38. Rumit

2.5K 329 57
                                    

Veranda menghela dengan amat panjang setelah keluar dari ruangan Bu Melody. Ia memijit pelipis sejenak, pikirannya menjadi semakin semrawut. Tidak ada perkembangan berarti. Pak Herman masih keukeuh pada pendiriannya. Karenanya, dua hari ke depan akan diadakan rapat khusus untuk menentukan nasib Kinal berikutnya. Rapat yang rencananya akan dihadiri seluruh petinggi sekolah, komite sekolah, dan juga orangtua Kinal. Ditambah lagi, Kinal yang masih bungkam dan belum mau menceritakan kejadian yang sebenarnya. Benar-benar membuat kepalanya nyaris pecah hanya karena masalah ini.

Lagi, Veranda membuang napas panjang, melirik surat undangan yang diberikan Bu Melody untuk orangtua Kinal untuk bisa menghadiri rapat tersebut. Veranda mengelus sejenak perutnya yang kian hari semakin membesar maklum saja usia kehamilannya sudah menginjak usia enam bulan. Hanya tinggal menghitung bulan, bayi yang sangat ia nanti-nantikan akan lahir ke dunia ini.

Kamu harus sehat terus ya, Nak!-Veranda membatin selagi mengelus perutnya dengan penuh kelembutan dan kehangatan.

Setelahnya, ia mulai melangkah menuju ruang guru. Suara dering ponselnya berbunyi, langkah Veranda yang baru beberapa langkah pun kembali terhenti. Senyum terulas di bibirnya melihat nama yang tertera di layar sentuh ponselnya.

"Iya halo, Ma!"

"Ve, kamu pindah rumah, ya. Mama ke sini kok malah ketemu orang lain bukan besan Mama." Suara Diana terdengar di seberang sana.

Air muka Veranda tampak terkejut. "Ke sini? Maksud Mama?"

"Iya, tadinya mama sengaja mau jenguk kamu, lihat keadaan kamu tanpa kasih kabar dulu ke kamu. Kasih kejutan gitu, tapi kayaknya ... justru mama yang dapat kejutan dari kamu. Kamu sekeluarga pindah?"

"Iya, Ma. Panjang ceritanya, Ve sudah tidak tinggal di sana lagi. Kalau begitu, Ve akan telepon Kinal buat jemput Mama. Mama sendiri?"

"Enggak, mama berdua sama Gre. Kebetulan Gre lagi libur semester dan katanya kangen pengin ketemu kamu."

"Ah, syukurlah. Mama tunggu sebentar di sana. Enggak apa-apa, 'kan. Nanti Kinal langsung jemput Mama dan Gre ke sana. Dan maaf, hari ini, Veranda pulang agak sore. Enggak apa-apa, 'kan."

"Iya, enggak apa-apa. Kamu enggak perlu khawatir. Ya sudah, suruh Kinal jemput ke sini secepatnya."

"Baik, Ma. Ve tutup ya, teleponnya. Oh iya, Ma. Ve senang sekali Mama datang ke sini. Sampai ketemu nanti sore. Dah Mama!"

Klik!

Veranda pun langsung menghubungi Kinal.

.

..

"Aaah, Kak Ve, Gre kangen banget, deh." Gracia langsung memeluk Veranda begitu Veranda tiba di rumah.

Veranda tersenyum lebar melihat kelakuan sepupunya yang masih saja kekanakan. "Kakak juga kangen kamu. Gimana kuliahnya?"

"Seperti biasa. Sedikit menyebalkan dengan aneka tugas yang kian hari kian menggunung," keluh Gracia sambil melepaskan pelukannya.

"Sudah risiko mahasiswi itu," balas Veranda mencubit pipi tembam Gracia. "Pipi kamu makin kayak bakpao aja."

"Ih, apaan sih, Kak Ve. Enggak apa, yang penting makin lucu."

"Iya, deh."

Veranda pun langsung menghampiri Diana. "Ma, Ve kangen banget." Ia memeluk erat tubuh Diana.

"Sama, sayang. Mama juga kangen sekali sama kamu. Wah, perut kamu makin buncit aja. Sudah berapa bulan? Mama lupa."

"Enam bulan, Ma."

My Secret Lover [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang