33. Kejutan dan Pasar Malam

4.2K 393 110
                                    

Hola!

Kali ini lumayan panjang. 3K Words, huft! Setelah sekian lama, akhirnya, bisa nulis panjang lagi. Ngh....

Awas ngantuk, ya!

Happy Reading!

_______________________

Kinal melangkah santai di sepanjang koridor kelas. Suasana kawasan sekolah masih cukup lengang. Maklum saja, karena hari ini, Kinal dan teman sekelasnya bermaksud mempersiapkan sesuatu untuk wali kelasnya. Sekadar memberi kejutan di hari istimewa Veranda. Jantung Kinal berdetak kencang kala membayangkan sesuatu yang melintas di kepalanya, karena dia mengambil peran penting dalam berhasil tidaknya kejutan yang akan diberikan nantinya. Sekelas berharap dan bergantung padanya. Meski Kinal sudah menolaknya namun tugasnya sebagai ketua kelas membuatnya tidak berkutik ketika sekelas menunjuknya menjalankan peran itu. Sebuah peran yang benar-benar belum pernah terbayangkan sebelumnya.

Helaan napas panjang terdengar jelas, keluar dari kedua lipatan bibir kemerahan Kinal. Dia tidak yakin sama sekali untuk melakukan ini. Namun, lagi-lagi, semuanya sudah menjadi keputusan final. Dia tidak bisa mundur atau meminta yang lain untuk menggantikan lakonnya, nanti. Benar-benar membuatnya gugup. Langkahnya pun semakin terseok ketika mendekati kelas yang terlihat beberapa meter dari tempatnya berpijak. Berkali-kali, Kinal membuang napas. Bukankah seorang pria sejati tidak akan pernah mundur dalam hal apa pun? Begitulah pikir Kinal, kakinya pun kembali bergerak, melangkah maju dengan lebih mantap dari beberapa detiknya lalu.

Baru dua-tiga melangkah, sepasang kakinya langsung terpaku kembali oleh dua orang yang muncul tiba-tiba menghalangi jalannya. Kinal membetulkan letak kacamatanya, memerhatikan Jinan dan Boby yang tengah mengatur ritme napas terengah mereka.

"Pokoknya, lo yang harus traktir gue! Karena guelah pemenangnya," ujar Boby sambil memegang perut. Dadanya terlihat turun-naik.

Jinan mendengus resah, karena kali ini, dia benar-benar kalah cepat dari rival larinya itu. "Oke, enggak masalah. Lo mau nambah berapa kali pun gue jabanin," balas Jinan tak kalah congkak (?).

Wajah Boby berbinar mendengar itu. "Ajaib! Tumben banget lo enggak protes. Biasanya enggak pernah terima kalah dari gue," sindir Boby sambil memanyunkan bibirnya.

Jinan hanya cuek, berpura-pura tidak mendengarkan sindiran dari Boby. Dia hanya enggan berdebat pagi-pagi dengan Boby, hanya buang-buang waktu serta tenaga, dan hanya merusak harinya. Begitulah yang ada di benak Jinan.

Merasa tidak diacuhkan Boby pun langsung merangkul Kinal. "Gimana, Man? Udah siap? Lo enggak usah teganglah. Lakukan seperti yang gue bilang. Senatural mungkin, oke." Boby menepuk-nepuk dada Kinal. Dia percaya jika Kinal bisa melakukannya. "Anak-anak sudah siap di posisi masing-masing," lanjut Boby.

"Kalian sedang ngerencanain sesuatu?" telisik Jinan yang penasaran.

"Yoi, kelas gue mau kasih kejutan buat wali kelas tercantik kami. Hari ini Bu Veranda ulang tahun. Ya, 'kan, Man," jawab Boby sambil menyikut lembut pinggang Kinal. Kinal hanya mengangguk pelan sambil mengumbar senyum halus.

Sontak bibir Jinan pun membentuk lingkaran. "Semoga sukses deh, kejutannya," tandas Jinan berharap semuanya berjalan sesuai dengan rencana dan lancar.

"Pasti dong. Kami sekelas udah merencanakan ini matang-matang demi kasih kejutan buat bidadari sekolah ini," ujar Boby dengan membusungkan dada.

"Eh, ngomong-ngomong soal bidadari. Bagaimanapun juga, yang perawan itu lebih menggoda, 'kan, Nal. Apalagi yang tajir melintir. Bu Veranda mah lewat! Lagian udah berstatus milik orang lain. Beda sama kayak Kak Sinka. Gimana kemarin, kalian pulang bareng, 'kan? Aku enggak sengaja lihat kalian, lho," goda Jinan sambil mengedipkan sebelah matanya. Itu benar-benar membuat Kinal risih. Kinal hanya terdiam sambil memalingkan wajahnya.

My Secret Lover [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang