*****
Kinal!Kinal langsung menghentikan pergerakan tangannya pada stick PS lalu mem-pause permainan sepak bolanya begitu mendengar seruan Wulan dari arah dapur. Beranjak dari posisi duduk silanya melangkah ke arah dapur.
"Iya, Ma," jawab Kinal sambil membetulkan letak kacamatanya.
"Bisa tolong mama?"
Kinal mengangguk cepat. "Tolong apa, Ma?"
"Tolong bawain makan malam untuk istri kamu," ujar Wulan tanpa sadar.
Wajah Kinal langsung berubah tegang begitu mendengar kalimat tersebut. Napasnya tercekat kuat.
Wulan menepuk kening karena telah melakukan kealpaan yang membuat anak bungsunya tidak nyaman. Wulan berdeham berkali-kali sekadar mengusir rasa tidak enak.
"Maksud mama, tolong antarkan makan malam untuk Veranda, ya. Dia belum turun sejak tadi. Mama khawatir kalau dia sakit," jelas Wulan.
"Baik, Ma." Kinal hendak mengambil nampan berisi satu piring nasi lengkap dengan lauk pauknya dan satu gelas air putih hangat.
"Eh tunggu?" Wulan menyentuh bahu Kinal lalu celangak-celinguk sekadar memastikan keadaan sekitar.
"Kenapa, Ma?"
Air muka Wulan berubah tampak serius. "Kamu ngerasa enggak, sih, kalau akhir-akhir ini, Veranda sedikit aneh," bisik Wulan tepat di depan wajah Kinal yang tengah mengerutkan dahi dalam-dalam.
Kinal bergeming. Tautan alisnya terlihat sangat erat. "Maksud Mama?"
Wulan berdeham kembali. "Maksud Mama, akhir-akhir ini ... Veranda jarang banget makan malam sama-sama kita. Sehabis magrib pasti langsung tidur."
Kinal terdiam, seolah memikirkan ucapan Wulan. "Mungkin, Kak Ve kecapekan, Ma."
"Mungkin, kamu bener. Mama cuma khawatir aja. Takut-takut Veranda sakit. Mungkin, dia terlalu sungkan buat kasih tau ke mama atau bahkan kamu. Tapi, di sekolah Veranda baik-baik aja, 'kan. Um ... maksud mama enggak ada masalah apa-apa di sekolah?" Wulan menatap serius Kinal.
"Sepertinya enggak deh, Ma. Tapi, Kinal ngerasa sedikit aneh juga. Kak Veranda sering kelihatan capek banget dan pernah Kinal lihat Kak Veranda tertidur di kelas," terang Kinal.
Lagi, Kinal menaikkan kacamatanya yang turun. "Dan lagi, Ma ... Kak Ve pernah minta dibuatin nasi goreng malem-malem," tambah Kinal.
Roman Wulan berubah, mengernyit seperti tengah menelisik sesuatu. "Ini aneh sekali," gumam Wulan.
Hening!
"Oh iya, mama mau minta tolong sekalian. Besok, mertua kamu ...," Wulan berdeham keras karena melakukan kealpaan kembali. "Maksud mama, besok orangtua Veranda mau datang ke sini. Kamu mau kan jemput mereka di bandara?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover [END]
Fanfiction[17+] Ini hanyalah kisah tentang hubungan dua insan dengan segala kerumitan di dalamnya. Attention! Jangan buka cerita ini! Jika tidak ingin kecewa.... Happy Reading!