild Cardnya.

Guild Card adalah kartu identitas yang dimiliki oleh semua petualang, berisi berbagai macam informasi seperti nama, rank, kelamin, umur, dll.

Untungnya Guild Card tidak menampilkan ras, karena semua orang di guild adalah Manusia, pembuatan Guild Card tidak memerlukan ras untuk ditampilkan.

Resepsionis itu syok melihat Guild Card yang dimiliki Ren menampilkan informasi bahwa Ren adalah petualang Rank A.

Tidak lebih dari sepuluh persen jumlah petualang di Altergaia yang mencapai Rank A, tapi di depan resepsionis itu seorang anak yang kira-kira berusia 16 tahun telah mencapai Rank tersebut.

Resepsionis itu sudah kehabisan kata lalu memberikan Ren kertas sebagai bukti mengambilan misi.

Ren mempersiapkan perlengkapannya lalu pergi menuju dungeon.

Ren sampai di depan dungeon, di sana ada beberapa penjaga.

Orang-orang yang ingin masuk ke dalam harus menunjukan kertas misinya ke penjaga.

Ren menghampiri penjaga untuk menunjukan kertasnya.

"Hmm, tidak disangka. Usiamu masih muda begini tapi telah mencapai Rank A, kau akan menjadi orang yang hebat di masa depan nanti."

Para penjaga memuji kemampuan Ren yang telah mencapai Rank A dalam umur yang masih muda.

"Terima kasih. Kalau begitu, aku masuk dulu." (Ren)

Untuk formalitas, Ren mengucapkan terima kasih kepada para penjaga.

"Kau akan masuk sendiri? Biasanya orang-orang membentuk party untuk masuk ke dalam dungeon. Ya, ada beberapa orang juga yang masuk sendirian."

"Kau pasti sangat percaya diri."

"Hati-hati nak, di dalam banyak monster yang kuat. Akan sangat disayangkan jika orang berbakat seperti dirimu mati sia-sia di dalam."

Penjaga memperingatkan Ren.

Ren masuk ke dalam dungeon.

Di dalam dungeon sangat gelap, para petualang biasanya membawa alat atau menggunakan sihir untuk penerangan.

Dungeon baru ini masih belum ada yang menaklukannya, tidak ada peta yang diberikan oleh Guild untuk petualang yang masuk ke dungeon ini.

Ren menyalakan obornya.

Terlihat beberapa orang sedang berburu monster di sekitarnya.

"Hmm, mungkin karena ini pintu masuk jadi monster-monster di sekitar sini tidak terlalu kuat?" (Ren)

Tujuan Ren ke dungeon ini untuk membunuh boss monster di dalam agar dia dapat berubah menjadi monster itu, jadi dia mengabaikan monster-monster biasa di sekitarnya.

Ren terus masuk lebih dalam.

Dungeon berbentuk seperti goa, goa tersebut menuju ke dalam tanah.

Ren sudah turun lumayan jauh, para petualang yang berburu semakin sedikit karena monster semakin kuat.

Ren tidak memburu monster di sekitarnya, dia menyimpan tenaga untuk melawan boss monster nanti.

Berhari-hari telah berlalu selama Ren di dalam dungeon.

Sepanjang perjalanan Ren melihat beberapa petualang yang mati di tangan para monster, diamenghiraukan semua petualang yang mati dan sekarat, dia sama sekali tidak peduli.1

Sampai tidak lama kemudian, dia melihat seorang gadis.

Dia terpaku melihat gadis itu.

Gadis itu tidak cantik dan tidak seksi, hanya seperti gadis biasa pada umumnya.

Tapi bukan hal seperti itu yang membuat Ren terpaku melihatnya.

"Rina?" (Ren)

Gadis itu mirip sekali dengan Rina, pacar Ren saat dia masih menjadi manusia.

Ren sulit merasakan emosi sejak dia menjadi Doppelganger, tapi dia sangat menyayangi Rina bahkan dengan kondisinya sekarang, Ren tetap tidak bisa menahan perasaan di hatinya.

Mereka baru berpacaran sebentar, tapi Rina adalah wanita pertama dalam hidup Ren yang baik padanya dan menyayanginya walaupun Rina bukanlah anggota keluarga Ren.

Pada akhirnya mereka berpacaran, tapi tidak lama setelah itu Ren kehilangan nyawanya.

Ren tulus menyayangi Rina dari hatinya.

Gadis yang mirip Rina itu sedang bertarung melawan monster yang terlihat cukup kuat, monster tersebut berbentuk seperti laba-laba besar.

Gadis itu bertarung sendiri, dia terlihat mulai kelelahan melawan monster laba-laba itu.

Sampai akhirnya gadis itu terjatuh, kaki laba-laba yang tajam seperti pedang bersiap menusuk gadis itu.

Melihat keadaan gadis itu yang terdesak, Ren tanpa pikir panjang melakukan Teleport ke samping gadis itu.

Ren menggendong gadis itu lalu menghindari serangan monster laba-laba.

"Kau, siapa?"

Pengelihatan gadis itu sudah kabur karena kelelahan, dia bahkan tidak bisa mengenali siapa yang menolongnya.

Setelah gadis itu bertanya, dia pingsan.

I Am DoppelgangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang