Tanganku bergetar hebat, air mata langsung luruh tanpa jeda menatap dua garis kecil merah yang tercetak pada alat test pack.Tidak mungkin?
Hasilnya positif?!
Aku terus menggeleng, masih berusaha meyakinkan diriku sendiri kalau ini tidak nyata. Itu hanya kesalahan alat kehamilan tersebut, bukan. Mataku mengembun mengamati lekat-lekat hasil test pack. Namun, urung mengubah hasilnya. Ini benar-benar kenyataan yang membuatku ingin langsung menghilang dari dunia ini.
Tidak mungkin?
Aku luruh ke lantai keramik kamar mandi dan merutuki kesalahan fatal yang telah aku perbuat bersama Kinan di hari itu. Malam itu, kami benar-benar terbawa suasana. Entah setan apa yang merasuki kami. Saat itu, aku dan Kinan tengah berlibur bersama. Di tengah perjalanan menuju tempat destinasi wisata yang hendak kami tuju, hujan turun dengan sangat deras. Angin bertiup dengan amat kencang seakan-akan akan menumbangkan deretan pepohonan di sisi kiri-kanan jalan.
Daripada membahayakan perjalanan kami. Kinan pun memutuskan untuk singgah ke sebuah losmen sederhana. Dan sialnya, kala itu hanya menyisakan satu kamar saja. Malam itu, jika mengingatnya kembali ... aku merasa seperti wanita bodoh yang tak becus menjaga kehormatanku meski terhadap calon suamiku sendiri. Padahal, pernikahan kami hanya tinggal menunggu satu bulan lagi. Entah kenapa ... malam itu pun, Kinan ... ah sudahlah. Malam itu, kami benar-benar terbawa suasana dan larut dalam bisikan setan yang menggiringku pada masalah yang semakin pelik seperti sekarang ini.
Apa yang harus aku katakan pada kedua orangtuaku?
Apa yang harus aku katakan pada kedua orangtua Kinal?
Dan apa yang harus katakan dan lakukan pada Kinal?
Aku benar-benar tidak punya muka untuk mengabarkan berita ini. Entah berita ini akan menjadi berita baik nan membahagiakan atau malah sebaliknya bagi Kinal dan keluarga besar kami.
Aku sadar, dia hanyalah seorang remaja biasa, yang (hanya) diminta untuk memenuhi amanat sang kakak. Masa depannya masihlah sangat panjang. Ditambah lagi, di usia semuda itu harus menyandang status seorang 'ayah' untuk anak yang memang bukan darah dagingnya sendiri.
Terlebih lagi, beberapa bulan ke depan ... Kinal harus berkonsentrasi pada ujian akhir dan ujian masuk perguruan tinggi.
Aku benar-benar tidak bisa membayangkan reaksi Kinal jika tahu perihal ini.
Ya Tuhan!
Kesalahan yang aku dan Kinan lakukan di masa lalu secara tidak langsung sudah menghancurkan masa depan Kinal.
Aku langsung mengusap air mata penyesalan yang terus meluncur tiada henti begitu mendengar suara dering ponsel pintarku. Dengan sedikit memaksa langkah, aku beranjak mengambil ponsel pintarku yang terus meraung.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover [END]
Fanfiction[17+] Ini hanyalah kisah tentang hubungan dua insan dengan segala kerumitan di dalamnya. Attention! Jangan buka cerita ini! Jika tidak ingin kecewa.... Happy Reading!