Kinal!
Tidak, tidak mungkin Kinal melakukan tindakan sekasar itu. Bahkan sampai memukul Pak Herman. Aku masih terus melirik Kinal yang masih tertunduk membisu. Isi kepalaku masih berusaha menyakinkan diriku sendiri bahwa apa yang terjadi benar-benar nyata.
Suara Pak Herman masih beradu keras dengan Bu Melody.
"Saya akan bawa kejadian ini ke pihak berwajib," ulang Pak Herman kepada Bu Melody yang masih terus berusaha memberi pengertian pada Pak Herman.
"Pak, untuk kejadian ini, sebaiknya, kita selesaikan secara kekeluargaan saja, Pak," bujuk Bu Melody, masih berusaha melunakkan hati Pak Herman yang sudah mengeras. Bagaimanapun juga, Kinal memang sudah melakukan tindakan tidak terpuji. Tapi, jika kejadian ini sampai berakhir di pihak berwajib bagaimana dengan masa depannya.
"APA? Secara kekeluargaan?" Suara Pak Herman kembali membahana di ruangan BK. "Anak itu sudah berlaku kurang ajar. Berani-beraninya sudah memukul saya. Apa Ibu tidak lihat luka yang saya alami? Ini bukan sekadar luka, tapi pencorengan sebuah profesi, dan ini namanya penganiayaan. Saya akan tetap teguh pada pendirian awal saya. Saya akan tuntut anak kurang ajar itu! Ini sebagai peringatan keras kepada siapa pun."
Bu Melody melirik ke arahku dan memberi isyarat agar aku turut membuka suara. Aku melangkah, mendekati Pak Herman yang masih tampak diselimuti emosi. Sejenak, kutatap kembali Kinal yang masih tertunduk lesu. Tidak satu patah kata pun keluar dari mulutnya.
"Kinal! Jawab saya, apa benar kamu sudah memukul Pak Herman?" tanyaku pada Kinal.
"Ibu Veranda ini lucu, memangnya saya tengah berbohong, tengah berdrama. Sudah jelas, anak itu membabi buta memukul saya. Apa Ibu tidak bisa luka ini." Pak Herman memamerkan sudut bibirnya yang sobek dan beberapa luka memar di wajahnya.
Aku tidak menggubris ucapan Pak Herman, yang mau kudengar hanyalah pengakuan Kinal. Cukup lama Kinal terdiam, setelahnya ia hanya mengangguk lemah, mengakui perbuatannya tanpa mengangkat kepalanya sedikit pun. Hatiku seolah hancur mendapati kenyataan yang sungguh sangat di luar dugaanku.
Tidak!
Aku yakin, pasti ada alasan kuat kenapa Kinal bisa memukul Pak Herman.
"Kenapa kamu memukul Pak Herman? Kamu pasti punya alasan, 'kan. Kenapa kamu bisa memukul Pak Herman? Kamu bisa katakan pada saya," imbuhku terus berusaha membujuk Kinal supaya mau memberitahukan perihal kejadian yang sebenarnya.
"Oh jadi, Ibu tidak memercayai saya?" sergah Pak Herman.
Aku langsung menoleh, menatap Pak Herman dengan pandangan sedikit tidak suka. "Kejadian ini, tidak bisa hanya mendengar dari satu pihak saja, Pak. Kita juga harus dengar dari kedua belah pihak. Karena tidak akan ada asap kalau tidak ada api," tuturku selembut mungkin. Masih berusaha untuk bersikap netral. Tidak juga, entah kenapa, hatiku berkata jika ada alasan kuat yang memicu Kinal melakukan tindakan kasar nan tidak terpuji itu. Mengingat, yang selama ini kudengar, Pak Herman mempunyai sedikit masalah dengan kepribadiannya. Iya, kepribadian yang menurutku sangat jauh dari kata pendidik, pengayom, dan percontohan laku bagi anak-anak didiknya. Oke, anggap saja, aku tengah berpikiran negatif tentang Pak Herman. Setidaknya, dengan mendengarkan pengakuan kedua belah pihak bisa diambil jalan tengahnya sebagai penyelesaian masalah.
"Kenapa Ibu terlihat membela mati-matian si anak kurang ajar itu?!" tambah Pak Herman dengan suara melengking.
"Tentu saja, saya akan membelanya. Jika tindakannya dilandasi alasan yang kuat. Dan jangan lupa, saya wali kelasnya. Saya tidak ingin anak didik saya, siapa pun itu, harus berakhir di penjara karena masalah emosi sesaat Pak Herman. Apa Pak Herman tidak memikirkan masa depannya? Apa itu pernah terlintas di kepala Bapak. Sudah jadi tugas kita sebagai sebagai seorang pendidik, turut bertanggungjawab akan masa depan anak-anak didiknya," jelasku sambil melirik ke arah Bu Melody dan Kinal bergantian. Bu Melody menggeleng pelan, seolah memberi isyarat agar aku tidak terlalu mendebat Pak Herman mengingat status Pak Herman di sekolah ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover [END]
Fanfiction[17+] Ini hanyalah kisah tentang hubungan dua insan dengan segala kerumitan di dalamnya. Attention! Jangan buka cerita ini! Jika tidak ingin kecewa.... Happy Reading!