Kinal menatap satu persatu buku-buku yang tertata rapi di rak-rak buku. Telunjuknya menyentuh deretan buku itu, perlahan. Sekadar mencari judul buku latihan yang tepat untuk persiapan ujian akhir nanti. Namun, urung jua ia temukan yang cocok. Kinal berjalan santai mengitari rak buku yang ada di sebelahnya, masih terus mencari buku yang ia mau."Nal, udah ketemu belum?"
"Belum, Bob. Apalagi habis, ya," ujar Kinal sambil terus mencari buku yang dimaksud lalu berjongkok, mencarinya di jejeran rak paling bawah.
"Cari yang lain aja, sih," saran Boby.
Kinal terdiam, berpikir sejenak. "Sepertinya boleh juga."
"Yaelah, dari tadi kek," desis Boby.
Kinal hanya tersenyum samar. Mengambil satu buku yang terbilang paling tebal. "Saya ambil ini aja, deh."
Kinal beranjak berdiri, sepasang matanya mencari keberadaan Jinan. "Jinan mana, Bob?"
"Tuh!" tunjuk Boby dengan meninggikan dagunya, mengarah tepat ke jajaran rak-rak yang memajang aneka novel. "Maklum deh, kalau udah ke toko buku gini. Pasti yang diincernya novel, novel, atau enggak komik," ketus Boby melirik sebal ke arah Jinan yang tampak serius membolak-balikkan halaman muka sebuah novel.
"Padahal, sepanjang perjalanan tadi kan terus ngoceh kalau enggak akan tergoda buat beli novel atau komik. Kenyataannya, tuh lo lihat sendiri. Bakalan lama deh kalau nungguin dia dulu," pungkas Boby.
Kinal membetulkan letak kacamatanya yang melorot. "Iya juga, sih."
"Eh Nal, Nal! Lihat tuh arah jam tiga!" Boby menepuk-nepuk bahu Kinal agar mengikuti arah instruksinya.
"Kenapa emangnya?" ucap Kinal tak acuh yang sedang sibuk membaca halaman muka buku yang diambilnya tadi.
"Itu tuh," ucap Boby lalu melirik Kinal yang tak mengindahkannya. "Entaran dulu kek bacanya. Ada yang lebih penting tuh. Lo lihat tuh! Pak Herman lagi jalan sama Bu Frieska," bisik Boby. Kinal hanya menoleh, melihat sekilas ke arah Pak Herman dan Bu Frieska yang tengah mengobrol sambil saling bertukar senyum.
"Biarin ajalah, Bob. Itu kan urusan mereka," ujar santai Kinal.
"Woow, woow. Ini bakal jadi berita terpanas bulan ini, nih. Pak Herman terciduk jalan bareng Bu Frieska." Boby mengeluarkan ponsel pintarnya, bermaksud mengabadikan momen kebersamaan kedua pendidiknya.
Kinal mendesah, menghalangi kamera ponsel pintar Boby dengan tangannya. "Kamu enggak ada kerjaan banget sih, Bob. Ngapain ngurusin urusan orang dewasa. Biarin ajalah, itu urusan mereka," ujar Kinal sekadar mengingatkan.
"Minggir sih, Nal." Menepuk tangan Kinal.
"Saya cuma enggak mau kamu berurusan sama Pak Herman. Yang cuma akan ngerugiin kamu. Tapi, itu urusan kamu, sih. Saya cuma ngingetin aja. Kalau yang kamu lakuin itu enggak ada untungnya sama sekali. Cuma buang-buang waktu, tau enggak." Kinal pun melenggang pergi mendekati jejeran rak yang memajang buku-buku tentang keluarga. Ada satu judul buku yang membuatnya tergelitik rasa penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret Lover [END]
Fanfiction[17+] Ini hanyalah kisah tentang hubungan dua insan dengan segala kerumitan di dalamnya. Attention! Jangan buka cerita ini! Jika tidak ingin kecewa.... Happy Reading!