43. Ajakan Kencan (?)

3.1K 402 63
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Veranda menggeliat kecil di dalam selimutnya. Ia menepuk-nepuk ruang kosong yang ada di sampingnya, mencari keberadaan Kinal. Tidak ada. Ternyata, Kinal sudah bangun entah sejak kapan. Ia menyingkap selimut, tersenyum sendiri, mengingat kejadian semalam. Di mana keduanya tidur di ranjang yang sama. Saling berbagi kehangatan. Sepanjang malam, Kinal merengkuh tubuhnya. Seolah tidak akan membiarkan Veranda tersentuh sedikit pun hawa dingin.

Di sepanjang malam pula, dentuman jantung Kinal yang terdengar riuh mengetuk gendang telinga Veranda. Veranda sangat menyukai itu. Rasanya seperti nyanyian penghantar sebelum tidur. Kinal memang tipe pria muda yang sangat menggemaskan.

Veranda langsung menarik selimut  hingga menutupi wajahnya. Kala teringat satu hal. Iya, satu hal yang amat sangat memalukan. Hal yang belum pernah sama sekali ia lakukan sebelumnya. Semalam, Veranda seolah berubah menjadi sosok yang berbeda. Bagaimana tidak, Veranda terkesan tengah menggoda Kinal untuk melakukan hal yang lebih jauh lagi. Um ... seperti hal ... yang biasa suami-istri lakukan di malam pertama mereka. Entahlah ... kenapa Veranda begitu menginginkan Kinal malam tadi.

Selimut masih menyembunyikan wajah memerah Veranda. Walau hanya dengan mengingatnya, Veranda merasa begitu sangat malu. Iya, itu memang terlalu memalukan. Setelah ciuman kedua yang ia berikan. Veranda malah menggoda Kinal untuk menyentuhnya lebih jauh lagi.

.

..

Veranda menarik wajahnya setelah memberi kecupan yang cukup lama pada bibir Kinal. Mendadak sesuatu bergolak dalam aliran darahnya. Tangannya menyentuh kedua pipi Kinal yang sudah memerah seperti tomat ranum.

"Kinal!"

Kinal masih terus tertunduk, menyembunyikan jejak kemerahan yang masih menghiasi wajahnya.

"Hm," sahut Kinal tanpa mengangkat kepala sedikit pun. Kinal tengah bersusah payah menetralkan degup jantungnya yang berdentam kuat. Alirannya darahnya terasa ada letupan-letupan tidak biasa setelah mereka saling bertukar saliva.

Veranda tersenyum, sedikit merendahkan kepalanya. Berusaha mencuri lihat lebih dalam lagi wajah Kinal yang masih bersemu hebat. "Kamu kenapa?"

Hanya gelengan kepala yang Kinal berikan sebagai jawaban.

My Secret Lover [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang