9. Ditembak!

3.3K 339 24
                                    

Kinal berdiri tidak nyaman di depan seorang siswi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kinal berdiri tidak nyaman di depan seorang siswi. Rambut hitam tergerai siswi itu bergerak ke sana kemari dimainkan angin. Udara sedikit terik, karena matahari perlahan merangkak naik. Beruntung, pepohonan rindang yang berderet rapi di sisi halaman menjadi penghalang Kinal dan beberapa siswi dari sengatan langsung sang raja siang yang kini berada di halaman. Tadi, begitu bel istirahat berbunyi, salah seorang siswi sengaja memanggil Kinal ke halaman sekolah.

Kinal meremas celana seragamnya, berada di situasi ini benar-benar membuatnya tidak nyaman. Ia benar-benar tidak menyukainya. Ingin melarikan diri namun beberapa siswi teman siswi yang ada di depannya sudah mengancamnya untuk tidak kabur sebelum acara (?) yang mereka telah rencanakan selesai hingga tuntas.

Kinal melirik ke sekeliling, beberapa siswi tampak saling berbisik seraya tersenyum penuh arti. Itu semakin membuatnya tidak nyaman menjadi tontonan seantero sekolah.

Siswi itu berdiri dengan penuh percaya diri, tersenyum simpul. Menatap lekat sepasang mata Kinal yang tersekat kacamata. Berkali-kali, Kinal mengalihkan pandangannya.

Hening!

Suasana halaman sekolah seolah begitu kontras dari beberapa detik yang lalu tatkala siswi itu mulai membuka suara.

"Um ... aku tahu, ini sangat memalukan," ujar siswi itu sedikit canggung, "tapi, hanya tinggal ini kesempatanku. Kamu tahu kan, kita pernah satu kelas selama dua tahun. Dan mungkin, kamu tahu ... kalau selama ini aku ...," Siswi itu menjeda ucapannya, melirik teman-temannya yang tengah mengelilingi Kinal sekadar mencari dukungan.

Sebelum melanjutkan ucapannya, siswi itu kembali menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Sepasang tangannya ia sembunyikan di balik pinggang.

"Um ... aku rasa, inilah waktu yang tepat untuk mengutarakan yang selama ini aku rasakan untuk kamu, Kinal. Kamu tahu, selama dua tahun ini, aku menyimpan semuanya. Dan itu benar-benar buat aku nyaris seperti orang gila. Iya, aku suka kamu sejak kelas satu. Baru kali ini, aku berani ...," Siswi menarik napas sejenak.

Kinal hanya membelalakkan mata mendengar penuturan siswi yang tidak lain seorang mantan dari kapten cheerleaders—Shani Indira Natio. Teman sekelas Kinal, dulu.

Seorang siswa yang berdiri di kerumunan paling belakang, menatap tidak suka pada apa yang dipertontonkan di depan sana. Sepasang tangannya terkepal kuat dengan permukaan kulit memerah memperlihatkan otot-otot halus tangannya. Suara gemeretak gigi yang beradu terdengar samar namun jelas.

Lagi, siswi itu memenuhi rongga dadanya dengan udara, meniupkannya pelan. Memberanikan diri untuk meminta Kinal menjadi pacarnya.

"Kamu mau tidak jadi pacarku?!" ujar langsung siswi itu. "Kalau kamu terima, kamu boleh pilih tiket nonton ini!" Gadis itu mengulurkan tangan kanannya yang memegang dua tiket. "Tapi, kalau kamu menolak, kamu bisa ambil novel ini!" Ia pun menyodorkan tangan satunya yang memegang novel ber-genre mystery/thriller yang memang tema novel favorit Kinal.

My Secret Lover [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang