Halo!
Maaf untuk keterlambatannya, harusnya weekend kemarin, ya. Karena kondisi kesehatan saya lagi kurang fit jadi ga bisa apdet kemarin. Hontou ni gomen nasai. Part kali ini bener-bener pendek, maaf, ya. Tapi semoga bisa jadi pengobat rindu kalian sama cerita ini.
Banyak hal tak terduga terjadi, ya--untuk saya pribadi. Mulai dari Nabilah dan Mbak Melody. Semoga di mana pun mereka berada, jalan apa pun yang telah mereka pilih, sukses terus untuk keduanya. ^^
Gitu aja deh.
Happy Reading!
_____________________________
Veranda terus mondar-mandir di dalam kamar, pandangannya terpaku pada jam dinding yang tersemat di sudut kamar. Sudah hampir pukul setengah sembilan malam. Kinal belum juga pulang. Tidak seperti biasanya. Biasanya, setengah jam sebelumnya, Kinal sudah berada di rumah. Ia berjalan mendekati jendela, menyibak tirai, menatap penuh harap ke arah pintu gerbang rumah. Namun, tidak ada tanda-tanda kepulangan Kinal. Ia mengembuskan napas kecewa sembari berjalan ke arah ranjang. Lagi, ia menghela napas panjang kemudian duduk di tepiannya.
Pandangannya menyapu seluruh sudut kamar. Dua lemari berwarna tanah berjejer sejajar. Meja belajar dengan dua kursi saling berhadapan, dan tidak jauh dari meja belajar terdapat sofa panjang bisu, tempat ternyaman Kinal melewati malam-malam selama dua minggu ini. Selama dua pekan ini, mereka memang satu kamar. Berbagi semua hal di kamar ini. Saling berbagi meja belajar, berbagi kamar mandi, berbagi rak buku dan ... berbagi hal-hal tak kasat mata tentunya. Namun, tidak untuk berbagi tempat tidur. Keduanya sepakat untuk tidur terpisah. Bukan, itu keinginan Kinal sepenuhnya. Dan Veranda hanya bisa menghormati pilihan Kinal. Lagipula, dirinya sama sekali tidak siap jika benar-benar harus berbagi tempat tidur. Pilihan Kinal membuatnya sedikit lega.
Selama dua minggu pula, membuatnya semakin mengenal Kinal lebih dalam lagi. Di mana sisi lain Kinal bisa ia ketahui. Kebiasaan Kinal menjelang tidur, hal yang Kinal sering lakukan di kamar, berteriak tanpa sadar ketika sibuk dengan permainan di ponsel pintarnya. Itu benar-benar hal yang tak diduga sebelumnya oleh Veranda. Meski terkadang, keduanya masih sama-sama canggung.
Veranda langsung beranjak berdiri, mendekati jendela dengan langkah tak sabaran begitu mendengar suara kendaraan di luar sana. Ia mengintip dari balik tirai. Senyumnya langsung mengembang, melihat Kinal turun dari sebuah sedan hitam mewah. Ia lega, karena Kinal sudah pulang. Namun, senyum itu seketika menguncup begitu melihat Kinal tersenyum sambil melambaikan tangan ke arah dalam mobil.
Seorang gadis berambut panjang balas melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar ke arah Kinal. Tidak terlalu jelas memang karena penerangan yang minim tapi Veranda cukup bisa melihat wajah gadis itu. Ada sesuatu yang tidak ia sukai menyelinap pelan-pelan dalam rongga dadanya. Veranda langsung menyembunyikan diri begitu Kinal berbalik. Takut-takut tertangkap basah—seolah-olah tengah memata-matai Kinal. Veranda pun memilih berbaring di tempat tidur untuk meredam sesuatu yang tengah ia rasakan itu.
Suara derik pintu terbuka langsung membuat Veranda berpura-pura memejamkan matanya. Kinal berjalan ke arah meja belajar, meletakkan ransel hitamnya di sana. Kinal melirik sejenak ke arah tempat tidur, tersenyum samar melihat Veranda yang sudah tertidur lalu mengambil baju ganti dari dalam lemari kemudian berjalan mendekati kamar mandi.
Veranda membuka matanya perlahan, menghadap langit-langit seraya menghela napas lega. Suara percikan air di lantai kamar mandi membuat debaran jantungnya terpacu tidak nyaman. Tiba-tiba, bayangan beberapa menit lalu menyembul begitu saja dari kepalanya. Veranda langsung membuang napas panjang. Mengingat Kinal terlihat akrab dengan seorang gadis yang mengantarnya pulang tadi. Siapa gadis itu? Pertanyaan itu langsung memenuhi benaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover [END]
Fanfiction[17+] Ini hanyalah kisah tentang hubungan dua insan dengan segala kerumitan di dalamnya. Attention! Jangan buka cerita ini! Jika tidak ingin kecewa.... Happy Reading!