19

6.5K 283 1
                                    

Seminggu kemudian...

Seorang cewek cantik dengan rambut yang bagian bawahnya dicat warna ungu, sedang mengunyah permen karetnya. Tiada satu orang pun yang menemaninya. Hanya permen karet dan sebuah novel remaja yang menemaninya ditaman itu.

Pandangannya lurus kearah novel yang sedang dibacanya. Rahangnya bergerak setiap ia mengunyah permen karetnya.

Setelah mulai bosan membaca, akhirnya cewek itu menutup buku novelnya, lalu fokus mengunyah permen karetnya.

Bel masuk berbunyi, namun ia abaikan. Ia sedang tidak mood dalam belajar.

"Woy!" Teriak seseorang, namun tidak membuat cewek itu menoleh.

Akhirnya, orang yang berteriak itu langsung menghampiri cewek itu, lalu menepuk pundaknya, membuat cewek itu menoleh.

"Selena?" Ucap Karina, memastikan apakah cewek itu Selena atau bukan. Matanya fokus ke rambut ombre Selena.

"R-rambut lo...., kenapa?" Karina menatap Selena dengan bingung.

"Lo ngecat rambut lo setelah lo nggak masuk selama seminggu?" Tanya Karina. "Lo kenapa, sih?"

Selena bangkit. Tanpa mempedulikan pertanyaan Karina, ia meninggalkan Karina. Seakan-akan Karina hanyalah angin lalu.

Selena kenapa ya? Batin Karina.

***

"Kamu tuh ya! Udah nggak masuk seminggu, bolos pelajaran, segala rambutnya dicat, lagi," Bu Tina melotot, membuat Selena mendengus.

"Kamu nggak usah sekolah aja sekalian! Rambut ombre begitu, penampilan kayak preman, terus jarang ngomong, lagi." Omel Bu Tina. "Heh, kalo saya ngomong tuh didenger! Gausah pura-pura budek deh! Kamu mau kuping kamu budek beneran gara-gara gak dengerin omongan saya?!"

Selena mengacak-acak rambutnya, "apaan sih,"

"BERANI NGEJAWAB KAMU?!" Bentak Bu Tina. Sekarang matanya sudah seperti mau keluar. "Biarin aja, orang tua kamu saya panggil nanti."

Melihat tak ada respons dari Selena, Bu Tina tambah kesal. "KAMU PUNYA MULUT GAK SIH?! SAYA BERASA NGOMONG SAMA PATUNG KAN JADINYA!"

Selena melipat kedua tangannya didepan dada, tanpa mempedulikan ocehan guru tersebut.

"Apa-apaan kamu, gayanya kayak begitu?! Mau jadi preman?!" Omel Bu Tina lagi. Lalu Bu Tina menyentuh rambut Selena, "kamu pikir rambut kamu keren?!"

"Hm," gumam Selena.

Yah, Selena kembali jadi patung es deh.

"Terus, kenapa rambut kamu nggak diiket?!" Bu Tina mengomel lagi. "Kamu mau rambut kamu saya potong, biar kamu nggak sok cantik lagi?!"

Bacot amat sih, pengen gue tampol. Batin Selena.

"Denger gak kamu?!" Bu Tina mengguncangkan tubuh Selena, karena sedari tadi ia merasa ngomong sendiri.

BRAK!

Pintu dibuka oleh seseorang, membuat Bu Tina maupun Selena langsung menoleh kearah pintu.

"Ngapain kamu?!" Omel Bu Tina ketika menyadari tadi Justin tak ketuk pintu.

Tanpa meladeni pertanyaan Bu Tina, Justin malah fokus dengan Selena yang juga menatapnya.

Mata mereka bertemu. Namun, secepat kilat Selena langsung mengalihkan pandangannya.

Justin memerhatikan penampilan Selena. Mulai dari kemeja cewek itu yang dikeluarin, rok span diatas lututnya, kaus kaki yang sangat pendek, serta sepatu yang berwarna kuning, bukan hitam.

"S-selena?" Justin berjalan mendekati tempat Selena duduk. "Kok elo--"

"Ngapa? Ga suka?" Ucap Selena ketus.

"Ish, bukannya gitu." Justin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Maksud gue, kok penampilan lo berubah?"

"Biasa aja." Jawab Selena singkat.

Tatapan tajam Justin muncul ketika matanya tak sengaja menangkap rambut Selena yang ombre.

"Terus, napa rambut lo jadi ungu begini?" Tanya Justin dengan kerutan di dahinya.

"Suka-suka gue lah,"

"Tapi gue nggak suka lo ganti penampilan begini! Lo lebih cocok jadi Selena yang seminggu yang lalu!"

"Apaan sih lo!" Selena bangkit. "Terserah lo deh mau ngomong apa. Ini hidup gue, jadi suka-suka gue mau bikin gue jadi gimana,"

Justin meraih tangan kanan Selena, lalu menarik cewek itu menuju pintu.

"HEY! KALIAN MAU KEMANA?!" Bu Tina tambah kesal karena kelakukan dua muridnya itu. "Selena! Urusan kamu belum kelar sama saya!"

Tanpa mempedulikan ocehan Bu Tina, Justin menarik Selena keluar dari ruangan itu, lalu membawa Selena ke taman belakang.

Selena melepaskan tangan Justin dari tangannya secara paksa, lalu melotot kearah cowok itu. "Ngapain lo ngajak gue kesini?!"

Justin menatap Selena dalam-dalam, lalu kedua tangan cowok itu menggenggam kedua tangan Selena secara perlahan.

Selena tentu saja terkejut karena perlakuan Justin. Ia berusaha untuk tidak tersenyum. Jantungnya berdegup kencang ketika Justin menggenggam kedua tangannya.

"Selena," panggil Justin.

"Apa?" Sahut Selena, masih dengan kejutekkannya.

"Gue cuma pengen lo tau, kalo sebenernya....," Justin menggantungkan ucapanya, membuat Selena penasaran setengah modar.

"Apa?" Ucap Selena tak sabaran.

"Sebenernya, gue....," Justin menunduk, menatap sepatunya. Ia tidak berani menatap Selena lama-lama, bisa-bisa ia tak akan kuat untuk melanjutkan kata-katanya.

"Apa, sih?"

"Sebenernya gue peduli sama lo." Ucap Justin.

Selena kecewa ketika mendengar Justin hanya mengucapkan itu. Namun, ia berusaha terlihat biasa saja didepan Justin.

Perlahan, Selena melepaskan tangannya dari tangan Justin. Cewek itu membalikkan badannya, membelakangi Justin.

Selena mendesah pelan. Ia kecewa ketika mendengar Justin hanya berkata seperti itu. Padahal Selena sudah berpikir jauh sekali.

"Lo kira gue mau nembak lo, ya?" Ucap Justin, disertai dengan tawanya. "Tenang aja, Sel, nanti juga ditembak kok,"

Nanti.

Selena membalikkan badannya, kembali menatap Justin.

"Ge'er banget, sih." Kata Selena. "Berasa ganteng lo?"

Justin nyengir lebar, lalu ia mengangguk, "iye dong,"

Cold Girl (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang