Veranda menggeliat kecil dari balik selimutnya. Akhir pekan, seharusnya ia bisa lebih santai sedikit. Akan tetapi, mengingat statusnya sebagai istri dan menantu di rumah ini tidak serta merta membuatnya bermalas-malasan. Sudah menjadi rutinitas dan kewajiban bangun lebih awal membantu menyiapkan sarapan pagi meski ini hari libur.
Veranda menyibak selimut, duduk sejenak di tepi ranjang merenggangkan sedikit otot-ototnya yang sedikit kaku setelah berpetualang ke alam mimpi. Ia melirik potret diri Kinan bersama Kinal yang tengah tersenyum. Veranda sengaja membiarkan beberapa barang Kinan tetap berada di tempatnya.
Selamat pagi!
Ucapnya seraya tersenyum memandang lekat ke arah foto itu kemudian beranjak mendekati kamar mandi.
.
..
Selesai menyegarkan tubuh dan acara bersih-bersih, Veranda menapaki anak tangga satu per satu hendak menuju dapur. Sekali-kali ia menyelipkan helaian rambut panjangnya yang sedikit basah. Veranda memaku langkahnya sejenak, kala aroma menguar lezat dari arah dapur. Suara riuh alat masak terdengar dari dalam sana.
Beberapa pertanyaan hinggap di kepalanya. Masih sepagi ini, ibu mertuanya sudah menyiapkan sarapan. Veranda menghela napas bersalah karena merasa tidak cekatan untuk menjadi menantu yang baik di keluarga ini. Ia menarik napas sebelum kembali melangkah.
"Selamat pagi, M-"
Ucapan Veranda langsung terhenti melihat kaus bergaris yang membalut punggung seseorang yang tengah bergumul dengan peralatan memasak.
Kinal yang tengah menenggelamkan diri menjadi koki dadakan langsung membeku. Dengan sedikit canggung ia berbalik, menoleh ke arah Veranda yang masih mematung di ambang pintu dapur.
"P-pagi!" sapa Kinal.
Veranda berdeham pelan, meredam rasa malu karena berpikir Wulan-lah yang tengah memasak.
"P-pagi!" sahut Veranda menggerakan kakinya, melangkah lebih dalam lagi.
Kinal pun kembali menyelesaikan menu sarapan yang tengah dimasaknya. Menu andalan Indonesia di setiap sarapan pagi--nasi goreng.
Entah kenapa ... Veranda menjadi sedikit canggung. Harusnya dirinyalah yang menyiapkan sarapan untuk orang-orang di rumah ini. Bukan Kinal. Namun, ternyata Kinal-lah yang sudah menyiapkannya.
Veranda masih berdiri terdiam, mengamati punggung Kinal yang bergerak-gerak. Ia benar-benar canggung, tidak tahu harus mengerjakan apa di dapur.
"Lho, kenapa kamu berdiri aja di sini!" ujar Wulan yang baru saja datang.
Veranda pun seketika salah tingkah.
Wulan berjalan santai ke arah kulkas yang ada di sudut dapur. "Kamu pasti aneh, 'kan. Lihat Kinal pagi-pagi gini ada di dapur," sambung Wulan menyambar satu kotak susu cair.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover [END]
Fanfiction[17+] Ini hanyalah kisah tentang hubungan dua insan dengan segala kerumitan di dalamnya. Attention! Jangan buka cerita ini! Jika tidak ingin kecewa.... Happy Reading!