44. Senja dan Jejak Hujan

3.8K 395 95
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****


Huh!

Kenapa laju angkot yang tengah kutumpangi bersama Kinal seolah berjalan seperti seekor siput?

Terasa sangat lamban.

Aku benci pemandangan di dalam angkot ini.

Kenapa penumpang prianya hanya Kinal seorang, sih?

Membuat Kinal jadi korban mata jelalatan para wanita lainnya di dalam angkot ini. Sejak tadi, wanita yang kuperkirakan seumuran denganku—yang duduk di depan Kinal terus-terusan mencuri lirik ke arah Kinal sambil mengulas senyum. Belum lagi, wanita muda yang duduk di sebelahnya. Masih terus berusaha mengajak Kinal untuk mengobrol. Untung saja, Kinal hanya menimpali seperlunya.

Benar-benar membuatku sebal.

Cemburu?

Iya, aku memang tengah cemburu. Bagaimana tidak, suamiku menjadi pusat perhatian para wanita lainnya. Aku masih mengamati pemandangan luar, dari sini, sambil menopang dagu. Benar-benar menyebalkan dan membosankan.

"Masih sekolah ya, Dek?" tanya si Mbak berambut yang dicat pirang—yang duduk di seberang Kinal.

Kulirik Kinal hanya mengangguk pelan.

"Oh, kelas berapa?"

Lagi, kulirik Kinal yang tengah menaikkan kacamatanya. "Kelas 12," sahut singkat Kinal.

"Pasti anak IPA, ya?" tebak si Mbak berambut ikal yang duduk di sebelah wanita pirang tadi dengan antusias. Mungkin, mereka satu gank (?).

Kinal hanya mengangguk. Si Mbak itu langsung tersenyum lebar, dan itu membuatku semakin kesal.

"Pantas aja. Udah ketebak, kok. Kamu kelihatan smart banget dengan kacamata itu. Cakep lagi, mirip Clark Kent gitu," puji wanita itu masih terus mengumbar senyum.

Huh!

Benar-benar menyebalkan.

Kinal hanya mengumbar senyum kikuk sambil sekali-kali melirik ke arahku. Kenapa kamu diam aja sih, Nal? Bilang dong, kalau aku ... yang duduk di sebelah kamu itu istri kamu. Tapi, sepertinya ... Kinal tidak mau melakukan itu. Kubuang kembali pandanganku ke arah luar. Mengamati dengan bosan beberapa kendaraan yang berjalan di belakang angkot yang tengah kutumpangi sekarang.

My Secret Lover [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang