Ya, ya, ya ... saya tahu chapter kali ini pendek dan sedikit kurang ... tapi saya usahakan untuk bisa tetep apdet buat kalian semua--para pembaca setia cerita ini. ^^
Saya terus memaksa mata saya agar tetap terjaga, mengetik beberapa laporan tugas sekolah. Kian hari tugas sekolah kian menggunung. Tidak saya pungkiri, beban tugas sekolah benar-benar menyita seluruh pikiran, waktu dan tenaga saya. Saya langsung menghentikan aktivitas jari-jemari yang tiba-tiba terasa kebas—sedikit gemetaran dan berkeringat. Mungkin, jari-jemari saya perlu diistirahatkan barang sejenak.
Saya melirik jam meja berlogo klub sepakbola kesayangan saya. Klub yang menaungi Christiano Ronaldo selama beberapa tahun ini. Saya ikut merasa bangga dengan pencapaian klub ini semenjak ditangani oleh Zinadine Zidane. Ah, saya jadi melatur mengurusi masalah sepakbola. Sudah hampir jam sebelas malam. Tugas laporan sekolah tak kunjung selesai-- seolah tidak ada habisnya. Saya menghela napas sejenak, sekadar mengenyahkan rasa kantuk yang mulai bergelayut di pelupuk mata.
Tok!
Tok!
Saya langsung menoleh ke arah pintu kamar. Siapa yang mengetuk pintu malam-malam begini? Apa mungkin Mama? Tidak mungkin? Sudah hampir larut malam, Mama pasti sudah menenggelamkan diri di alam mimpi.
Dengan sedikit malas, saya beranjak berdiri, merenggangkan sejenak otot-otot saya yang sedikit kaku lalu melangkah mendekati pintu kamar.
Tok!
Tok!
Saya langsung membuka pintu tersebut. Napas saya sempat tertahan melihat Kak Veranda tengah berdiri di depan sana. Sepasang matanya terlihat sangat mengantuk. Akhir-akhir ini, saya sering mendapati Kak Ve sering menguap ketika sedang mengajar. Bahkan, sempat satu kali, saya melihat Kak Veranda tertidur di kelas. Benar-benar aneh. Apa Kak Veranda sedang sakit?
"Maaf, saya ngebangunin kamu," ujar Kak Ve sambil sesekali menguap kecil.
Saya menggeleng. "Tidak, saya belum tidur. Saya masih ngerjain tugas sekolah. Ada apa Kak?"
Kak Veranda terlihat memilin-milin ujung piama tidurnya. Saya hanya bisa menunggunya untuk buka suara.
"Um ... um ... sebenarnya, saya mau minta tolong sesuatu?" Air mukanya tampak begitu tegang.
Lagi, saya hanya bisa menunggunya melanjutkan pembicaraannya.
"Saya mau minta ... um ... saya ...,"
"Iya, saya apa? Kak Ve bisa bilang ke saya. Apa yang bisa saya bantu?"
Kak Veranda menggaruk-garuk pipinya. "Saya laper, dan saya minta tolong dibuatkan nasi goreng seperti yang um ... tempo hari kamu buat," ujar Kak Ve lalu menundukkan pandangannya.
Saya hanya tersenyum kecil mendengar permintaannya. "Oh, gitu. Saya pikir apa. Tapi, ini sudah malam, Kak. Kak Ve yakin, mau makan nasi goreng. Padahal kan di dapur ada camilan atau enggak buah aja biar lebih sehat," jelas saya. Karena menurut yang saya baca, tidak baik makan makanan berat seperti nasi di malam hari. Dan untuk perempuan seperti Kak Ve tentu sangat tahu tentang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover [END]
Fanfiction[17+] Ini hanyalah kisah tentang hubungan dua insan dengan segala kerumitan di dalamnya. Attention! Jangan buka cerita ini! Jika tidak ingin kecewa.... Happy Reading!