42. Setoples Kunang-Kunang dan First Kiss

3.1K 430 52
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Arggh, aku sudah tidak tahan lagi.

Kenapa kamu selalu bersikap penuh kejutan seperti ini, Kinal?

Lagi, Kinal merengkuhku dengan begitu erat. "Kalau begitu, saya minta maaf. Saya benar-benar minta maaf," kicau Kinal sambil terus memelukku.

Baiklah, aku benar-benar tidak tahan lagi.

Kuangkat sepasang tanganku.

Dan bersiap untuk ....

Melepaskan diri dari rengkuhannya. Kudorong kedua bahunya sekuat mungkin. Menjauhkan diriku darinya. Amarah masih menyelimutiku. Kinal terjungkal ke samping, matanya membola melihat balasan reaksi dariku. Biar saja. Aku sedang marah padanya dan aku tidak peduli.

Kulipat kedua tanganku. "Kamu pikir, dengan hanya minta maaf bisa buat saya langsung luruh gitu aja. Asal kamu tahu, saat ini saya sangat marah sama kamu," ucapku tanpa menoleh sedikit pun. Kutatap lurus-lurus dinding putih bisu kamar ini yang ada di depanku.

"Kamu tahu, saya sangat mengkhawatirkan kamu. Dan sekarang, kamu malah seenaknya hanya bilang maaf. Kamu pikir, hanya dengan kata maaf saja, semuanya selesai. Enggak Kinal? Kamu salah." Kutolehkan wajahku, menatap Kinal dengan tatapan kecewaku. Kinal masih tercenung sambil memandangku lekat. Ia masih terlihat sangat terkejut dengan responku kali ini.

Sekali lagi, aku tidak peduli!

Kinal harus diberi pelajaran.

"Sa-saya ...." Kinal tertunduk, ucapannya pun lenyap bersamaan dengan sikap diamnya.

"Saya butuh penjelasan dari kamu. Bukan hanya kata maaf. Kamu harus belajar untuk terbuka sama saya. Karena saya istri kamu. Kamu harusnya paham masalah itu," sambungku dengan suara sedikit melengking. Entahlah ... rasanya aku marah sekali saat ini. Dan aku tidak ingin menahannya lagi. Ini harus dikeluarkan semuanya. Demi rumah tangga kami juga.

Kudengar samar helaan napas darinya. Kurasakan ada pergerakan pada tempat tidur yang kududuki. Kinal menggeser posisinya. Duduk lebih dekat lagi denganku, kedua bahu kami saling bertemu. Kulirik Kinal yang terlihat gugup, tangannya berkali-kali menaikkan kacamata yang dipakainya padahal tidak turun sama sekali. Itu kebiasaannya. Aku bisa menangkap kegugupannya.

My Secret Lover [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang