46. Gelisah Resah

3K 375 44
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*****

"Sayang!"

Kinal bergeming, masih asyik tenggelam dengan lamunannya sendiri.

"Sayang!"

Lagi, Wulan memanggil lembut buah hatinya yang tengah melamun di depan laci kasir. Seorang pelanggan menunggu Kinal memberikan uang kembalian.

Wulang menghela napas pelan, langsung mengambil alih pekerjaan Kinal. Dengan gerakan sigap, Wulan langsung mengeluarkan uang kembalian dari laci kasir.

"Kembaliannya, dua puluh lima ribu lima ratus. Terima kasih atas kunjungannya," ucap ramah Wulan selagi mengulurkan uang kembalian ke seorang pelanggan.

Kali ini, helaan napas panjang meluncur dari bibir Wulan. Ia mengamati Kinal yang masih tercenung, berdiri diam seperti seorang mayat hidup. Entah apa yang sedang Kinal pikirkan. Satu hal yang pasti, pasti ada masalah besar yang tengah membebani pikiran Kinal saat ini.

"Sayang!" Wulan mengguncang lengan Kinal. Tubuh Kinal terlonjak beberapa detik, ia langsung sibuk mengambil uang kembalian dari dalam laci.

Wulan langsung menahan tangan Kinal. Menatap Kinal dengan pancaran penuh kekhawatiran. "Sudah."

Kinal langsung menoleh ke arah Wulan seolah baru mendapatkan kesadarannya. "Maaf, Ma," lirih Kinal.

Lagi, Wulan menempelkan tangannya pada lengan Kinal. Kali ini lebih lama. Tubuh Kinal terasa hangat. Bukan, sepertinya ... Kinal tengah demam.

"Kamu sakit?" Wulan memandangi lekat wajah Kinal yang memang terlihat memucat.

Kinal bergeming, tanpa mengeluarkan satu patah kata pun.

"Kamu enggak perlu memaksakan diri, sayang. Lebih baik, kamu istirahat. Biar mama aja yang jaga tokonya." Wulan menuntun Kinal dengan sangat hati-hati menuju bangku yang ada di sudut kasir. Mengambilkan segelas air putih untuk Kinal. "Kamu minum dulu, ya." Ia mengulurkan air minum itu ke Kinal.

"Terima kasih, Ma." Kinal meneguk pelan air minumnya sambil meringis. Menahan rasa sakit di kerongkongannya.

Wulan terus mengamati wajah putranya dengan tatapan penuh kekhawatiran. "Kamu ada masalah? Pasti, kamu enggak akan cerita ke mama." Sudah hampir dua minggu, sejak pembicaraan Kinal dengan Gerard perubahan pada Kinal mulai terasa. Dan memang, Wulan tidak mengetahui itu. Kinal memang sengaja menyimpan masalah itu untuk dirinya sendiri. Veranda pun sama sekali tidak tahu menahu masalah pertemuan keduanya.

My Secret Lover [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang