48. Melepasmu

3.2K 330 69
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Kinal tertunduk, menatap sendu ujung sepatu yang diberikan oleh Veranda di hari ulang tahunnya. Ia menghirup napas dalam-dalam, mengumpulkan segenap serpihan keberaniannya yang sejak awal niatnya sudah tergerus. Wajahnya terangkat, menatap pintu bercat hitam mengkilap yang ada di hadapannya. Kinal sangat tahu, ini masih terlalu pagi. Dan sedikit tidak sopan. Tapi, apa boleh buat. Ia harus melakukan ini, sekarang. Atau konsekuensinya hanya akan menyisakan penyesalan seumur hidup.

Lagi, ia menarik napas dalam lalu mengembuskannya perlahan. Berusaha menguapkan rasa gugup yang sejak tadi menyelimutinya.Ritme kerja jantungnya berpacu dengan sangat cepat. Tangannya terangkat perlahan, menekan bel yang tersemat di sisi kiri pintu hotel tempat Papa-Mama mertuanya menginap. Jaket hoodie abu-abu membalut kemeja seragam putihnya. Ransel hitam menempel di punggung layunya.

Kinal menunggu dengan amat gugup. Sambil terus menatap sayu ujung sepatunya. Veranda memenuhi isi kepalanya. Merasa tidak mendapat respon dari dalam sana. Lagi, Kinal kembali menekan bel itu, dua kali. Kali ini, perutnya mendadak terasa tidak nyaman. Seperti diaduk-aduk. Tangannya menaikkan kacamatanya yang sama sekali tidak melorot.

Pintu terbuka. Kinal mematung. Menatap Darius--Papa Veranda yang berdiri di ambang pintu dalam sambil menatapnya dengan dahi berkerut.

"P-Pagi, Pa!" sapa Kinal dengan gemetaran.

Darius melipat koran yang tengah dipegangnya. "Pagi!"

"Um ... maaf, kalau pagi-pagi Kinal sudah mengganggu," ucap Kinal hati-hati. "Kinal mau bicara dengan Papa-Mama. Boleh?"

Darius masih mengamati wajah tegang Kinal. Ia melepas kacamata bacanya.

"Um ... ini tentang Kak Ve," lanjut Kinal sambil membetulkan letak kacamatanya.

"Silakan masuk, Kinal! Kamu enggak usah tegang gitu." Darius menepuk bahu Kinal dan membuka lebih lebar lagi daun pintu hotel.

"Ayo, silakan duduk. Mama lagi di kamar mandi. Bentar lagi juga selesai."

My Secret Lover [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang