"Woow, woow, woow, tunggu dulu! Lo mau apa lagi? Sebaiknya, lo urusin mantan lo aja, Shan. Enggak usah ganggu Kinal lagi," ujar Jinan penuh penekanan.
Shani berkacak pinggang. "Denger ya, Jinan. Ini enggak ada urusannya sama lo," ucap Shani. Sepasang mata teduhnya mengintimidasi manik Jinan. "Lagian, lo siapanya Kinal, sih? Cuma temennya doang, 'kan. Jadi, enggak usah ikut campur urusan gue sama Kinal, ya."
Jinan menyeringai kecil. "Gila nih cewek. Udah ditolak masih aja ngejar," sindir Jinan.
"Jinan, sudah ... enggak usah diperpanjang lagi." Kinal masih berusaha melerai perdebatan keduanya. Mereka tengah berada di kantin. Shani masih terus berusaha mendekati Kinal. Dan itu membuat Jinan geram.
Jinan mendesah kesal. "Enggak bisa. Gara-gara nih cewek gatel kamu malah dipukul Vino. Udah jelas-jelas dia yang ngedeketin kamu," kesal Jinan. "Mereka putus kan bukan salah kamu, Nal. Enggak bisa gitu dong," tambah Jinan.
"Heh! Lo tuh harusnya nyadar. Kinal tuh enggak suka lo. Jadi, sebaiknya ... lo enggak usah repot-repot mepet dia terus. Urus aja tuh si Vino," pungkas Jinan gemas melihat Shani yang masih saja berusaha mendekati Kinal.
Wajah Shani langsung memerah. Shani mendorong bahu Jinan. "Heh! Lo tuh yang seharusnya nyadar. Kinal siapanya lo, sih? Lo cuma temen, oke. Cu-ma te-men. Lo yang seharusnya nyadar, kalau Kinal enggak akan pernah nganggep lo lebih dari itu. Lo pikir gue bodoh apa. Gue tau kok, kalau selama ini lo diem-diem suka Kinal, 'kan. Iya, 'kan. Ngaku aja deh lo. Itu kan yang buat lo enggak suka gue deketin Kinal," balas Shani.
Kinal yang mendengar penuturan Shani langsung menoleh ke arah Jinan. Alisnya tertaut erat. Seolah meminta kebenaran akan ucapan Shani barusan. Air muka Jinan seketika berubah tegang. Apa yang ia sembunyikan selama ini terungkap begitu saja karena Shani. Mungkin, sekaranglah waktu yang tepat untuk memberi pengakuan kepada Kinal.
Jinan berdeham. Menarik napas cepat. Melirik sejenak ke arah Kinal. "Iya, gue emang suka Kinal. Kenapa emangnya? Masalah buat lo. Seenggaknya gue sadar diri dan enggak maksa-maksa terus ngejar dia. Enggak kayak lo." Jinan balas mendorong bahu Shani.
Suasana kantin pun langsung ramai. Para siswa menonton perdebatan kedua siswi populer itu. Kinal masih terus berusaha melerai keduanya.
"Jinan, sudah. Sebaiknya kita pergi," ujar Kinal berusaha menarik lengan Jinan. Namun, Jinan tetep keukeuh untuk meladeni Shani. Jinan sudah terlanjur kesal dengan aksi Shani yang terus-terusan maksa mendekati Kinal.
Jinan menghempaskan tangan Kinal. Emosinya sudah mencapai ubun-ubun membuat Jinan berubah drastis. "Lepas! Cewek ini tuh harus diberi pelajaran. Biar dia sadar. Kalau kamu tuh ngerasa terganggu karena dia deketin kamu terus. Dia tuh kayak cewek murahan tau enggak," ujar Jinan penuh emosi.
"JINAN! CUKUP!" bentak Kinal. Jinan langsung menatap Kinal. Jinan nyaris tak percaya jika Kinal berani membentaknya.
Shani tersenyum puas. Melihat Kinal yang lebih membelanya (?).
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover [END]
Fanfiction[17+] Ini hanyalah kisah tentang hubungan dua insan dengan segala kerumitan di dalamnya. Attention! Jangan buka cerita ini! Jika tidak ingin kecewa.... Happy Reading!