Chapter 37: Yaza

2.1K 181 3
                                    


Orang yang aku cintai tewas tertabrak, aku tidak dapat menahan rasa sakit kehilangannya.

Akhirnya, aku bunuh diri.

Aku berharap hilang dari dunia ini.

Dunia tanpanya tidaklah berarti.

Tapi.

Ternyata kematian bukanlah akhir dari segalanya.

Aku yakin kalau aku sudah mati, tapi aku masih merasakan kehidupan.

Mataku terbuka, aku merasakan hidup kembali.

Ternyata aku menjadi bayi!

Orang pertama yang aku lihat adalah ayah yang menggendongku.

Aku lahir di keluarga bangsawan Kerajaan Razaia.

Aku tumbuh di kalangan bangsawan, para bangsawan saling berteman untuk urusan politik.

Jarang sekali ada yang berteman karena memang ingin berteman.

Aku sering dimanfaatkan oleh teman-temanku karena posisiku sebagai bangsawan dan karena aku wanita, banyak yang ingin menikahiku untuk menambah kekuatan politik mereka.

Bahkan keluargaku juga ingin aku melakukan pernikahan politik.

Menjadi bangsawan sangat tidak enak, tidak bisa hidup dengan bebas.

Andai aku terlahir kembali menjadi orang biasa saja...

Saat aku dilahirkan, Kerajaan Razaia sedang berperang melawan Kerajaan Petalia.

Orang tuaku memberiku nama Yaza yang berarti ketenangan, mereka berharap kelahiranku dapat membuat peperangan yang sedang berlangsung dapat berakhir segera.

Tapi kenyataan berkata lain.

Peperangan terus terjadi sampai beberapa tahun kemudian.

Kedua kerajaan tidak ada yang mau mengalah, mereka memperebutkan wilayah yang kaya akan mineral.

Saat aku berumur 12 tahun, kedua kerajaan sepakat untuk berdamai dengan syarat kedua kerajaan harus saling mempersembahkan salah satu bangsawan mereka ke kerajaan lainnya.

Pada akhirnya, aku dipilih sebagai persembahan untuk Kerajaan Petalia karena memang itulah tujuanku sejak lahir.

Orang tuaku bahkan menawarkan diriku untuk menjadi persembahan, raja telah menyetujui hal tersebut.

Aku seperti terlahir kembali bukan menjadi mahluk hidup, tetapi menjadi sebuah benda.

Aku tidak suka dengan situasi tersebut.

Akhirnya, aku kabur dari rumah dan bersembunyi.

Pihak Kerajaan Razaia mencariku, tetapi aku selalu berhasil menghindari mereka.

Beberapa bulan berlalu, mereka menyerah untuk mencariku dan menggantikanku dengan orang lain untuk dijadikan persembahan ke Kerajaan Petalia.

Aku tidak ingin kembali lagi ke rumah, aku ingin hidup bebas.

Kesempatanku untuk bisa hidup bebas akhirnya datang.

Pada awalnya aku belajar bertahan hidup di hutan hidup dengan berburu binatang.

Setelah beberapa bulan, aku dapat bertarung.

Aku sering melihat orang-orang lemah lewat di hutan, aku memutuskan untuk merampok mereka dan menjadi bandit untuk mencari uang agar aku bisa hidup seperti layaknya Manusia.

Aku bertemu berbagai orang dan kelompok bandit, sama sepertiku.

Aku sering diajak untuk bergabung dengan mereka, tapi aku menolak.

Aku lebih suka merampok sendiri karena itu lebih menyenangkan dan hasil yang didapat pun lebih banyak.

Bertahun-tahun aku menjadi seorang bandit, aku terkenal di kalangan bandit karena keahlianku dalam bertarung.

Saat umur 16 tahun, aku memutuskan menjadi petualang karena misi yang mereka ambil sepertinya menyenangkan, aku suka tantangan dan kebebasan.

Sekarang aku telah menjadi petualang Rank A, tapi aku masih melanjutkan pekerjaanku sebagai bandit untuk sampingan.

Ren dan Yaza saling bertukar cerita tentang kehidupan mereka selama di Altergaia.

"Jadi kau keturunan bangsawan?!" (Ren)

"Yah, tapi aku tidak menyukai hal itu. Tolong jangan bahas itu lagi..." (Yaza)

"Umm, baiklah..." (Ren)

"Kau lebih mengejutkan, kau seorang Demi-Human? Doppelganger?" (Yaza)

"Iya, seorang Dewa memberikan wujud ini padaku." (Ren)

"Kau tidak terlahir kembali, kau lebih seperti berpindah dunia. Kau bahkan bertemu dengan seorang Dewa." (Yaza)

"Yah, tapi aku punya hutang ke Dewa itu. Walau dia tidak mengatakannya, sepertinya dia memberikan tugas padaku, secara rahasia." (Ren)

"Tugas apa?" (Yaza)

"Aku pun tidak tahu tentang hal itu." (Ren)

"Ugh... Aku ingin bertemu Dewa, aku punya banyak protes untuknya!" (Yaza)

"Hei, hei. Sepertinya itu bukan salahnya, haha. Ada banyak Dewa di dunia ini, mungkin kau harus protes ke Dewa nasib." (Ren)

"Banyak? Apa kita bisa menemuinya?" (Yaza)

"Entahlah, aku tidak tahu dimana bisa menemukan para Dewa. Tapi, nanti aku pasti akan menemukan mereka." (Ren)

"Umm, kau harus membunuh Dewa untuk menjadi Dewa?" (Yaza)

"Ya, semacam itu." (Ren)

"Ugh, aku iri pada kemampuanmu. Caramu menambah kekuatan sangat praktis." (Yaza)

"Yah, tapi kemampuan ini pun ada batasnya. Aku hanya mendapatkan delapan puluh persen dari kekuatan mereka saat bertransformasi." (Ren)

"Tapi kau akan mendapatkan God Skill mereka!" (Yaza)

"Kau benar..." (Ren)

"Itu sangat hebat!" (Yaza)

"Haha, Kau sendiri cukup kuat untuk ukuran Manusia." (Ren)

"Ya, aku juga merasa begitu. Karena aku memiliki ingatan dari kehidupan sebelumnya, aku jadi cepat beradaptasi." (Yaza)

"Jaga kekuatanmu, jangan sampai kau menjadi Hero." (Ren)

"Kenapa?" (Yaza)

"Nasib mereka sangat menyedihkan, aku tidak ingin kau mejadi seperti mereka." (Ren)

"Baiklah jika itu keinginanmu!" (Yaza)

Yaza sangat senang karena Ren masih memperhatikan dia seperti dulu.

Setelah mereka saling bercerita, Yaza setuju untuk membantu Ren membunuh boss monster.

Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju bagian terdalam dungeon.

I Am DoppelgangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang