Sebuah motor sport berwarna hitam itu melaju dengan sangat cepat membelah padatnya jalanan siang ini. Cuaca siang ini mendung, dan sebentar lagi akan hujan.
Tak lama, beberapa tetes air jatuh dari langit. Hujan. Hal yang disukai banyak orang.
Justin memberhentikan motornya di depan sebuah kedai kopi favoritnya. Setelah membuka helm, ia berjalan masuk ke kedai tersebut, kemudian menghampiri kasir dan memesan sesuatu.
"Green tea frappuccino satu," ucap Justin kepada mas-mas di depannya.
"Atas nama siapa?"
"Justin."
Justin mengeluarkan dompetnya yang terbuat dari kulit itu, lalu mengeluarkan selembar uang seratus ribuan. Mas-mas itu langsung memberikan kembalian kepada Justin karena merasa uang dari cowok itu kelebihan.
Beberapa menit kemudian, minuman pesanan Justin telah siap. Justin mengambil minuman itu, lalu duduk di salah satu tempat duduk.
Tumben, kedai sedang sepi. Biasanya ramai karena didatangi oleh para remaja, dewasa, maupun yang sudah tua. Kedai ini memang menjadi favorit. Karena selain makanan dan minumannya enak-enak dan terdapat free wifi, kedai ini disukai banyak orang karena tempatnya yang nyaman untuk nongkrong.
Justin meminum minumannya hingga tersisa setengah. Sebenarnya, ia biasanya nongkrong di sini bersama Juan dan Steven. Tetapi, kali ini Justin memilih untuk sendiri tanpa ditemani orang lain selain segelas minuman dan ponselnya.
Justin menghabiskan waktu di kafe itu sambil bermain games favoritnya yang bernama Mobile Legend. Sesekali ia mengalihkan pandangan dari ponsel dan menyeruput minumannya.
Tak lama, Justin berdecak kesal karena tiba-tiba ponselnya berdering, menandakan ada telepon masuk.
Papa is calling you...
Justin mengedikkan bahunya acuh, lalu kembali bermain games lagi. Tetapi, ponselnya terus berdering dan mengganggunya bermain games. Akhirnya, Justin pun mengangkat telepon itu.
"Halo." Justin mengangkat telepon dengan ogah-ogahan.
"..."
"O."
"..."
"Belum."
"..."
"Lagi di kafe. Emang kenapa?"
"..."
"Ha. Gausah sok peduli."
"..."
"Nggak mau."
"..."
"Nggak."
"..."
"HAH?" Tiba-tiba, Justin berteriak kaget.
"..."
"Yaudah, aku kesana sekarang." Justin mematikan sambungan telepon, menyambar kunci motornya yang berada di atas meja, kemudian berjalan keluar.
Setelah memakai helm, Justin langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Ia tak peduli dengan rambu lalu lintas. Yang ia pikirkan sekarang hanya satu, yaitu ibunya.
***
"Kamu ini gimana sih? Di telepon dari tadi nggak di angkat! Apa gunanya hape kamu kalau gitu? Nggak usah punya hape sekalian!"
Justin mendengus karena telinganya sudah panas dimarahi dari tadi oleh ayahnya. Juga pacar baru ayahnya yang masih berumur sembilan belas tahun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold Girl (✔)
Fanfiction[MALES NGEREVISI] "Cewek jutek itu ngeselin, sukanya bikin penasaran terus, mana ngangenin lagi. Plus, sekalinya dia senyum, behh manis banget, man! " -Justin. Di mata Justin, Selena adalah cewek yang jutek, dingin, dan irit saat bicara. Tapi bagi J...