"Ren, apa yang akan kita lakukan?" (Yaza)
"Pertama, kita harus menaikan level Eraki. Levelnya terlalu rendah." (Ren)
"Memangnya berapa levelnya?" (Yaza)
"13." (Ren)
"Kurasa itu wajar untuk anak seumurannya." (Yaza)
"Memangnya kau tahu berapa umurnya?" (Ren)
"Dilihat dari badannya mungkin sekitar 9 tahun." (Yaza)
Ren sendiri tidak tahu umur Eraki, dia memalingkan padangannya ke arah Eraki.
"Berapa umurmu?" (Ren)
"24..." (Eraki)
"Heee? Kau bahkan lebih tua dari kami! Tapi tubuhmu kecil sekali." (Yaza)
Eraki tidak menjawab pertanyaan Yaza.
Ren mengetahui maksud dari sikapnya, dia memang hanya mematuhi Masternya saja.
Ren memandang ke arah Eraki dengan pandangan serius.
"Eraki, mulai sekarang, perlakukan Yaza seperti Mastermu sendiri." (Ren)
Eraki melihat Ren dengan pandangan bingung.
Kenapa Ren seenaknya memberi hak seperti itu kepada Yaza?
Apa hubungan Ren dengan Yaza?
Eraki hanya bisa mengangguk.
"Ren, jangan terlalu keras padanya..." (Yaza)
Yaza merasa kasihan pada Eraki.
"Eraki, kita akan menjalani hidup bersama mulai sekarang. Aku akan memperlakukanmu sebaik mungkin selama kau menuruti perintahku, aku bukan orang yang tidak tahu balas budi. Untuk sekarang, kita akan mencari tempat makan. Aku yakin kalian berdua merasa lapar." (Ren)
Mendengarkan kata-kata Ren, Yaza dan Eraki memegang perut mereka.
Ternyata mereka memang lapar, terutama Eraki.
Makanan yang diberikan toko budak hanya cukup untuk menahan rasa laparnya, tidak cukup untuk membuatnya kenyang.
Eraki tahu bahwa dia hanya akan digunakan sebagai senjata oleh Ren, hanya dengan cara itulah dia dapat berguna untuk Ren dan Ren tidak akan membuang atau membunuhnya.
Saat ini Eraki sama sekali tidak punya tempat untuk pulang karena sejak lahir dia sudah sendiri dan tidak tahu siapa orang tuanya.
Selama ini dia tinggal di desa Elf, diasuh oleh salah satu keluarga di situ dan dia sudah menganggap mereka sebagai keluarganya sendiri, tapi sekarang desa itu sudah hancur karena perang.
Demi-Human yang selamat ditemukan oleh Manusia lalu ditangkap dan dijadikan budak.
Selama Ren ingin menerimanya, maka dia akan mengikuti Ren.
"Kau belum menjawab pertanyaanku." (Yaza)
Yaza menatap ke arah Eraki.
"Eraki, kau tidak perlu segan untuk menjawab pertanyaan kami. Kesampingkanlah hubungan Master-Servant antara kita, kita akan hidup bersama mulai sekarang. Anggaplah kita keluarga." (Ren)
Ren mengerti keadaan Eraki, di dunia ini perang terjadi dimana-mana.
Melihat Eraki yang ditangkap dan dijadikan budak, pasti keluarganya tewas di medan perang.
Orang seperti Eraki akan mudah dikontrol jika diiming-imingi kata keluarga.
Ren juga berencana membantu Eraki balas dendam jika Eraki mempunyai dendam terhadap orang yang membunuh keluarganya.
Ren mengira bahwa Eraki memiliki dendam terhadap Manusia.
"Jika kau memiliki dendam, kami akan membantumu membalas dendam." (Ren)
Eraki menggelengkan kepalanya.
"Apa kau tidak mempunyai dendam?" (Ren)
"Tidak..." (Eraki)
Ren berpikir bahwa Eraki terlalu baik, keluarganya dibunuh tetapi dia tidak menyimpan dendam sama sekali.
Jika semua orang berpikir seperti Eraki, dunia ini tidak akan penuh dengan peperangan.
Eraki tidak memiliki dendam terhadap Manusia atau Demi-Human, Eraki hanya tidak suka perang karena perang lah yang merebut keluarganya.
"Tubuhku normal untuk rasku." (Eraki)
"Rasmu memang mempunyai tubuh kecil?" (Yaza)
Eraki mengangguk.
"Yang sudah dewasa rata-rata memiliki tinggi 140 sampai 150 centimeter. Ras kami dapat hidup sampai umur 200 tahun, umur di atas 100 barulah bisa dianggap dewasa." (Eraki)
Setelah mendengar Eraki, Yaza berpikir bahwa Eraki memang masih anak-anak.
Eraki memang belum pernah bertemu dengan orang yang memiliki ras sama dengannya, tapi dia sudah memperoleh banyak informasi tentang rasnya dari para Elf.
Tidak terasa selama mereka mengobrol, mereka telah sampai di depan sebuah restoran.
Di atas pintu masuk restoran tersebut tertulis "Restoran Bintang".
Eraki menatap ke arah Ren, wajahnya menanyakan apakah boleh dia makan disini?
Ren mengerti maksud Eraki.
"Tenang saja Eraki, ikut saja denganku." (Ren)
"Iya." (Eraki)
Ren menggunakan 'Map' untuk mencari restoran terdekat karena dia sendiri masih asing dengan Kota Rasata.
"Sudah lama aku tidak kemari." (Yaza)
"Kau pernah kemari?" (Ren)
"Yah, beberapa kali." (Yaza)
"Bagaimana rasa makanannya?" (Ren)
"Umm... Enak!" (Yaza)
Yaza berpikir sejenak untuk mengingat rasa masakan di restoran itu.
"Wah, kalau begitu ayo kita masuk." (Ren)
Ren dan kelompoknya masuk ke dalam restoran.
Di dalam, mereka disambut oleh seorang pelayan dan pelayan itu menunjukan mereka ke meja mereka.
Ren dan kelompoknya duduk di meja yang telah ditunjukan oleh sang pelayan.
Pelayan itu memberikan menu kemudian pergi.
"Rina, aku tidak tahu apa yang lezat di tempat ini. Aku akan ikuti pesananmu. Bagaimana denganmu, Eraki?" (Ren)
"Aku akan ikut nona Yaza. Master, kenapa Master memanggil nona Yaza dengan panggilan Rina?" (Eraki)
"Oh, untuk hal itu. Kau tidak perlu tahu, hahaha." (Ren)
"Baiklah." (Eraki)
Eraki tidak tahu kenapa Ren menyembunyikan hal tersebut, jika Ren tidak ingin memberitahunya maka dia hanya bisa diam.
"Oke, aku ingin pesan ini, ini, dan ini!" (Yaza)
Yaza menunjukan jarinya ke makanan dan minuman yang ada di menu.
Setelah memutuskan apa yang ingin dia beli, Yaza mengangkat tangan kanannya untuk memanggil pelayan.
Saat dia berniat untuk memanggil pelayan, tiba-tiba ada orang terbang ke arahnya.
Ren, Yaza, dan Eraki menghindar.
*Brugh*
Orang yang terbang itu mendarat di meja Ren dan meja itu hancur.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Am Doppelganger
FantasiSeorang pria tertabrak truk saat dia ingin menyeberang. Saat terbangun dia melihat dewi kematian, sang dewi memberinya kekuatan untuk bisa berubah menjadi apapun. Goblin? Peri? Naga? Bahkan legenda seperti King Arthur? Si Pitung? Semuanya bisa! Deng...