36. Isi Hati yang Tertulis

2.1K 324 15
                                    

Entah dari mana saya harus memulai tulisan ini, entahlah ... semuanya terasa sangat rumit untuk saya urai sendiri. Karenanya, beberapa hari ini, saya lebih memilih diam. Meski saya sangat sadar, apa yang saya perbuat, hanya membuatnya semakin cemas, karenanya saya hanya bisa melirihkan kata maaf padanya dalam hati. Saya memang seorang pengecut.

Apa yang takutkan saya selama ini benar-benar terjadi. Awalnya, saya hanya ingin menjadi pengganti sosok Kak Kinan baginya. Terus berusaha keras, agar saya terlihat seperti Kak Kinan di matanya. Saya ingat betul, di ruangan itu, di ruangan di mana Kak Kinan tergolek tak berdaya dengan selang infus dan oksigen menjadi pemandangan tersendiri. Suara isak tangisnya terdengar tertahan setelah mendengar permintaan terakhir Kak Kinan bahkan ketika napas terakhir Kak Kinan berembus, saya bisa melihatnya tampak sangat rapuh, seolah hancur tak bersisa. Tangis itu pun masih bisa saya dengar, lirih, terdengar memilukan, tepat di saat saya mengucapkan ijab qobul, di hari itu. Mengikatnya dengan janji suci untuk selamanya. Walaupun pada kenyataannya, saya pun teramat takut akan seperti apa kehidupan saya dan dirinya nantinya setelah janji suci itu terucap di hadapan semua orang.

Selama ini, saya berusaha keras berperan sebagai sosok Kak Kinan untuknya, sebaik-baiknya. Seakan-akan memposisikan diri sebagai Kak Kinan jika ia masih hidup di dunia ini. Namun, lambat laun, entah sejak kapan, tanpa saya sadari. Saya membenci diri saya sendiri yang seolah selalu berpura-pura menjadi sosok Kak Kinan baginya. Sandiwara yang entah sejak kapan saya perani ini benar-benar menyiksa saya. Karena saya hanya tidak ingin dicap mengambil sesuatu yang memang bukan menjadi milik saya, sebelumnya. Bukan, saya hanya merasa dititipkan sebuah amanat yang harus saya jaga dan lindungi.

Perasaan yang saya takutkan, entah dari kapan, mulai mengusik ketenangan hidup saya. Tepat kejadian itu, saya menyadari satu hal. Amarah saya langsung membuncah cepat, meledak tanpa saya bisa kendalikan. Saya tidak rela, jika seseorang yang selama ini ingin saya jaga, saya lindungi, dan saya ingin buat tersenyum, menjadi bahan olokan oleh manusia yang menyebut dirinya sebagai seorang pendidik. Di mana mutu ucapannya tidak bisa ia jaga dengan baik sebagai orang berpendidikan. Saya pun khilaf, tanpa sadar dan penuh emosi pukulan itu terus saya layangkan. Dan tanpa saya sadari akibat setelahnya. Yang pada akhirnya, saya hanya melukai hati orang yang selalu ingin saya buat bahagia. Atas nama saya sendiri, bukan karena Kak Kinan atau permintaan terakhir Kak Kinan. Namun, semata-mata, sebagai tanggung jawab saya sebagai seorang suami, seutuhnya.

Perasaan ini muncul begitu saja, tanpa saya sadari. Jika ingin jujur, saya sudah terlalu lelah memainkan peran ini. Berusaha menjadi orang lain hanya untuk membuatnya bahagia. Saya sangat takut, jika apa yang saya rasakan ini tidak berbalas, karena saya hanyalah sosok lain baginya. Bukan diri saya seutuhnya, sebagai sosok Diratama Kinal Putra. Melainkan Pratama Kinan Putra.

Saya benar-benar gamang akan perasaan yang saya rasakan untuknya. Saya tidak punya keberanian, saya terlalu pengecut, dan saya pun belum sepenuhnya yakin, jika perasaan ini yang disebut dengan perasaan murni nan tulus bernama cinta. Entahlah, saya tidak begitu mengerti tentang satu rasa itu, yang jelas, saya suka sekali melihatnya tersenyum, mendengar suara dan mengamati gerak-geriknya ketika ia berbicara, atau hal terkecil sekali pun yang ada padanya, saya menyukai seluruhnya.

Apakah saya terlalu egois dan bisa dibilang saya ini seorang pengkhianat? Jika saya hanya mau dirinya, utuh, untuk saya seorang, untuk Kinal. Bukan, Kak Kinan.

Apa pun yang akan terjadi ke depannya nanti, saya akan bertanggung jawab penuh atas tindakan tidak terpuji yang sudah saya lakukan. Saya hanya tidak ingin lebih menyakiti hatinya jika saya harus berterus terang perihal kejadian itu. Cukup hati saya saja yang merasakan sakit saat mendengar olokan itu, tapi tidak untuk dirinya. Dia terlalu berharga untuk tersakiti.

Dan saya akan menyelesaikan masalah ini secepatnya, dengan cara saya sendiri. Saya tidak ingin membuatnya lebih cemas lagi. Bagaimanapun juga, itu akan berpengaruh pada emosinya dan juga perkembangan janin yang ada di dalam kandungannya.







04:10 PM

My Secret Lover [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang